BAB I PENDAHULUAN. Edukatif (Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis), (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm Cemerlang, 2009), hlm.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Progressif, 1997), hlm Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Oleh: BUSTOMI RAMIN NIM:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaqnya. Apabila. akhlaqnya buruk, rusaklah lahir dan batinnya.

PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

Moral Akhir Hidup Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT. Fajar Interpratama, 2011). Hal Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(

INTERAKSI EDUKATIF GURU DAN SISWA MADRASAH DINIYAH DI PONDOK PESANTREN AL-FATAH PARAKANCANGGAH BANJARNEGARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya merupakan hal yang sangat di perhatikan oleh pemerintah (Negara) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TA ZIR DAN KEDISIPLINAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Dalam ajaran Islam, pendidikan adalah merupakan

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

I. PENDAHULUAN. berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 1 disiplin merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat,

MODEL PELAKSANAAN TA ZIR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN FUTUHIYYAH SUBURAN BARAT MRANGGEN DEMAK

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan siswa sebagai bekal

MAKALAH MANUSIA DAN KEMATIAN. (Ilmu Budaya Dasar)

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Islam sangat memperhatikan arti pendidikan. Karena pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB V PENUTUP. pengumpulan data yang menunjang dalam rangka menjawab tiga permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

DAFTAR RUJUKAN. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara, Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB III KONSEP PEMBERIAN HADIAH DAN HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan akhlak. Minimnya pengetahuan masyarakat. kondisi masyarakat berupa dekadensi akhlak. Oleh karena itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV. A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang Kejahatan Korporasi Sebagaimana Diatur

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

Hanifah Pendidikan Akhlak pada Anak Usia Dini permsalahan ini ialah, kehadiran seorang ibu di dalam keluarga. sebagai ibu menjadi sumber rasa kasih da

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB IV. A. Analisis Ta zir di Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB IV ANALISIS FIQIH MURA<FA AT TERHADAP VICTIMOLOGI DALAM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

STUDI KOMPARASI PANDANGAN SANTRI MUKIM DAN SANTRI KALONG TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011), hlm Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka, 1990), hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KONSEP KARTINI KARTONO TENTANG KENAKALAN REMAJA MENURUT KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukuman adalah salah satu alat pendidikan yang juga diperlukan dalam pendidikan. Hukuman diberikan sebagai akibat dari pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan yang dilakukan anak didik. Tidak seperti akibat yang ditimbulkan oleh ganjaran, hukuman mengakibatkan penderitaan atau kedukaan bagi anak didik yang menerimanya. 1 Salah satu lembaga pendidikan yang selama ini dipandang efektif dalam memberikan hukuman dalam menanamkan kedisiplinan adalah pondok pesantren. Pondok Pesantren pada hakikatnya adalah sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang memerankan fungsi sebagai institusi sosial. Sebagai institusi sosial, maka Pondok Pesantren memiliki dan menjadi pedoman etika serta moralitas masyarakat. 2 Oleh karena itu, bagi Pondok Pesantren pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan suatu keharusan. Sebab untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi prasyarat yang diperlukan. Dengan pengembangan Sumber Daya Manusia akan memberikan 1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis), (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 196 2 A. Halim, dkk, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2009), hlm.78 1

kontribusi signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masa depan kehidupan masyarakat. 3 Dalam hal ini, Pondok Pesantren sebagai agen pengembangan masyarakat sangat diharapkan dapat mempersiapkan sejumlah konsep pengembangan Sumber Daya Manusia baik untuk peningkatan kualitas Pondok Pesantren itu sendiri maupun untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Salah satu upaya tersebut diantaranya memperbaiki sistem pendidikan yang ada di dalam Pondok Pesantren. Salah satu misi berdirinya pesantren adalah menanamkan kedisiplinan sejak dini. Dalam menanamkan kedisiplinan, banyak hal yang dilakukan oleh pondok pesantren agar santri-santrinya dapat menjalankan tata tertib dengan baik, meskipun awalnya harus melalui paksaan. Strategi untuk mencapai tujuan mengembangkan pesantren antara lain melalui keteladanan pengasuhnya melalui nasehat-nasehat, bimbingan dan pemberian ta'zir (hukuman). Di dalam dunia pesantren sering dijumpai istilah ta'zir (hukuman) atau dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan sebutan punishment. Adapun ta'zir adalah hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar. Hukuman yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Hukuman ini diberikan kepada santri yang telah 3 A. Halim, dkk, Manajemen Pesantren, hlm. 3 2

