BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

2016 HUBUNGAN SEGMEN VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DENGAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ritel modern saat ini semakin pesat dan mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan, baik itu belanja barang maupun jasa. Recreational Shopper

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Internasional merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kuliner di Jakarta sudah sampai pada titik yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis ritel modern, khususnya di bidang fashion agar dapat memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis dan pemasaran. Sektor bisnis merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

I. PENDAHULUAN. menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok

Makalah. Analisis Studi Kelayakan Bisnis-Usaha Distro. DI Susun oleh : Joko Purnomo

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau e-commerce juga terus berkembang. Dengan demikian lebih mempermudah

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Logo Happy Go Lucky Sumber : Visi dan Misi Perusahan a. Visi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Semakin banyak munculnya perusahaan-perusahaan baru maka semakin beragam juga produk yang ditawarkan dipasaran. Hal ini juga mempengaruhi bahwa pasar berubah lebih cepat daripada pemasaran. Karena itu, pemasaran harus dikembangkan seluas mungkin. Dengan demikian kegiatan pemasaran harus dapat baradaptasi dengan keadaan tersebut. Konsumen merupakan target pasar perusahaan maka kegiatan pemasaran tidak bisa lepas dari perilaku konsumen. Oleh karena itu suatu perusahaan dituntut untuk bisa mengenali karakter konsumen dengan tujuan konsumen tersebut dapat menjadi pembeli yang 1

2 potensial. Pemasaran juga harus dapat baradaptasi dengan keadaan pasar yang semakin berkembang dengan pesat karena keadaan pasar dipengaruhi juga oleh perilaku konsumen. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menjadi target potensial dalam pemasaran produk, baik dari perusahaan lokal maupun internasional. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia mendapatkan peluang dan suatu tantangan baru akibat dari pengaruh globalisasi. Era globalisasi pada saat ini memperluas pasar produk dari perusahaan Indonesia tetapi keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik maupun perusahaan asing. Seperti yang terjadi pada industri ritel di Indonesia dimana perkembangan jumlah ritel di Indonesia terus bertambah secara pesat seperti supermarket, hypermarket, minimarket, factory outlet dan ritel lainnya yang terus bermunculan. Masuknya perusahaan asing baik yang menanamkan modal atau mendirikan perusahaan baru di Indonesia, menjadikan persaingan bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Dengan adanya kondisi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka setiap bisnis ritel perlu meningkatkan keunggulan dan kekuatan dalam perusahaannya dengan cara memunculkan perbedaan atau keunikan atau keunggulan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan pesaing sehingga dapat menarik minat membeli konsumen lebih banyak dan potensial dari pesaing. Factory outlet merupakan bagian dari bisnis ritel, saat ini persaingan pada factory outlet sangatlah ketat karena banyak yang melakukan bisnis dengan

3 format yang sama, salah satunya yaitu di kota Bandung. Kota inilah yang pertama kali memperkenalkan konsep factory outlet. Bukti nyata atas perkembangan pesat industri fashion di kota Bandung khususnya yaitu pesatnya pertumbuhan Factory Outlet sebagai agen distribusi produk tekstil yang mengandalkan kreatifitas. Hal ini diperkuat dengan data dari kadinbandung.org bahwa pada tahun 2011 terdapat 124 factory outlet yang tersebar di kota Bandung. Tiap factory outlet menjual berbagai jenis produk fashion baik untuk pria maupun wanita untuk dewasa ataupun anak-anak yang mempunyai fasilitas pelayanan dan mutu yang sesuai dengan standar yang diterapkan pada tiap toko. Fashion jenis produk dari sebuah factory outlet, berupa baju anak, pria dan wanita yang berbentuk ready to wear, termasuk aksesoris dan kosmetika. Industri kreatif fashion sudah menjadi icon kota Bandung, kekuatan utama industri kreatif adalah desain, keragaman bahan baku, kekhususan merek, dan keunikan produk. Keberhasilan creative fashion di Bandung ini tidak terlepas dari keberadaan industri tekstil dan keunikan pendistribusiannya salah satunya yaitu Factory Outlet. Semakin meningkatnya pertumbuhan factory outlet di Bandung dari tahun ke tahun tersebut menjadikan peluang bisnis bagi para pelaku bisnis dibidang fashion karena Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia, kota metropolitan terbesar di Jawa Barat yang dikenal dengan sebutan kota belanja dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini sehingga menjadi tempat tujuan wisata bagi penduduk Bandung sendiri maupun penduduk dari luar kota Bandung. Hal tersebut didukung dengan fenomena yang ada pada

