BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BUPATI BANGKA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG dan BUPATI KETAPANG MEMUTUSKAN :

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA LOKAL PELABUHAN TENAU KUPANG

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

III. METODOLOGI PENELITIAN. tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang output akhirnya

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Pelabuhan L. Say Maumere, merupakan simpul utama perekonomian dan

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH R.I. NOMOR 69 TAHUN 2001 TANGGAL 17 OKTOBER 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

Pesawat Polonia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

tentang pembangunan struktur gedung melainkan banyak lagi;

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

eresli::>en REP1.JOLIt< INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLlK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

STUDI PELAYANAN PELABUHAN BATU AMPAR BATAM Errina Cintia, Pengkuh Budi Purwanto, Slamet Hargono *), Salamun *)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2009

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN 2017 PELABUHAN TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero )

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

EVALUASI SISTEM LOGISTIK DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan evaluasi masterplan pelabuhan maumere, maka dapat diambil kesimpulan berikut ini. 1. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan Lapangan Penumpukan Peti Kemas, dapat diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014 adalah sebesar 14,960 m 2 dengan perincian 13,600 m 2 untuk peti kemas bermuatan dan 1,360 m 2 untuk peti kemas kosong, tahun 2020 sebesar 31,240 m 2 dengan perincian 28,400 m 2 untuk peti kemas bermuatan dan 2,480 m 2 untuk peti kemas kosong dan tahun 2025 sebesar 44,770 m 2 dengan perincian 40,700 m 2 untuk peti kemas bermuatan dan 4,070 m 2 untuk peti kemas kosong. Setelah mempelajari Tata Guna Lahan Masterplan Pelabuhan Maumere tahun 2002-2025 dan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) daratan pelabuhan maumere, didapati bahwa lahan dalam DLKr daratan pelabuhan maumere yang bisa dialokasikan sebagai lapangan penumpukan peti kemas adalah sebesar 16,128.14 m 2 dengan perincian 14,121 m 2 untuk peti kemas bermuatan dan 2,007.14 m 2 untuk peti kemas kosong. Dengan demikian lapangan penumpukan ini diprediksikan masih bisa menampung arus peti kemas sampai dengan tahun 2019, mulai tahun 2020 maka pihak pengelola Pelabuhan Maumere sudah harus menyiapkan lokasi alternatif diluar DLKr darat Pelabuhan Maumere untuk menampung arus peti kemas yang ada. 123

2. Kebutuhan akan gudang dan lapangan penumpukan terbuka untuk tahun 2014, diprediksikan sebesar 1,740 m 2, tahun 2020 sebesar 1,850 m 2 dan tahun 2025 tetap sebesar 1,910 m 2. Luas lahan dalam DLKr daratan pelabuhan maumere yang dialokasikan untuk gudang dan lapangan penumpukan terbuka adalah sebesar 3,649 m 2. Dengan demikian gudang dan lapangan penumpukan terbuka ini diprediksikan masih bisa menampung arus peti kemas sampai dengan tahun 2025. 3. Dalam perhitungan kebutuhan dermaga, diprediksikan kebutuhan panjang dermaga dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2025 adalah tetap yaitu sepanjang 373 m. Bedasarkan hasil pengamatan dilapangan, panjang dermaga yang teramati dilapangan adalah sepanjang 180 m dengan jumlah tambatan sebanyak 3 tambatan, oleh karena itu dermaga masih perlu diperpanjang lagi. Sebagai tambahan, sesuai dengan hasil prediksi untuk tahun 2034 maka panjang dermaga yang diperlukan adalah 493 m dengan jumlah tambatan sebanyak 4 tambatan. 4. Luas gedung terminal penumpang yang dibutuhkan untuk menampung penumpang, pengantar maupun penjemput di pelabuhan maumere, diprediksikan untuk tahun 2014 adalah sebesar 900 m 2, utuk tahun 2020 sebesar 1,120 m 2 dan untuk tahun 2025 sebesar 1,340 m 2. Luas lahan peruntukan yang ada adalah sebesar 1,780 m 2, dengan demikian diprediksikan lahan yang ada masih mencukupi kebutuhan. 5. Lahan peruntukkan Areal Parkir dalam pelabuhan adalah sebesar 1,909 m 2, dari hasil prediksi diketahui kebutuhan areal parkir untuk kendaraan ro-ro maupun 124