berulang kali melakukan pelanggaran, seolah-olah sudah tidak bisa diperbaiki. 4 Di dalam fiqih, ta'zir secara harfiah berarti mencegah pelaku kriminal karena tindak pidana yang memalukan. Menurut ketentuan ta'zir, hukuman itu diterapkan dengan ketentuan hukum, dan hakim diperkenankan mempertimbangkan baik bentuk ataupun hukuman yang akan dikenakan. Bentuk hukuman dengan kebijaksanaan ini diberikan dengan pertimbangan khusus tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dalam peradaban manusia dan bervariasi berdasarkan metode yang digunakan pengadilan ataupun jenis tindak pidana yang dapat ditunjukkan dalam undang-undang. Pelanggaran yang dapat dihukum dengan metode ini adalah yang mengganggu kehidupan, harta, serta kedamaian, dan ketentraman masyarakat. Ringkasnya ta'zir dapat didefinisikan sebagai berikut: "adalah hukuman disipliner karena tindak pelanggaran (namun) tak ada ketetapan had ataupun kafarah di dalamnya". 5 4 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy'ari, (Yogyakarta: ITTAQA Press, 2001) hlm.59 5 Abdur Rahman I. Doi, Hudud dan Kewarisan Syari'ah II, penerjemah: Zaimudin dan Rusydi Sulaiman dalam Syari'ah The Islamic Law, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 15-16 3

Di dalam Al-Qur'an, hukuman juga telah ditetapkan Allah sebagai balasan bagi suatu pelanggaran, di antaranya pada ayat berikut ini: (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; Karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat keras siksa-nya.(qs. Ali Imran/3: 11) 6 Sebagai institusi keagamaan pondok pesantren bertanggung jawab untuk ikut andil dalam mendidik generasi muda, pesantren berusaha seoptimal mungkin memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Termasuk di dalamnya hukuman yang dapat membuat santri berkembang menjadi lebih baik. Kartini Kartono mengutip mengenai hukuman ini Gunning, Kohnstamn dan Scheler berkata: "Hukuman dalam pendidikan harus mengandung tujuan membangun keinsyafan batin, atau menumbuhkan dan mempertajam hati nurani." Harus ditekankan pula, bahwa hukuman itu sifatnya tidak boleh memperhinakan anak dan tidak merendahkan martabat dirinya. Sebaliknya, hukuman tersebut supaya bisa membangkitkan rasa 6 Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Jilid I, hlm. 458 4

rendah hati dan kesediaan untuk mengakui kesalahan dan kelemahan sendiri, lalu bersedia memperbaiki tingkah lakunya. Oleh karena itu, hukuman harus bisa membangunkan nilai-nilai moril dan etis anak didik. 7 Abdullah Nashih Ulwan mengutip dalam hal ini Ibnu Khaldun berkata: "Pendidikan yang bersikap keras, baik itu terhadap anak didik (murid), hamba sahaya, atau pembantu, maka pendidik itu telah menyempitkan jiwanya dalam hal perkembangan, menghilangkan semangat, menyebabkan malas, dan menyeretnya untuk berdusta karena takut terhadap tangantangan keras dan kejam singgah di mukanya. Hal itu berarti telah mengajarkan anak untuk berbuat makar dan tipu daya yang berkembang menjadi kebinasaannya. Dengan demikian rusaklah makna kemanusiaan yang ada padanya. 8 Agar dampak negatif tersebut tidak terjadi pada santri, Pondok Pesantren Futuhiyyah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang penulis pandang sebagai Pondok Pesantren yang masih menerapkan ta'zir untuk mengembangkan kedisiplinan para santri. Dengan alasan yang demikian, menurut hemat penulis Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak berbeda dengan 7 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis (Apakah Pendidikan Masih diperlukan?), (Bandung: Mandar Maju, 1992), hlm.263 8 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asysyifa', 1988), hlm.157 5

Pondok Pesantren lainnya dalam kegiatan mengembangkan kedisiplinan santri. Oleh karena alasan di atas, penelitian ini mengambil judul Implementasi Ta zir untuk Mengembangkan Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak penulis tetapkan sebagai pembahasan yang akan penulis uraikan secara bertahap. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Apa saja ta'zir yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak? 2. Bagaimana implementasi ta'zir untuk mengembangkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka tujuan penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa saja ta'zir yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak 2. Mendeskripsikan implementasi ta'zir untuk mengembangkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak 6

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang deskripsi ta'zir. 2. Secara praktis a. Bagi Pondok Pesantren Sebagai bahan masukan dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan di Pondok Pesantren b. Bagi Pengasuh dan Dewan Asatidz Sebagai masukan untuk senantiasa memperhatikan hak dan tanggung jawab dalam memberikan arahan untuk para santri. c. Bagi santri Sebagai motivasi untuk tidak melakukan pelanggaran dan selalu tertib dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan Pondok Pesantren Futuhiyyah. 7