4 saat ini bahwa orang-orang yang berkunjung ke factory outlet untuk berbelanja jenis fashion dan rata-rata pembelian tersebut tidak direncanakan sebelumnya. Salah satu factory outlet besar di kota Bandung dan yang banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan dari luar adalah Rumah Mode factory outlet yang berlokasi di jalan Setiabudi Bandung. Pergerakan pengunjung Rumah Mode factory outlet ini dapat dilihat dari kontribusinya yang sangat berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas disekitarnya terutama pada saat akhir pekan. Selain itu Rumah Mode factory outlet selalu menempati tempat paling teratas sebagai best factory outlet dan recommended factory outlet di Bandung berdasarkan beberapa review dari blog dan artikel media online, kedua ditempati The Secret, ketiga The Summit, keempat Grande dan terakhir House of Donatello. Tabel 1.1 5 recommended FO Bandung No Nama FO 1 Rumah Mode 2 The Secret 3 The Summit 4 Grande 5 House of Donatello Sumber: Survey melalui internet bulan Februari 2014 Perilaku konsumen produk fashion yang menarik yaitu adanya perilaku impulse buying atau yang biasa disebut pemasar dengan pembelian yang tidak direncanakan. Impulse buying adalah perilaku orang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berpikir panjang untuk membeli suatu produk atau merek tertentu

5 yang meraka inginkan. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga secara spontan. Hasil dari sebuah survey yang dilakukan oleh AC Nielsen (2011) dalam research analyst Indonesia Retail Sector yang dilakukan oleh Dian Haryonokusumo dan Ella Nusantoro (2012) terhadap pembelanja di toko dengan format ritel di sebagian beberapa kota besar di pulau Jawa yaitu Jakarta, Surabaya dan Bandung, berdasarkan survey tersebut sekitar 21 persen pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 39 persen pada tahun 2011 konsumen terkadang atau selalu membeli tidak direncanakan. Sedangkan jumlah pembelanja yang melakukan pembelian sesuai dengan rencana dan tidak terdorong untuk membeli item tambahan hanya berkisar 10 persen saja pada tahun 2003 dan pada 2011 terdapat 13 persen. 45% 40% 35% 30% Grafik 1.1 Perilaku Konsumen Indonesia 25% 20% 15% 10% 5% 0% never plan what to buy purchase additional items on top of wish list 2003 2011 Sumber: research analysts Dian haryanokusumo et. al 2012

6 Peneliti juga melakukan pra survey dengan menyebarkan kuesioner terhadap 30 responden yaitu konsumen Rumah Mode factory outlet Bandung. Berdasarkan hasil pra survey tersebut hanya terdapat 10 persen pembelanja yang merencanakan apa yang telah dibeli dan tidak membeli item tambahan diluar perencanaan, 20 persen merencanakan apa yang telah dibeli tetapi membeli item tambahan yang tidak direncanakan sebelumnya dan sisanya 70 persen tidak merencanakan apa yang mereka telah beli. Maka dapat disimpulkan sebagian besar konsumen di Rumah Mode factory outlet ini melakukan perilaku impulse buying. Grafik 1.2 Perilaku Konsumen Rumah Mode factory outlet Saya merencanakan apa yang ingin saya beli di Rumah Mode factory outlet ini dan tidak membeli item tambahan diluar perencanaan sebelumnya. 10% Saya merencanakan apa yang ingin saya beli di Rumah Mode factory outlet Bandung ini, tetapi membeli item tambahan yang tidak direncanakan 20% Saya tidak merencanakan apa yang ingin saya beli sebelum berbelanja di Rumah Mode factory outlet Bandung. 70% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sumber: Pra survey lapangan penulis N=30 pada bulan Maret 2014 Seperti yang sebagian besar orang alami mereka seringkali berbelanja melebihi apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Bahkan kadang tidak sedikit

