BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN METODE INDUKSI TUKAK LAMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OBAT GASTROINTESTINAL

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari upaya World Health Organization (WHO) dalam memperkirakaan beban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

UJI AKTIVITAS MADU SEBAGAI ANTITUKAK LAMBUNG TERHADAP TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG DRINGO (Acorus calamus L.) TERHADAP TUKAK USUS TIKUS YANG DIINDUKSI OLEH INDOMETASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulpitis adalah penyebab utama di antara seluruh jenis nyeri yang dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

OBA B T A T S I S ST S E T M

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

PR0GHlllltG. B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT / GANGGUAN SALURAN CERNA ULKUS PEPTIK ULKUS PEPTIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

*Arfenilla Salamanya, , **Nur Rasdianah, S.Si., M.Si., Apt, ***Madania, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan rusaknya lapisan mukosa muskularis (Bandyopadhyay, dkk., 2004). Menurut Aziz (2002) ulkus peptikum adalah kerusakan pada lapisan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran cerna. Ketidakseimbangan antara faktor agresif dan protektif merupakan awal terjadinya tukak lambung. Hipersekresi asam lambung dan pepsin sebagai faktor agresif adalah kondisi patologis yang terjadi akibat sekresi HCL yang tidak terkontrol dari sel-sel parietal mukosa lambung melalui pompa proton H + / K + - ATPase yang juga dapat merangsang pelepasan pepsin oleh adanya makanan berupa protein, sedangkan kerusakan lapisan mukus yang berfungsi sebagai faktor protektif pada permukaan mukosa lambung dapat memperparah keadaan diatas (Bandyopadhyay, dkk., 2004; Aziz, 2002). Banyak kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan kedua faktor tersebut. Adanya reaksi yang berlebihan terhadap makanan tertentu, minuman yang mengandung kafein dan alkohol, rangsangan parasimpatis dan histamin dapat merangsang sel-sel parietal untuk menghasilkan HCl. Penggunaan obatobatan seperti antiinflamasi non steroid (AINS) berkaitan erat dengan terjadinya perdarahan lambung melalui iritasi sel-sel secara langsung dan inhibisi sistemik sintesis prostaglandin mukosa saluran pencernaan. Keberadaan Helicobacter 1

pylori dapat mengganggu pertahanan mukosa melalui elaborasi toksin dan enzim serta meningkatkan pelepasan gastrin (Wells, dkk., 2003). Klasifikasi ulkus peptikum yang sering digunakan dibuat oleh Schuster dan Gross (1963) yaitu ulkus peptikum primer dan sekunder. Ulkus peptikum primer adalah ulkus yang terjadinya terutama dipengaruhi langsung oleh sekresi asam lambung dan pepsin berlebihan. Ulkus peptikum primer dapat bersifat akut dan kronis, dibedakan berdasarkan pemeriksaan histologi. Ulkus peptikum primer akut menunjukkan gambaran proses erosi dengan tepi tajam, tidak ada kongesti, hanya dijumpai tanda inflamasi minimal sekitar ulkus dan dalam penyembuhannya tidak disertai fibrosis. Pada ulkus peptikum primer kronis ditemukan jaringan nekrotik dengan dasar eksudat fibropurulen dan jaringan granulasi vaskular dengan pembentukan fibrosis. Pada permukaan jaringan nekrotik tersebut sering ditemukan Helicobacter pylori. Ulkus peptikum sekunder didasarkan adanya gangguan ketahanan mukosa saluran cerna, yang dapat terjadi setelah mengalami penyakit/trauma berat (stress ulcer), luka bakar (Curling s ulcer), penyakit intrakranial (Rokitansky-Cushing s ulcer), minum aspirin atau kortikosteroid, dan penyakit hati kronis (Aziz, 2002). Pada awalnya patogenesis ulkus peptikum dikaitkan dengan faktor stres dan makanan, sehingga pengobatan diutamakan pada istirahat di rumah sakit dan pemberian makanan lunak. Kemudian konsep ulkus peptikum didasarkan pada sekresi asam lambung yang berlebihan (Aziz, 2002). Saputri dkk menyatakan bahwa alkohol dan aspirin memiliki daya induksi yang tinggi terhadap ulkus lambung. Berdasarkan hasil analisis terhadap histologi dinding lambung tikus putih jantan galur Sprague-dawley, terlihat bahwa kelompok yang diinduksi 2

