BAB II KAJIAN TEORETIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis. yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitis dalam Memecahkan Masalah Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitis Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. suatu peristiwa karena tidak yakin seperti apa hasilnya nanti (Ormrod,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama secara efektif. Sumber daya manusia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai perguruan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS DAN EVALUASI MAHASISWADALAM MENGERJAKAN SOAL KONSEP KALOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas pendidikan atau hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Terbuka, 2007), h Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tes Potensi Akademik (TPA) adalah sebuah tes yang. bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang

BAB II. indonesia yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Menurut Akhmat Sudrajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik dengan tujuan membentuk kepribadian unggul, yaitu kepribadian yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN ANALISIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KALOR TIPE GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Di era teknologi canggih seperti sekarang ini dan lebih-lebih di era

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk pada level rendah berdasarkan benchmark internasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dhelvita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DENGAN GAYA BELAJAR TIPE INVESTIGATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, sedangkan menganalisis yaitu menyelidiki dengan menguraikan bagian-bagiannya. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (2006), analisis adalah proses mengurai kekompleksan suatu gejala rumit sampai pada pembahasan bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana. Menurut Ihsan (2010) menganalisis berarti membagi-bagi objek yang complex menjadi unsur-unsur yang simplex. Pembagian tersebut dapat dilakukan dengan cara experimental (sesuai realitas) dan rasional (secara teoritis). Menganalisis berarti seseorang harus berjalan dari akibat ke sebabsebabnya, dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Adapun analisis dilakukan berdasarkan hukum pembagian yaitu: adekuat/lengkap (tidak berubah), setiap unsur tidak saling mengandung unsur yang lain, dan berdasarkan dasar yang sama. 5

6 Kemampuan berpikir analitik dalam taksonomi Bloom termasuk pada proses berpikir tingkat tinggi, yaitu berada pada kategori C-4, dengan klasifikasi proses kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Menurut Djiwandono (2010), kemampuan analitik sendiri termasuk dalam Taksonomi Bloom yang selama ini dipegang sebagai pedoman dalam menyusun tingkat kerumitan pembelajaran di berbagai tingkat dan untuk berbagai pelajaran, sedangkan menganalisis merupakan tindakan memecah-mecah suatu gugus data menjadi beberapa bagian, kemudian mengaitkan bagian-bagian itu dalam suatu hubungan yang bermakna dan bermanfaat untuk memecahkan masalah. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Sudjana (2010), analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur yang jelas susunannya. Analisis merupakan kemampuan kognitif yang kompleks karena memanfaatkan tiga kemampuan kognitif sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Dengan analisis seseorang diharapkan mampu memilah suatu menjadi bagianbagian yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya. Kemampuan analitik membuat seorang siswa mampu memecah-mecah suatu soal cerita menjadi faktor-faktor yang harus dirangkaikan (ditambahkan, dikurangi, atau dibagi) untuk sampai pada jawaban final. Dalam berpikir analitik perlu dilatih kemampuan memecah informasi menjadi beberapa bagian yang kemudian dirangkai dalam satu ikatan bermakna dan fungsional. Diperlukan juga kemampuan membandingkan dan mengorganisir (Djiwandono, 2010).

7 Menurut Rose dan Nicholl (Marini, 2014) berpikir analitik adalah menundukkan satu situasi, masalah subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis. Kemampuan berpikir analitik dapat ditinjau dari berpikir analitik dalam pemecahan masalah yaitu, mendefinisikan secara pasti apa masalah yang sebenarnya, memiliki banyak gagasan, menyingkirkan alternatif yang paling kurang efisien dan membuang pilihan-pilihan yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan pilihan (opsi) ideal dengan melihat solusi terbaik yang memenuhi kriteria yang ditetapkan, mengetahui akibat dan dampak dalam menyelesaikan masalah. Dalam kemampuan analitik ini juga termasuk kemampuan menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti, dan merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisis belum dapat menyusun. Hal ini juga diperkuat oleh Bloom yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitik menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus atau kecil dan mendeteksi hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian itu diorganisir. Menurut Winarti (2015) menganalisis merupakan proses yang melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan sturktur keseluruhannya. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar menentukan potongan-potongan informasi yang relevan (membedakan),

8 menentukan cara-cara menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan dibalik informasi tersebut (mengatribusikan). Menurut Amer (2005), berpikir analitik sangat berguna untuk memahami bagian-bagian dari situasi, kemampuan untuk meneliti dan merinci fakta dan berpikir pada kekuatan dan kelemahannya, sebagaimana dikemukakannya bahwa: Analythical thinking is a powerful thinking tool-for understanding the parts of situation, is the ability to scrutinize and break down facts and thoughts into their strengths and weaknesses. Menurut Mayer (2002), menganalisis melibatkan proses memecahmecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana hubungan-hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir analitik yaitu: a) Differentiating (membedakan) berarti membedakan bagian yang tidak relevan dan yang relevan atau dari bagian yang penting ke bagian yang tidak penting dari suatu materi yang diberikan. b) Organizing (mengorganisasikan) menentukan bagaimana suatu bagian elemen tersebut cocok dan dapat berfungsi bersama-sama di dalam suatu struktur. c) Attributing (menghubungkan) berarti menentukan inti atau menggaris bawahi suatu materi yang diberikan. Sebagaimana pendapatnya bahwa: Analyze is breaking material into its constituent parts and determining how the parts are related to each other and to an overall structure.