7 membeli barang-barang yang tidak masuk dalam daftar belanja yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ini merupakan indikator positif bahwa masyarakat Indonesia khususnya adalah masyarakat yang suka membeli produk yang tidak direncanakan. Impulse buying terjadi karena konsumen mendapatkan kepuasan tersendiri setelah membeli produk yang dinilainya menarik meskipun produk tersebut kurang atau bahkan tidak dibutuhkannya atau konsumen tersebut mengikuti trend fashion sehingga membeli produk tersebut dengan alasan supaya tidak tertinggal trend fashion yang cenderung fluktuatif. Impulse buying bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Termasuk pada saat seorang penjual menawarkan suatu produk kepada calon konsumen. Dimana sebenarnya produk tersebut terkadang tidak terpikirkan dalam benak konsumen sebelumnya. Impulse buying merupakan sesuatu yang menarik bagi produsen. Fenomena impulse buying ini merupakan sesuatu yang harus diciptakan oleh produsen untuk memperoleh keuntungan lebih. Sehingga menciptakan ketertarikan secara emosional atau memancing gairah konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk atau merek tertentu. Konsumen yang tertarik secara emosional seringkali tidak lagi melibatkan rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan pembelian sehingga terjadi impulse buying, hal ini menjadikan konsumen lebih konsumtif dan berdampak negatif bagi konsumen. Konsumen sebagai pengambil keputusan pembelian atau yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan tersebut, perlu dipahami melalui suatu penelitian yang teratur. Faktor-faktor yang memnpengaruhi

8 konsumen melakukan impulse buying harus diketahui agar dapat meminimalisir pola impulse buying yang berdampak negatif bagi konsumen. Kemungkinan salah satu faktor yang mempengaruhi impulse buying yaitu shopping lifestyle pada konsumen. Belanja sudah menjadi lifestyle bagi masyarakat urban di Indonesia. Mereka akan rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan produk yang mereka inginkan dan yang mereka senangi. Baik secara langsung ataupun tidak langsung pada era globalisasi ini ikut mempengaruhi pola berpikir dan lifestyle masyarakat di Indonesia khususnya di kota-kota besar, termasuk dalam shopping lifestyle. Betty Jackson (2004) mengatakan shopping lifestyle merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial. Shopping lifestyle merupakan sikap atau pilihan seseorang dalam menggunakan atau menghabiskan uangnya untuk membeli suatu produk. Shopping lifestyle pada tiap konsumen tentunya berbeda-beda. Dalam memtusukan pembeliannya konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya pengaruh iklan dan trend. Iklan dan trend ini ditanggapi berbeda-beda oleh tiap konsumen, dimana terdapat konsumen membeli suatu produk karena terpengaruh iklan atau trend meskipun pada awalnya konsumen tersebut tidak akan membeli produk tersebut atau bahkan tidak membutuhkannya, akibatnya konsumen tersebut melakukan impulse buying. Pada umumnya sikap konsumen mempengaruhi keputusan pembelian, contohnya seperti sikap terhadap merek dan kualitas. Sikap terhadap merek dan kualitas pada konsumen tentunya berbeda, terdapat konsumen yang membeli suatu produk fashion khususnya dengan mengutamakan merek atau kualitas.

