ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 24 SERI E

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS AKUNTANSI ASET TETAP PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANJUNGPINANG BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TIMUR I RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB IV PENUTUP. dibandingkan dengan basis akrual penuh di BPKAD Kota Madiun tahun. ini dibuktikan dengan adanya paket Undang-Undang Keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

AKUNTANSI ASET TETAP

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 247/PMK.06/2014 TENTANG

ABSTRAK. Oleh: Kamal Dwi Rasyid. Dosen Pembimbing: Dr. Aulia Fuad Rahman, SE., M.Si., Ak., SAS.

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN ASET TETAP BERBASIS KOMPETENSI PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAB I PENDAHULUAN. pula. Reformasi di bidang keuangan negara menjadi sarana peningkatan performa

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

KONVERSI LKPD VERSI PP NO. 24 TAHUN 2005 MENJADI LKPD VERSI PP NO. 71 TAHUN 2010 (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan)

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

LAPORAN KEUANGAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. Aset Lancar

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

KECAMATAN SANDUBAYA : LURAH SELAGALAS

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 4 SERI F NOMOR 300

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

B A B V PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET T ETAP

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 9 TAHUN 2014

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PSAP NO. 07

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP)

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYAJIAN NERACA AWAL PEMDA

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebar ke seluruh pelosok negeri dan telah merambah

-5- BAB VI MASA MANFAAT Pasal 12 (1) Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktorfaktor

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

53. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP DALAM PENYUSUNAN NERACA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN MADIUN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Analisis Implementasi Akuntansi Belanja Modal Pada Pemerintah Kota Palembang

Transkripsi:

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015 Binti Muck Alimah Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang binti.muck.alimah@gmail.com Mufarrohah Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang mufa.ub.ac.id Abstract Ketahanan Nasional merupakan kemampuan dalam menghadapi ancaman dan kemampuan dalam mengembangkan serta memelihara stabilitas ekonomi yang meliputi beberapa aspek dalam kehidupan nasional. Salah satu aspek ketahanan nasional adalah Pemerintah daerah. Pengelolaan asset serta pemanfaatan asset oleh Pemerintah Daerah merupakan salah satu bentuk pemeliharaan ketahanan ekonomi nasional. Pada tahun 2015 menjadi awal penerapan basis accrual yang merupakan wujud pembenahan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan aset tetap, proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap serta melakukan penilaian aset tetap pemerintah daerah periode 2014 dan 2015. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan pertumbuhan aset tetap berupa peralatan dan mesin mengalami pertumbuhan negatif yang menunjukkan adanya penyusutan. Proporsi aset tetap terhadap total aset tetap paling tinggi terjadi pada pos jalan, irigasi, dan jaringan serta penyusutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Blitar menggunakan pendekatan tahunan. Pendekatan ini tidak dapat memperlihatkan keadaan aset tetap secara wajar sehingga perlu dikaji ulang terkait penerapan penyusutannya. Keywords: basis akrual, penilaian asset tetap PENDAHULUAN Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual yaitu untuk meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah dan menghasilkan pengukuran kinerja lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel. Peraturan Pemerintah ini menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang basis kas menuju akrual. Basis ini kurang mendukung pencatatan untuk transaksi-transaksi besar pemerintah seperti pendapatan dan belanja yang muncul dalam Laporan Realisasi Anggaran yang masih menggunakan basis kas. Perbedaan basis yang diberlakukan pada periode 2014 dan 2015 oleh Kabupaten Blitar yaitu basis kas menuju akrual dan basis akrual menjadi hal yang menarik untuk diamati mengenai peningkatan aset. Perbedaan kedua basis terletak pada penyusutan aset tetap dimana 669

tahun 2014 Kabupaten Blitar tidak menerapkan penyusutan aset tetap dan baru diterapkan tahun 2015 dengan melakukan penyajian kembali (restatement). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri atas tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi dan jaringan; aset tetap lainnya; dan kontruksi dalam pengerjaan. Pemerintah Kabupaten Blitar pada tahun anggaran 2014 dan 2015 memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian. Dari temuan BPK, aset tetap masih menjadi masalah yang belum terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan aset tetap, proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap serta melakukan penilaian aset tetap pemerintah daerah. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Sektor Publik Akuntansi sektor publik merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat guna sebagai manajemen untuk pemerintah dan alat informasi bagi publik. Akuntansi sektor publik ini terkait dengan 3 hal pokok, yaitu penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Dimana bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategi, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat (3)). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa SAP adalah suatu acuan wajib untuk mencapai transparansi dan akuntabilitas di pemerintahan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Basis Akuntansi Basis akuntansi menurut Halim (2012:52) yaitu himpunan dari standar-standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainnya tersebut diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis-basis tersebut berkaitan dengan 670