9 Tabel 2.1 Categories Analitical Thinking Categories Alternatives Names Definition 1. Differentiating Discriminating, ditinguising, focusing Distinguising relevant or irrelevant or unimportant parts of presented material 2. Organizing Finding coherence, Determining how integrating, outlining elements fit or function within a structure 3. Attributing Deconstruting Determine a point of view, bias, value, or intent underlying presented material Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir analitik merupakan kemampuan menguraikan masalah matematika menjadi unsur-unsur pokoknya, membedakan unsur-unsur yang relevan dan tidak relevan dengan masalah, mencari keterkaitan untuk menyusun unsur-unsur serta mengenali tujuan bagaimana setiap unsur dalam masalah matematika saling terkait untuk menggaris bawahi suatu materi. Adapun indikator kemampuan berpikir analitik matematis dalam penelitian ini adalah: a) Membedakan, terjadi ketika siswa dapat menentukan potongan-potongan informasi yang relevan dan penting. b) Mengorganisasikan, terjadi ketika siswa dapat menyusun dan menentukan cara bagaimana potongan-potongan informasi menjadi satu kesatuan. c) Menghubungkan, terjadi ketika siswa dapat menghubungkan potongan informasi dari proses pengorganisasian dengan tujuan dibalik informasi

10 tersebut sehingga didapatkan inti atau menggaris bawahi suatu materi yang diberikan. 2. Tes Potensi Akademik (TPA) Potensi akademik terdiri dari dua kata yaitu potensi dan akademik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) potensi merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Potensi merupakan bawaan sejak lahir yang perlu dikembangkan agar dapat mencapai prestasi. Potensi merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi, belum termanifestasikan dan merupakan kecakapan-kecakapan yang dibawa sejak lahir. Kecakapan potensi yang ada pada setiap individu ada dua macam, yaitu kapasitas umum yang dikenal dengan sebutan intelegensi atau kecerdasan, dan kapasitas khusus yang disebut juga bakat atau aptitude. Menurut Suryabrata (2005) menjelaskan karakteristik individu berpotensi akademik yaitu berpikir cepat-tepat, logis, matematis, analitis, kaya akan kosa kata, dan cepat menangkap persoalan. Tingkat potensi akademik seorang siswa dapat diperoleh melalui tes. Tes potensi akademik yang digunakan harus mampu memberikan informasi berupa perkiraan mengenai keberhasilan siswa jika belajar pada jenjang pendidikan tertentu dan seberapa baik siswa dapat menyelesaikan tugas akademik. Tes potensi dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan untuk menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning), baik logis (logical) maupun analitis (analytical),

11 sehingga skor tinggi dalam tes potensi diperoleh berdasar strategi umum penyelesaian masalah (Azwar, 2008). Sesuai dengan tujuan dari diadakannya tes potensi akademik yaitu untuk melihat kemampuan kognitif potensi dan mengetahui kapasitas belajar siswa, tes potensi akademik yang banyak digunakan di Indonesia berisi aspekaspek potensi akademik yang terdiri dari tiga komponen (Suryabrata, 2005), yaitu: 1) Kemampuan Verbal Kemampuan verbal adalah kemampuan dan kecakapan berbahasa baik penguasaan kata, tata bahasa, maupun kemampuan memahami teks. 2) Kemampuan Kuantitatif Kemampuan kuantitatif merupakan kemampuan aritmatika. Kemampuan berpikir induktif dan deduktif khususnya dalam menerapkan prinsip-prinsip kuantitatif dalam menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan perhitungan matematis. 3) Kemampuan Penalaran Kemampuan merencana dan menganalisis informasi sehingga dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Individu yang kemampuan penalarannya baik adalah individu yang mampu berpikir kritis dan teliti. Individu tersebut mampu membedakan antara fakta-fakta dan pendapatnya.

12 B. Penelitian Relevan Peneliti Marini (2014), yang berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dengan Gaya Belajar Tipe Investigatif dalam Pemecahan Masalah Matematika, menunjukkan bahwa persentase rata-rata dua siswa yang dikategorikan memiliki kemampuan berpikir analitis dengan gaya belajar tipe investigatif adalah 87,5% termasuk pada kategori sangat tinggi, dan siswa tipe investigatif dominan tidak memenuhi 1 indikator yaitu tidak mengetahui akibat dan dampak dalam menyelesaikan soal. Penelitian Wulandari, Nuariana Wahyu, dkk (2014) dengan judul Kemampuan Analisis siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Kalor Tipe Grafik merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di SMP Negeri 33 Semarang menunjukkan bahwa dalam mengerjakan soal tipe grafik siswa cenderung menghafal langkahnya. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menguraikan dan menghitung melalui setiap proses. Persamaan penelitian di atas adalah sama-sama mendeskripsikan kemampuan berpikir analitik siswa, perbedaannya adalah penelitian ini ditinjau dari tes potensi akademik (TPA). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengangkat judul Deskripsi Kemampuan Berpikir Analitik Matematis Siswa SMP Istiqomah Sambas Purbalingga Ditinjau dari Tes Potensi Akademik (TPA).

13 C. Kerangka Pikir Potensi akademik merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui bakat dan kemampuan dibidang keilmuan atau akademis. Salah satu materi yang terdapat pada tes potensi akademik adalah kuantitatif (tes angka, tes seri, tes aritmetik, dan logika aritmetika). Materi kuantitatif ini memiliki hubungan erat dengan angka dan matematika. Bagi siswa yang mengikuti tes potensi akademik maka harus mampu berpikir secara analitik untuk menyelesaikan tes potensi akademik materi kuantitatif ini. Kemampuan berpikir analitik merupakan proses menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Sebelum menemukan sesuatu, gagasan atau hubungan baru, unsur-unsur yang sudah ada diuraikan terlebih dahulu, dan dicari keterkaitannya apakah unsur-unsur tersebut dapat dibangun ulang untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir analitik baik maka akan dapat lebih mudah mengikuti tes potensi akademik. Dengan potensi akademik yang baik, dapat menunjukan kemampuan berpikir analitik matematis yang dimiliki seseorang juga baik.