dengan etanol 80 %, etanol 96 % dan aspirin-hcl menunjukkan abnormalitas selsel mukosa lambung, dimana terjadi hipertropi dan tampak adanya neutrofil yang terinfiltrasi ke dalam sel-sel epitel yang menandakan terjadinya inflamasi. Menurut Cook, dkk., (1986); Price dan Wilson (1995), etanol diketahui merusak barrier (sawar) mukosa lambung; dan bila aspirin dan alkohol diminum dalam kombinasi, seperti yang sering terjadi; resiko iritasi lambung bertambah. Oleh karena itu, efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang akan merusak lambung. Dalam jumlah sedikit alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung, memperburuk gejala tukak lambung dan mengganggu penyembuhan tukak lambung. Stres dapat menginduksi perdarahan gastrointestinal dan memperparah ulkus lambung. Kerusakan pertahanan dan perbaikan mukosa dapat terjadi akibat stres, dan berdasarkan hasil penelitian, meningkatnya produksi asam pada lumen lambung menyebabkan kerusakan mukosa dan perdarahan yang nyata sekali. Perdarahan gastrointestinal yang disebabkan oleh ulser adalah komplikasi pada pasien, yang menuju kepada tingginya angka kematian, morbiditas, dan jumlah pasien yang membutuhkan penanganan serius (Solouki, dkk., 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solouki dkk, pencegahan perdarahan gastrointestinal dan pengobatan ulkus dilakukan dengan menetralkan asam lambung dan mengurangi sekresi asam dengan antagonis reseptor histamin H2. Penghambat pompa proton (PPI) lebih kuat dan mempunyai efek yang lebih lama dalam menghambat sekresi asam lambung, dan juga mempunyai interaksi yang lebih sedikit dengan obat-obat lain daripada antagonis reseptor histamin H2. 3

Penghambat pompa proton seperti omeprazol, terbukti manjur pada perdarahan lambung yang disebabkan oleh stres. Banyak bahan alam yang digunakan untuk pengobatan karena aman dan relatif murah (Mahattanadul, 1996). Salah satu bahan alam tersebut adalah alginat. Alginat diperoleh dari alga coklat (Phaeophyceae). Alginat merupakan biopolimer yang memiliki banyak kegunaan. Alginat bersifat non-toksik, biodegradable, dan bersifat mukoadesif. Sifat mukoadhesif dari alginat diperkirakan dapat memberikan sifat protektif (sifat melindungi) mukosa lambung dari zat-zat iritan seperti aspirin, asam lambung berlebihan, dan alkohol. Alginat biasanya digunakan sebagai bahan tambahan pada produk obat tergantung pada sifatnya sebagai pengental, pembentuk gel, dan penstabil. Hidrokoloid seperti alginat berperan penting dalam mendesain produk obat pelepasan terkontrol. Pada ph rendah, hidrasi asam alginat membentuk jel asam dengan viskositas tinggi. Alginat dengan mudah membentuk jel dengan adanya kation divalen seperti ion kalsium. Kemampuan alginat membentuk dua jenis jel tergantung pada ph, jel asam dan jel ionotropik, menghasilkan sifat unik polimer dibandingkan dengan makromolekul murni. Sejauh ini telah diproduksi lebih dari 200 kelas alginat dan sejumlah garam alginat (Tonnesen dan Jan, 2002). Alginat digunakan di bidang biomedis, antara lain sebagai bahan baku pembalut luka primer (yang kontak langsung dengan luka) karena selain bersifat non-toksik, biodegradable, dan biocompatible, juga dapat mempercepat pertumbuhan jaringan baru (Mutia dan Rafaida, 2012). Manfaat alginat terhadap aplikasi biomedis berpotensial meregenerasi jaringan. Alginat telah banyak digunakan pada sejumlah pembalut luka (wound dressing). Beberapa produk pembalut luka 4

