BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. balita di dunia sebanyak 43 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016d). Di

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit, namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

PENDAHULUAN. hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program MDGs yang ke empat. Berdasarkan data WHO, proporsi penyebab kematian anak balita di negara berkembang adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Jika digabungkan di seluruh dunia pneumonia menyebabkan hampir satu pertiga atau 29% kematian anak dibawah usia 5 tahun (Said,M, 2010). Baik di negara maju maupun di negara berkembang pneumonia masih merupakan ancaman yang serius dan mengancam jiwa, di Amerika Serikat angka kesakitan pneumonia dan bronchitis meliputi 20 30 per 1000 balita setiap tahun, sedang di India dan Papua Nugini meliputi 90 110 per 1000 anak balita. Kejadian pneumonia makin meningkat pada anak umur kurang dari satu tahun yaitu 180 per 1000 anak di India dan 256 per 1000 anak di Papua Nugini. Di Indonesia menurut laporan survey mortalitas sundit ISPA pada tahun 2005 di 10 propinsi diketahui bahwa 22,3% dari seluruh kematian bayi diakibatkan oleh pneumonia (Direktorat Jendral P2PL, 2008). Sedangkan menurut studi mortalitas pada riskesdas (Riset Kesehatan Dasar ) pada tahun 2007, diketahui bahwa proporsi kematian akibat pneumonia pada

neonatus sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%. Kedua data tersebut menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian balita utama di Indonesia. Pada tahun 2006, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa Tengah mencapai 26,62%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu menjadi 24,29% dan pada tahun 2008 juga mengalamai penurunan menjadi 23,63%. Angka ini sangat jauh dari target SPM tahun 2010 sebesar 10% (Dinkes Jawa Tengah, 2008). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 jumlah kasus pneumonia mencapai 4,6%, sementara pada tahun 2011 jumlah kasus pneumonia mencapai 6,7% jiwa (Dinkes Banjarnegara, 2011). Data tersebut diantaranya 35 Puskesmas Banjarmangu I tahun 2010 menyebutkan bahwa sebanyak 28% kasus pneumonia balita, tahun 2011 mencapai 30% kasus pneumonia balita dan pada tahun 2012 mencapai 33% kasus balita, hingga bulan Juni 2013 tercatat balita yang didiagnosis menderita pneumonia sebanyak 22% balita. Serta angka kekambuhan balita dengan pneumonia sebesar 5.3%. Angka tersebut sangat terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Banjarmangu I. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada petugas kesehatan yang bertugas di poli MTBS Puskesmas Banjarmangu I mengatakan sedikitnya ada 3 balita yang mengalami kekambuhan setiap 3 bulanan, dari hasil wawancara kepada 10 ibu yang berkunjung ke puskesmas tentang cara perawatan balita sakit, 4 ibu menjawab tidak memberikan kompres saat

demam dan 6 diantaranya tidak memberikan perasan air jeruk nipis dengan kecap untuk pertolongan pertama pada balita yang batuk. Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronkhi dan tampak adanya infiltrat bila dilihat pada rongten dada. Terjadinya pneumonia pada anak-anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus yang disebut dengan bronchopneumonia. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang baik akan menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau yang kita sebut pneumonia yang sering terjadi pada anak anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan kombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene dan merupakan penyebab kematian yang sering pada anak (Direktorat Jenderal P2PL, 2009) Dari beberapa jurnal ditemukan referensi mengenai perawatan keluarga dengan balita pneumonia diantaranya adalah sebagai berikut :Pengetahuan, sosio cultural, komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan perawatan di rumah pada balita berhubungan dengan pneumonia (Rasmussen, Pio, & Enarson, 2000), dari jurnal lain diperoleh kesimpulan bahwa budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yang akan diambil oleh keluarga, dengan pengetahuan yang tidak tepat dalam kasus tanda dan gejala pneumonia dapat mengganggu kepatuhan dalam perawatan dirumah. (Grace, et all, 2008). Sumber dari salah satu jurnal penelitian yang lain menyebutkan kurangnya pendidikan ibu dikaitkan dengan risiko tinggi

pneumonia. (Mahalanabis et al, 2002), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap sakit serta perawatan keluarga dengan melakukan perawatan sederhana sesuai kemampuan, dimana perawatan keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal mungkin (Unicef,2006). Dari beberapa jurnal diatas untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai faktor apa sajakah yang mempengaruhi kekambuhan balita dengan pneumonia di puskesmas banjarmangu I. B. Rumusan Masalah Berdasarkan angka kejadian pneumonia yang terus meningkat di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu 1 Kabupaten Banjarnegara. Dari pemaparan informasi diatas bahwa kejadian pneumonia merupakan penyakit yang banyak menyerang balita dan terus meningkat disetiap tahunnya. Maka peniliti tertarik untuk mengetahui Apakah faktor yang mempengaruhi kekambuhan pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan kekambuhan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh gambaran tentang, pengetahuan ibu, perilaku ibu, sarana pelayanan kesehatan, dukungan petugas kesehatan terhadap kekambuhan pneumonia. b. Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan ibu kekambuhan pneumonia. c. Mengetahui hubungan perilaku ibu dengan kekambuhan pneumonia. d. Mengetahui hubungan sarana pelayanan kesehatan dengan kekambuhan pneumonia. e. Mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kekambuhan pneumonia f. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kekambuhan balita dengan penumonia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan ilmu dan teori-teori yang diperoleh dalam masa perkuliahan serta mendapatkan pengalaman nyata dalam

