BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa termasuk dalam kelompok dewasa muda yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pada usia ini anak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya,

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan jaringan yang berasal dari struktur intraokuler disebut tekanan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur adalah kondisi istirahat alami yang dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Tidur merupakan aktifitas fisiologis yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh. Tidur memiliki peran dalam memproses memori, fluktuasi hormonal, dan menjaga keseimbangan metabolik. Tidur juga berperan dalam proses pembelajaran dan memiliki pengaruh positif terhadap sistem imun tubuh (Kirsch, 2014). Untuk mencapai fungsi utama tidur, dibutuhkan tidur yang baik, dari segi kualitas maupun kuantitas atau durasinya. Namun dalam dunia yang terus berkembang, manusia dituntut untuk membuat inovasi-inovasi baru, bekerja, dan belajar terus menerus. Orang dewasa menghabiskan waktunya untuk bekerja atau belajar selama kurang lebih 10 jam setiap hari kerja. Padatnya aktivitas membuat berkurangnya waktu istirahat dan memengaruhi kualitas tidur. Menurut National Sleep Foundation (NSF), jutaan orang mengalami kekurangan tidur, sebagai contoh, survei yang diadakan NSF pada periode 1999-2004 1

2 menunjukkan bahwa setidaknya 60 persen orang dewasa Amerika melaporkan memiliki masalah tidur beberapa hari dalam seminggu atau lebih (American Psychological Association, 2005). Data ini didukung oleh beberapa survei lanjutan mengenai tidur di Amerika Serikat. Menurut data dari National Health Interview Survey, hampir 30% dewasa melaporkan rata-rata durasi tidur kurang dari 6 jam dalam satu hari. Survei selanjutnya yang diadakan oleh Behavioral Risk Factor Surveillance System (BRFSS) pada tahun 2008 dan 2009 melaporkan bahwa 35,3% dari 74,571 responden dewasa di 12 negara bagian Amerika Serikat tidur kurang dari 7 jam dalam satu hari (Centers for Disease Control and Prevention, 2015). Kekurangan tidur merugikan manusia. Efek langsung yang akan terjadi adalah kelelahan, sehingga dapat menurunkan performa kerja sehari-hari dan menurunkan motivasi untuk melakukan aktivitas lain seperti olahraga. Kekurangan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif dan status emosi, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi, menurunnya kemampuan untuk mengambil keputusan rasional, memengaruhi memori jangka pendek dan jangka panjang secara negatif, dan perubahan

3 suasana hati (moody). Kekurangan tidur juga dapat melemahkan sistem imun karena sel imun yang seharusnya dihasilkan saat tidur terhambat pembentukkannya, sehingga meningkatkan kerentanan seseorang terhadap penyakit dan memperlambat penyembuhan penyakit. Kekurangan tidur juga dapat memengaruhi keseimbangan hormon ghrelin dan leptin, yang dapat meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan seseorang cenderung mengonsumsi makanan berlebihan (Pietrangelo, 2014). Jika dibiarkan terus menerus, hal tersebut dapat memengaruhi bentuk tubuh dan berakibat terhadap peningkatan berat tubuh bahkan obesitas, yang dapat diukur dengan indeks massa tubuh (IMT). Beberapa penelitian telah memaparkan hubungan antara kekurangan tidur dan IMT. Penelitian pada 6391 wanita di Iran menunjukkan durasi tidur kurang dari 5 jam per hari meningkatkan nilai IMT dilihat dari peningkatan odds ratio overweight [OR=1.75 (95% CI 1.07-2.85)] (Najafian et al., 2010). Hairston et al. (2010) menyatakan bahwa durasi tidur kurang dari 5 jam juga berhubungan dengan peningkatan IMT (+ 1,8 kg/m 2, P<0,001) pada pasien di bawah 40 tahun. Penelitian cohort oleh Anic et al. (2010) pada 5549 subjek wanita dewasa di Amerika

4 Serikat menunjukkan bahwa efek durasi tidur pendek bahkan lebih kuat pada obesitas ekstrim (adjusted OR IMT 40 kg/m 2 3,12 untuk tidur < 6 jam, CI 1,70-5,75). Kekurangan tidur juga diasumsikan menjadi faktor risiko sindrom metabolik. Beberapa penelitian terhadap laki-laki remaja (Klingenberg et al., 2013) dan dewasa (Schmid et al., 2011) menunjukkan bahwa kekurangan tidur selama beberapa hari mengganggu toleransi glukosa yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas insulin. Insensitivitas insulin dapat menjadi awal berkembangnya sindrom metabolik terhadap seseorang. Salah satu prediktor sindrom metabolik adalah obesitas abdominal, yang dapat diukur dengan rasio lingkar pinggangpinggul. Menurut Najafian et al. (2010), durasi tidur kurang dari 5 jam per hari dibandingkan dengan 7 sampai 8 jam per hari meningkatkan odds ratio untuk obesitas abdominal pada subjek di bawah 60 tahun [OR=2.49 (95% CI 1.40-4.43)]. Hasil ini signifikan pada subjek lakilaki [OR=2.64 (95% CI 1.16-6.02)] maupun perempuan [OR=2.38 (95% CI 1.05-5.39)]. Mahasiswa, sebagai individu dewasa muda produktif memiliki kerentanan terhadap kekurangan tidur. Seorang dewasa muda diperkirakan membutuhkan 8 jam tidur setiap