berbahan dasar alginat diketahui dapat mempercepat penyembuhan luka dengan menstimulasi monosit untuk meningkatkan produksi sitokin seperti interleukin-6 dan tumor nekrosis faktor-α. Produksi sitokin pada daerah luka menghasilkan faktor pro-inflamasi yang menguntungkan bagi penyembuhan luka (Sun dan Huaping, 2013). Pada penelitian ini penulis menggunakan alginat untuk penyembuhan ulkus lambung yang diinduksi oleh aspirin. Untuk tujuan pembentukan ulkus, pemberian aspirin dilakukan secara oral karena mudah dan penetrasinya cepat ke dalam mukosa lambung (Daniel, dkk., 1997). Pada penelitian ini juga diformulasikan alginat ke dalam bentuk sediaan sirup. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup merupakan sediaan yang menyenangkan untuk pemberian cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum obat (Ansel, 1989). Beberapa penelitian telah menggunakan alginat untuk mencegah ulkus diantaranya (Meilani, 2010) larutan alginat 1% sebanyak 10 ml yang diberikan 1 jam sebelum pemberian asetosal terbukti secara makroskopis dan mikroskopis dapat mencegah ulkus saluran cerna kelinci yang disebabkan asetosal. Dimana, asetosal ini bersifat asam. Pada ph lambung, asetosal tidak dibebaskan, akibatnya mudah menembus sel mukosa dan asetosal mengalami ionisasi (menjadi bermuatan negatif) dan terperangkap, jadi berpotensi menyebabkan kerusakan sel secara langsung (Mycek, dkk., 1995). 5

Fransiska (2013), menginformasikan bahwa sirup alginat lebih stabil pada penyimpanan di dalam kulkas (15 C) dibandingkan penyimpanan pada suhu kamar, dimana hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan viskositas, ph dan berat jenis lebih besar daripada sirup alginat yang disimpan pada suhu kamar. Pemberian sirup alginat r.p. maupun sirup alginat penyimpanan pada suhu kamar sebanyak 2,5 ml yang diberikan 30 menit sebelum pemberian HCL 0,6 N dapat mencegah terjadinya ulkus lambung pada tikus. Pemberian sirup alginat akan meningkatkan efek pertahanan mukosa lambung terhadap asam sehingga asam tidak akan menembus ke dalam mukosa lambung. Menurut Sianipar (2015), pada hari ketujuh sudah tidak terlihat adanya ulkus pada kelompok pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Menurut Manik (2014), pada hari ketujuh sudah tidak terlihat adanya ulkus pada kelompok pemberian sirup alginat. Berdasarkan data-data tersebut penulis ingin lebih lanjut membuktikan secara makroskopik dan mikroskopik apakah sirup alginat dapat menyembuhkan ulkus lambung yang diinduksi oleh zat iritan lainnya seperti aspirin serta membandingkannya dengan kombinasi alginat dengan omeprazol dengan tikus sebagai hewan percobaan. 6

1.2 Kerangka Pikir Kerangka pikir atau road map penelitian ini adalah tertera pada Gambar 1.1 dibawah ini. Latar belakang Tujuan Variabel bebas Variabel terikat Parameter Alginat memiliki sifat mukoadhesif yang memberikan sifat sitoprotektif mukosa lambung dari zat-zat iritan. Omeprazol mampu mengurangi sekresi asam lambung sehingga kerusakan mukosa tidak bertambah parah. Untuk mengetahui efek kombinasi alginat dengan omeprazol terhadap penyembuh an ulkus lambung tikus. Akuades (kontrol) Sirup alginat Suspensi omeprazol Suspensi kombinasi alginat dengan omeprazol Pengamatan penyembuhan ulkus lambung pada hari ketiga, ketujuh, kesepuluh, keempatbelas, keenambelas Pengamatan secara makroskopis (jumlah ulkus dan indeks ulkus) dan secara mikroskopis (kohesi sel mukosa) Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian 7

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah pemberian suspensi kombinasi alginat dengan omeprazol dapat menyembuhkan ulkus lambung yang diinduksi oleh aspirin? b. Apakah pemberian suspensi kombinasi alginat dengan omeprazol lebih cepat menyembuhkan ulkus lambung dibandingkan dengan sirup alginat dan suspensi omeprazol? 1.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Suspensi kombinasi alginat dengan omeprazol dapat menyembuhkan ulkus lambung yang diinduksi oleh aspirin. b. Suspensi kombinasi alginat dengan omeprazol lebih cepat dalam menyembuhkan ulkus lambung dibandingkan dengan sirup alginat dan suspensi omeprazol. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Mengetahui efek penyembuhan ulkus lambung dari suspensi kombinasi alginat dengan omeprazol yang diinduksi oleh aspirin. b. Mengetahui kecepatan penyembuhan ulkus lambung dari suspensi kombinasi alginate dengan omeprazol dibandingkan dengan sirup alginat dan suspensi omeprazol. 8

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk pemanfaatan natrium alginat dalam bentuk suspensi kombinasi dengan omeprazol sebagai sediaan obat untuk penyembuhan ulkus lambung. 9