penetapan waktu (timing) atas pengukuran yang dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Terdapat empat jenis basis yang selama ini telah dikembangkan, jika digambarkan akan tampak sebagai berikut: Gambar 1 Pengembangan Basis Akuntansi Basis Kas Basis Kas Modifikasian Basis Akrual Modifikasian Basis Akrual Sumber: Halim, 2012. Pengelolaan Aset Tetap Pengertian Aset Tetap dan Jenis Aset Tetap Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakar umum. Aset tetap dalam pemerintahan terdiri atas tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; dan kontruksi dalam pengerjaan. Pengakuan Aset Tetap Berdasarkan PSAP Nomor 07, untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus memenuhi kriteria berikut ini berwujud, mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya peroleh aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Penilaian dan Penyajian Aset Tetap Penilaian aset diartikan sebagai proses penilaian seorang penilai dalam memberikan suatu opini nilai aset baik berwujud maupun tidak berwujud, berdasarkan hasil analisa terhadap fakta-fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode dan prinsipprinsip penilaian yang berlaku pada saat tertentu. Menurut Rudianto (2012:257) berkaitan dengan penilaian dan penyajian aset tetap, metode yang dapat digunakan yaitu berbasis harga perolehan (biaya) dan berbasis revaluasi (nilai pasar). 671

Pengukuran Aset Tetap Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Secara umum, nilai wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yag sejenis di pasaran pada saat penilaian. Pengukuran Berikutnya terhadap Pengakuan Awal Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun diinvestasikan dalam aset tetap. Pengungkapan Aset Tetap Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut: a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount). b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, serta akumulasi penyusutan dan perubahan nilai. c. Informasi penyusutan. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, sebab penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan penerapan akuntansi aset tetap pada Kabupaten Blitar. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dan komposisi asset tetap pada tahun 2014 dan 2015 dengan adanya basis akuntansi yang berbeda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah Neraca dan data pendukung lainnya Tahun Anggaran 2014-2015. Selain itu, penelitian ini juga memperhatikan data berupa peraturan-peraturan terbaru terkait kebijakan dan peraturan pengakuan dan penilaian asset. Sumber data berupa neraca dan data dukung neraca diperoleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Blitar. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan wawancara dengan beberapa pihak pemerintah Kabupaten Blitar yang berada di Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. 672

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Berikut ini analisis rasio yang dilakukan dalam penelitian ini : HASIL DAN PEMBAHASAN Standar Pelayanan Publik merupakan komitmen dari penyelenggara pelayanan dengan tujuan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, selain itu standar pelayanan publik juga dijadikan tolak ukur dan pedoman bagi pemberi pelayanan dan juga penerima pelayanan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) memiliki Standar Pelayanan Publik sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan dibidang pengelolaan keuangan dan aset. Sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah memiliki tugas melakukan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pengelolaan keuangan dan aset daerah. Adapun fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan keuangan dan aset daerah; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pengelolaan keuangan dan aset daerah; 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan keuangan dan aset daerah. Analisis Pertumbuhan Aset Tetap Analisis pertumbuhan aset tetap merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui perubahan posisi aset tetap pemerintah daerah selama dua periode secara berurutan, apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Pertumbuhan aset tetap ini akan memberikan informasi mengenai adanya peningkatan sarana dan prasarana fisik pemerintah daerah. Berikut perhitungan pertumbuhan aset tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015: URAIAN 31-Des-14 JUMLAH () 31-Des-15 Pertumbuhan Dalam % 673