5 harinya (Wehr et al., 1993). Kebanyakan mahasiswa mengalami kekurangan tidur, dengan 70,6% melaporkan durasi tidur kurang dari 8 jam (Lund et al., 2010). Sebuah universitas arsitektur di Midwest melaporkan hanya 4% dari mahasiswanya yang tidur malam setidaknya 7 jam, dengan rata-rata durasi tidur 5,7 jam (Bachman & Bachman, 2006). Kekurangan tidur dapat memengaruhi bentuk tubuh dan menjadi faktor risiko sindrom metabolik, oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan kualitas dan durasi tidur terhadap indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggangpinggul pada mahasiswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara kualitas dan durasi tidur terhadap indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang-pinggul pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan kualitas dan durasi tidur terhadap indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang-pinggul

6 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian 1. Association between Sleep Duration and Body Mass Index and Waist Circumference (Najafian et al., 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara durasi tidur dan indeks obesitas yaitu indeks massa tubuh dan lingkar pinggang pada populasi subjek di Iran. Metode penelitian ini adalah cross sectional. Hasil penelitian ini adalah durasi tidur kurang dari 5 jam per hari dibandingkan dengan 7 sampai 8 jam per hari meningkatkan odds ratio untuk obesitas abdominal pada subjek di bawah 60 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu melihat hubungan antara durasi tidur dengan indeks massa tubuh. Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitian, tidak digunakannya kualitas tidur sebagai variabel bebas, dan penggunaan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. 2. Hubungan Pola Tidur terhadap Asupan Energi dan Obesitas pada Remaja SMP di Kota Yogyakarta (Utami, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola tidur terhadap asupan energi dan obesitas. Metode

7 yang digunakan adalah case-control. Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas dan durasi tidur terhadap asupan energi maupun obesitas, namun terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dan obesitas. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebagai instrumen untuk menilai kualitas tidur, dan melihat pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas. Perbedaan dari penelitian ini adalah metode penelitian, subjek penelitian, dan tidak digunakannya rasio lingkar pinggang-pinggul sebagai variabel terikat. 3. Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012 (Hasiana, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola tidur dengan indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara pola tidur dengan indeks massa tubuh. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu metode penelitian, menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebagai instrumen untuk menilai

8 kualitas tidur, dan melihat pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas. Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitian, dan tidak digunakannya rasio lingkar pinggang-pinggul sebagai variabel terikat. 4. Association Between Body Mass Index and Sleep Duration Assessed by Objective Methods in a Representative Sample of the Adult Population (Moraes et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara indeks massa tubuh dan durasi tidur yang diukur dengan Actigraphy (Acti), polysomnography, dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian ini adalah durasi tidur, short sleep wave (SWS), dan REM sleep yang lebih pendek berhubungan dengan peningkatan indeks massa tubuh, pengukuran adiposit sentral, dan faktor risiko kardiovaskular ketika diukur dengan metode objektif. Penelitian ini memiliki perbedaan yaitu subjek penelitian, instrumen penilaian durasi tidur, dan instrumen penilaian obesitas sentral.

9 5. Hubungan Durasi Tidur, Asupan Energi, dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas pada Tenaga Kesehatan Puskesmas di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh (Ramadhaniah, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi tidur, asupan energi, dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada tenaga kesehatan puskesmas di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara durasi tidur dengan kejadian obesitas, terutama pada durasi tidur yang kurang dengan aktivitas fisik yang kurang aktif. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebagai instrumen untuk menilai kualitas tidur, dan melihat pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas. Perbedaan dari penelitian ini adalah subjek penelitian, instrumen pengukuran aktivitas fisik, dan variabel bebas. 6. Sleep Quality and Body Mass Index in College Students: The Role of Sleep Disturbance (Vargas, Flores & Robles, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tidur, termasuk durasi dan gangguan tidur, terhadap indeks massa tubuh (IMT). Metode penelitian ini adalah cross sectional. Hasil penelitian

10 ini adalah sepertiga dari subjek memiliki IMT 25 dan 51% diantaranya memiliki kualitas tidur buruk (PSQI > 5), namun hanya gangguan tidur yang berhubungan dengan overweight. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebagai instrumen untuk menilai kualitas tidur, dan melihat pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas. Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitian, tidak digunakannya durasi tidur sebagai variabel bebas dan rasio lingkar pinggangpinggul sebagai variabel terikat. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk dunia akademik, mengetahui hubungan antara kualitas dan durasi tidur terhadap indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang-pinggul pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan sebagai acuan penelitian berikutnya. 2. Untuk peneliti, menambah wawasan dan pengalaman mengenai topik penelitian.

11 3. Untuk mahasiswa sebagai subjek, mengetahui indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang-pinggul masingmasing.