9 Terdapat konsumen yang loyal pada suatu merek sehingga konsumen tersebut sudah menjadi pelanggan bagi merek tersebut, ada juga konsumen yang beranggapan bahwa kualitas merupakan hal yang penting dalam suatu produk. Dilihat dari berbagai fenomena dan permasalahan yang terjadi pada pembeli produk fashion Rumah Mode factory outlet, maka penulis memilih konsumen Rumah Mode Factory Outlet sebagai objek penelitian. Rumah Mode Factory Outlet tergolong salah satu Factory Outlet besar di kota Bandung yang sudah berdiri sejak tahun 1999 dengan format ritel, dimana terdapat berbagai produk dengan merek yang berbeda-beda. Berdasarkan pra survey awal yang telah dilakukan penulis terhadap 30 konsumen yang datang ke Rumah Mode factory outlet ditemukan bahwa shopping lifestyle konsumen di Rumah Mode factory outlet memiliki gaya hidup yang suka berbelanja produk-produk fashion, ini dapat dilihat dari jawaban konsumen terhadap pernyataan yang telah diajukan dengan menggunakan indikator trend dan merek terkenal. Disini responden memberikan penilaian terhadap masing-masing pernyataan, untuk pernyataan mengenai trend 60% yang setuju, sedangkan untuk merek terkenal sebesar 70% yang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di Rumah Mode factory outlet lebih tertarik dengan merek terkenal daripada trend.

10 Grafik 1.3 Sikap Konsumen Rumah Mode factory outlet terhadap trend saya berbelanja produk fashion tetapi cenderung tidak mengikuti trend yang sedang berkembang 40% saya cenderung berbelanja produk fashion sesuai trend yang sedang berkembang 60% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sumber: Pra survey lapangan penulis N=30 pada bulan Maret 2014 Grafik 1.4 Sikap Konsumen Rumah Mode factory outlet terhdap merek terkenal saya cenderung berbelanja produk fashion tidak memperhatikan merek 30% saya cenderung berbelanja produk fashion merek terkenal 70% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sumber: Pra survey lapangan penulis N=30 pada bulan Maret 2014

11 Konsumen merupakan tolak ukur yang jelas akan suatu produk dapat dikatakan sukses atau tidak sukses di pasaran. Konsumen dalam melakukan tindakan-tindakannya dalam usaha memperoleh, menggunakan, menentukan produk termasuk pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikutinya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Maka kajian akan perilaku konsumen perlu dipelajari dan dikembangkan sebagai langkah bagi pelaku bisnis di era modern untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen fashion khususnya dan selanjutnya bisa dijadikan referensi untuk membuat strategi pemasaran yang baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih judul: PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE TERHADAP IMPULSE BUYING (Survey Terhadap Konsumen Rumah Mode Factory Outlet Bandung) 1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Impulse buying merupakan keunggulan yang dimiliki oleh produsen, tetapi menjadikan pola konsumtif bagi konsumen yang menimbulkan dampak negatif bagi konsumen itu sendiri seperti pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, mengurangi kesempatan untuk menabung atau berinvestasi dan cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang dan menjadikan konsumen tidak kreatif. Masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah adanya impulse buying yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam pola konsumsi

12 produk fashion yang kemudian menyebabkan konsumen menjadi semakin konsumtif. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran shopping lifestyle konsumen Rumah Mode factory outlet? 2. Bagaimana gambaran impulse buying konsumen Rumah Mode factory outlet? 3. Seberapa besar pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying konsumen Rumah Mode factory outlet? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran shopping lifestyle konsumen Rumah Mode factory outlet. 2. Untuk mengetahui gambaran impulse buying konsumen Rumah Mode factory outlet. 3. Untuk mengetahui pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying konsumen Rumah Mode factory outlet.

13 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menguatkan kajian ilmu pemasaran, khususnya mengenai shopping lifestyle terhadap impulse buying di industri bisnis fashion. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi Rumah Mode factory outlet Bandung mengenai perilaku konsumen khususnya pada shopping lifestyle yang berpotensial melakukan impulse buying.