menganalisis penelitian pemula terhadap faktor yang mempengaruhi kekambuhan pneumonia. 2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Memberikan gambaran secara umum tentang adanya faktor yang mempengaruhi kekambuhan pneumonia, sehingga pelayanan kesehatan dapat menentukan kebijakan kesehatan selanjutnya terhadap pelaksanaan kesehatan keluarga. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Banjarmangu 1, diharapkan dapat melakukan pendekatan kepada keluarga dengan balita pneumonia untuk melakukan penanganan dan pencegahan balita pneumonia. 3. Bagi keluarga dan Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat terutama keluarga tentang faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan kekambuhan pneumonia, sehingga keluarga dapat merubah prilakunya menjadi lebih sehat dan dapat mengambil keputusan yang cepat apabila balitanya menderita tanda dan gejala pneumonia, serta meningkatkan status kesehatan keluarganya. 4. Bagi Ilmu Keperawatan Meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan komunitas dan dapat dijadikan sumber penelitian selanjutnya.

F. Penelitian Terkait Tabel 1.1 penelitian terkait Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitian Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan Andi Roesmeni (2010) Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia di RS Andi Makkasao kota Pare pare Metode yang digunakan adalah metode penelitian Cross sectional dengan pendekatan retrospektif dengan jumlah sample sebesar 40 yang terdiri dari 20 penderita yang datang berulang dan 20 balita yang tidak datang berulang.data primer diperoleh dengan alat bantu kuesioner dan dianalisa dengan SPSS 11,5. Uji yang digunakan adalah chi square kemudian di sajikan dengan tabel distribusi frekkwensi dan disertai penjelasan Dari hasil uji chi square di peroleh hubungan antara anggota yang menderita pneumonia,anggota keluarga yang merokok dan kepadatan anggota keluarga. Sedangkan Pendidikan, BBLR,ventilasi,stat us gizi dan imunisasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia Variabel bebas dan terikatnya yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kepadatan anggota keluarga,anggota keluarga yang merokok, Pendidikan,BBLR, Ventilasi,Status gizi, dan imunisasi dan tempat penelitian di RS Andi Makkassao kota Pare pare. Sedangkan Pada penelitian yang akan dilakukan variable yang akan diteliti adalah pendidikan ibu,perilaku ibu,sarana Pelayanan Kesehatan,Dukunga n Tenaga Kesehatan dan pelaksanaan penelitian di Puskesmas Banjarmangu I Yeni Lumban Batu(2011) S Pengaruh faktor predisposing, enabling dan reinforcing ibu balita pa da pencegahan penyakit pneumonia pada balita di kecamatan Batangberuh kecamatan Jenis penelitian yang dipakai adalah survey explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposing, enabling dan reinforcing ibu balita terhadap pencegahan penyakit pneumonia pada balita di Kelurahan Batangberuh Kecamatan Sidikalang Tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pencegahan pneumonia pada balita adalah pendidikan (ρ=0,000), pengetahuan (ρ=0,000), jarak sarana kesehatan (ρ=0,000) dan dukungan petugas Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey explanatory,variable dependentnya adalah pencegahan penyakit pneumonia.sedangk an penelitian yang akan dilakukan jenis penelitiannya adalah cross sectional dengan variable dependent kemampuan keluarga dalam

Sidingkalang 2011. Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yakni sebanyak 571 orang dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode simple random diperoleh sampel sebanyak 82 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda pada α=0,05. kesehatan (ρ=0,000). Variabel pekerjaan (ρ=0,724), penghasilan keluarga (ρ=0,725) dan sarana kesehatan (ρ=0,884) tidak memiliki pengaruh terhadap pencegahan penyakit pneumonia pada balita. merawat balita dengan kekambuhan pneumonia. Radhyallah (2010) Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA berulang [ada balita usia 36 59 bulan di puskesmas Salotungo Watan Shopeng Bentuk penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional yaitu mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA berulang pada balita Usia 36 59 bulan di puskesmas salotungo watan shopeng Dari penelitian ini diperoleh bahwa kejadian ISPA pada rumah tangga tidak sehat terdapat responden 10 (66.7%) lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga sehat dengan jumlah responden 5 (33,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 16,0 diperoleh nilai p = 0,009. Karena nilai p < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Artinya ada hubungan antara perilaku rhidup bersih sehat dengan kejadian ISPA berulang pada Balita. Dan pada tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan kategori baik terdapat 4 (26.7%) Balita yang menderita ISPA Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian. Penelitian yang akan dilakukan merupakan penilitan deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Serta variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan kekambuhan pneumonia.

lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat pengetahuan ibu dengan kategori kurang yang berjumlah 7 (46.7%) Balita. Hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0 diperoleh nilai p = 0,009. Karena nilai p < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPABerulang pada Balita.