kendaraan pengantar dan penjemput pada tahun 2014 adalah sebesar 1,800 m 2, pada tahun 2020 sebesar 2,115 m 2 dan pada tahun 2025 sebesar 2,490 m 2. Dengan demikian areal parkir ini diprediksikan masih bisa menampung arus kendaraan sampai dengan tahun 2019, mulai tahun 2020 maka pihak pengelola Pelabuhan Maumere sudah harus menyiapkan lokasi alternatif diluar DLKr darat Pelabuhan Maumere untuk menampung arus kendaraan yang ada 6. Berdasarkan prediksi arus peti kemas dan untuk memenuhi nilai BOR yang disarankan UNCTAD, maka diharapkan pelabuhan maumere dapat meningkatkan produktifitas bongkar muat peti kemas seperti yang telah ditunjukan dalam hitungan kebutuhan demaga. Untuk itu pelabuhan maumere juga harus menyiapkan peralatan bongkar muat peti kemas yang memadai. Dari hasil perhitungan kebutuhan peralatan diprediksikan pada tahun 2014, peralatan bongkar muat peti kemas yang dibutuhkan adalah 1 unit kran darat atau sejenisnya, 3 unit head truck atau sejenisnya dan 3 unit mobile crane atau sejenisnya. Pada tahun 2020, peralatan bongkar muat peti kemas yang dibutuhkan adalah 2 unit kran darat atau sejenisnya, 4 unit head truck atau sejenisnya dan 3 unit mobile crane atau sejenisnya. Pada tahun 2025, peralatan bongkar muat peti kemas yang dibutuhkan adalah 2 unit kran darat atau sejenisnya, 5 unit head truck atau sejenisnya dan 4 unit mobile crane atau sejenisnya. Sebagai tambahan pada tahun 2034, peralatan bongkar muat peti kemas yang dibutuhkan adalah 2 unit kran darat atau sejenisnya, 5 unit head truck atau sejenisnya dan 5 unit mobile crane atau sejenisnya. 125

7. Berdasarkan analisis SWOT dapat diketahui faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pelabuhan maumere yaitu : Kekuatan (Strengths) Status pelabuhan Letak geografis pelabuhan Sumber keuangan Kelemahan (Weaknesses) Pelayanan pelabuhan Waktu tunggu kapal Waktu bongkar muat Peluang (Opportunities) Peraturan daerah dan pemerintah Pertumbuhan hinterland Partisispasi pengguna jasa pelabuhan Ancaman (Threats) Perkembangan teknologi kepelabuhanan Persaingan dengan pelabuhan terdekat Sosial budaya 7.2 Rekomendasi dan Saran 7.2.1 Rekomendasi Pengembangan Pelabuhan Maumere Rekomendasi pengembangan pelabuhan maumere disajikan dalam tabel 7.1 126

Tabel 7.1 Rekomendasi Pengembangan Pelabuhan Maumere Uraian Usulan Tahun 2014 Lapangan Penumpukan Peti Kemas Lahan yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, sebagai langkah antisipasi adalah dengan memanfaatkan areal parkir kendaraan ro-ro yang tidak terpakai, pembagian selengkapnya seperti dalam gambar usulan Gudang dan Lapangan Penumpukan Terbuka Dermaga Gedung Terminal Penumpang Areal Parkir penyempurnaan masterplan kebutuhan, pembagian selengkapnya seperti dalam gambar usulan penyempurnaan masterplan Dermaga yang ada perlu di perpanjang dan diperluas lagi sesuai hasil perhitungan dermaga, pembagian kebutuhan, namun gedung perlu diperluas seperti dalam perhitungan luas gedung terminal penumpang kebutuhan, sebagian lahan yaitu areal parker kendaraan ro-ro dapat di konversi menjadi lapangan penumpukan peti kemas, pembagian Peralatan Perlu diadakannya : 1 unit kran darat atau sejenisnya 3 unit head truck atau sejenisnya 3 unit mobile crane atau sejenisnya Tahun 2020 Lapangan Penumpukan Peti Kemas Gudang dan Lapangan Penumpukan Terbuka Lahan yang tersedia sudah tidak mencukupi kebutuhan, diperlukan lokasi alternatif diluar wilayah DLKr Darat yang ada, sebagai pilhan alternatif adalah dengan mereklamasi DLKr Perairan Pelabuhan, pembagian kebutuhan. 127

Dermaga Uraian Gedung Terminal Penumpang Areal Parkir Usulan Dermaga yang sudah di perpanjang lagi dan diperluas masih mencukupi kebutuhan kebutuhan, namun gedung perlu diperluas seperti dalam perhitungan luas gedung terminal penumpang Lahan yang tersedia sudah tdak mencukupi mencukupi kebutuhan. Sebagai langkah alternatif adalah dengan memperluas areal parkir ke arah lahan reklamasi untuk penumpukan peti kemas, pembagian Peralatan Perlu ditambahkannya : 1 unit kran darat atau sejenisnya 1 unit head truck atau sejenisnya Tahun 2025 Lapangan Penumpukan Peti Kemas Gudang dan Lapangan Penumpukan Terbuka Dermaga Gedung Terminal Penumpang Areal Parkir Lahan yang tersedia sudah tidak mencukupi kebutuhan, diperlukan lokasi alternatif diluar wilayah DLKr Darat yang ada, sebagai alternatif adalah dengan mereklamasi DLKr Perairan Pelabuhan, pembagian kebutuhan. Dermaga yang sudah di perpanjang lagi dan diperluas masih mencukupi kebutuhan kebutuhan, namun gedung perlu diperluas seperti dalam perhitungan luas gedung terminal penumpang Lahan yang tersedia sudah tidak mencukupi mencukupi kebutuhan. Sebagai langkah alternatif adalah dengan memperluas areal parkir ke arah lahan reklamasi untuk penumpukan peti kemas, pembagian 128

Uraian Usulan Peralatan Perlu ditambahkannya : 1 unit head truck atau sejenisnya 1 unit mobile crane atau sejenisnya Tahun 2034 Lapangan Penumpukan Peti Kemas Gudang dan Lapangan Penumpukan Terbuka Dermaga Gedung Terminal Penumpang Areal Parkir Lahan yang tersedia sudah tidak mencukupi kebutuhan, diperlukan lokasi alternatif diluar wilayah DLKr Darat yang ada, sebagai alternatif adalah dengan mereklamasi DLKr Perairan Pelabuhan, pembagian kebutuhan. Dermaga perlu di perpanjang lagi dan jumlah tambatan bertambah 1 tambatan, pembagian selengkapnya seperti dalam gambar usulan penyempurnaan masterplan kebutuhan, namun gedung perlu diperluas seperti dalam perhitungan luas gedung terminal penumpang Lahan yang tersedia mencukupi kebutuhan, karena diprediksikan arus kendaraan ro-ro akan berkurang Peralatan Perlu ditambahkannya : 1 unit mobile crane atau sejenisnya Analsis SWOT Berdasarkan hasil analisis SWOT maka strategi yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola pelabuhan maumere dalam rencana pengembangan pelabuhan kedepan adalah : Strategi S O 1. Menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah dalam menyusun atau mengevaluasi rencana induk pelabuhan agar bersinergi dengan RTRW yang sudah ada 2. Meningkatkan kinerja pelayanan kapal, barang dan penumpang untuk mengantisipasi peningkatan trafik pelabuhan sebagai akibat dari peningkatan pertumbuhan hinterland 3. Membuat suatu perjanjian kerja untuk menindak lanjuti rencana 129

Uraian Sumber : Hasil Analisis Usulan pemberian bantuan peralatan bongkar muat peti kemas dari pengguna jasa pelabuhan terkait Strategi S T 1. Menyediakan fasilitas dan peralatan pelabuhan yang memadai dan meningkatkan SDM pelabuhan 2. Menjalin kerja sama dengan pelabuhan terdekat 3. Melakukan pendekatan dengan warga dalam memberikan arahan dan pemahaman tentang lingkup kerja pelabuhan Strategi W O 1. Menyediakan fasilitas dan peralatan pelabuhan yang memadai sehingga dapat memberikan pelayanan yang aman, efektif dan efisien 2. Membuat regulasi yang dapat mengatur waktu tunggu kapal di pelabuhan 3. Menjalin Kerja sama dengan pihak pemerintah, hinterland dan pengguna jasa pelabuhan terkait dalam usaha meningkatkan produktifitas bongkar muat sehingga waktu bongkar muat semakin singkat Strategi W T 1. Menyediakan fasilitas dan peralatan pelabuhan yang memadai dan meningkatkan SDM pelabuhan 2. Membuat regulasi yang mengatur tentang waktu tunggu kapal dan menjalin kerja sama dengan pelabuhan terdekat 3. Meningkatkan produktifitas bongkar muat serta membuat regulasi untuk mengatur ketertiban di pelabuhan 130

7.2.2 Kesulitan Penelitian Penelitian ini sebagian besar bertumpu pada berbagai data sekunder dan hasil pengamatan keadaan dilapangan. Namun dalam studi ini terdapat beberapa kesulitan diantaranya : 1. Penelitian ini menggunakan bantuan software excel dalam analisis regresi untuk membuat prediksi kedepan. Belum dilakukan analisis untuk menentukan model terbaik yang dapat digunakan untuk membuat peramalan arus kapal, barang, peti kemas dan penumpang. 2. Dalam penelitian ini juga belum mencakup masalah biaya yang di butuhkan untuk pengembangan pelabuhan berdasarkan usulan penyempurnaan masterplan pelabuhan yang dibuat. 7.2.3 Saran Untuk mencari hal-hal yang belum dapat dijawab pada penelitian ini, diperlukan beberapa studi lanjutan diantaranya : 1. Studi mengenai penetuan model terbaik yang dapat digunakan untuk peramalan arus kapal, barang dan penumpang dalam menyusun sebuah masterplan pelabuhan maumere. 2. Studi mengenai perhitungangan rencana, anggaran dan biaya yang diperlukan dalam pembangunan kawasan pelabuhan maumere berdasarkan usulan masterplan pelabuhan yang dibuat. 131