ASET TETAP Tanah 586.656.201.004,76 594.400.149.575,76 7.743.948.571,00 1,32% Peralatan dan 350.620.073.844,30 343.314.830.970,70-2,08% Mesin (7.305.242.873,60) Gedung dan 768.266.575.515,84 27.065.271.360,92 3,65% Bangunan 741.201.304.154,92 Jalan, Irigasi, 1.170.889.657.457,12 365.134.658.056,50 31,18% dan Jaringan 1.536.024.315.513,62 Aset Tetap 32.039.809.800,00 31.435.753.853,89-1,89% Lainnya (604.055.946,11) Kontruksi dalam 70.467.299.457,00 18.857.869.989,00 26,76% 89.325.169.446,00 Pengerjaan Jumlah Aset 2.951.874.345.718,10 13,92% Tetap 3.362.766.794.875,81 410.892.449.157,71 Tabel 1 Perhitungan Pertumbuhan Aset Tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 Sumber: Data diolah Berdasarkan uraian dari data pada tabel 1 mengenai perhitungan pertumbuhan aset tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 dapat digambarkan sebagai berikut: Grafik 1 Pertumbuhan Aset Tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 Sumber: Data diolah Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa pos dalam aset tetap mengalami pertumbuhan secara positif dan negatif. Dimana pertumbuhan terbesar terjadi pada pos jalan, irigasi, dan jaringan sebesar 31,18% diikuti oleh kontruksi dalam pengerjaan sebesar 26,76%; gedung dan bangunan sebesar 3,65%; dan tanah sebesar 1,32%. Sedangkan pertumbuhan negatif terjadi 674

pada pos peralatan dan mesin sebesar -2,08% serta aset tetap lainnya sebesar -1,89%. Pertumbuhan negatif yang dialami oleh peralatan dan mesin serta aset tetap lainnya memperlihatkan bahwa pengurangan aset yang terjadi lebih besar dari penambahan aset. Pada keduanya pengurangan aset terbesar terjadi karena reklasifikasi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua pos memiliki aset tetap yang sudah tidak lagi memenuhi definisi sebagai aset tetap sehingga aset tetap tersebut harus dikeluarkan dari neraca dan dipindahkan ke pos aset lain-lain. Pertumbuhan aset tetap ini berasal dari adanya penambahan aset dan pengurangan aset. Penambahan aset berasal dari belanja modal, belanja pegawai, belanja barang dan jasa, koreksi, mutasi, reklasifikasi, dan hibah. Sedangkan pengurangan aset berasal dari penghapusan, koreksi, reklasifikasi, mutasi, hibah, dan ekstrakomtabel. Analisis Proporsi Kelompok Aset Tetap terhadap Total Aset Tetap Analisis proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap merupakan analisis yang digunakan untuk melihat potret aset tetap pemerintah daerah secara global, yaitu apakah kelompok aset tetap tertentu memiliki nilai terlalu besar atau terlalu kecil dari nilai wajar. Berikut perhitungan proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015: Tabel 2 Perhitungan Proporsi Kelompok Aset Tetap terhadap Total Aset Tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 KATEGORI ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Kontruksi dalam Pengerjaan Jumlah Aset Tetap 31-Des-14 586.656.201.004,76 350.620.073.844,30 741.201.304.154,92 1.170.889.657.457,12 32.039.809.800,00 70.467.299.457,00 2.951.874.345.718,10 % dari Total Aset 31-Des-15 % dari Total Aset 19,87% 594.400.149.575,76 17,68% 11,88% 343.314.830.970,70 10,21% 25,11% 768.266.575.515,84 22,85% 39,67% 1.536.024.315.513,62 45,68% 1,09% 31.435.753.853,89 0,93% 2,39% 89.325.169.446,00 2,66% 3.362.766.794.875,81 675

Sumber: Data diolah Berdasarkan uraian dari data pada tabel 2 mengenai perhitungan proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 dapat digambarkan sebagai berikut: Grafik 2 Proporsi Kelompok Aset Tetap terhadap Total Aset Tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 Sumber: Data Diolah Berdasarkan proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap Kabupaten Blitar periode tahun 2014 dan 2015 pada grafik 2 dapat diperoleh informasi bahwa aset tetap pemerintah daerah pada tanggal 31 Desember 2014 secara berurutan yaitu 39,67% jalan, irigasi, dan jaringan; 25,11% gedung dan bangunan; 19,87% tanah; 11,88% peralatan dan mesin; 2,39% kontruksi dalam pengerjaan; serta 1,09% aset tetap lainnya. Sementara itu, pada 31 Desember 2015, proporsi kelompok aset tetap secara berurutan adalah 45,68% jalan, irigasi, dan jaringan; 22,85% gedung dan bangunan; 17,68% tanah; 10,21% peralatan dan mesin; 2,66% kontruksi dalam pengerjaan; dan 0,93% aset tetap lainnya. Penurunan proporsi terjadi pada tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; dan aset tetap lainnya serta peningkatan proporsi terjadi pada jalan, irigasi, dan jaringan dan kontruksi dalam pengerjaan. Peningkatan yang terjadi pada jalan, irigasi, dan jaringan cukup tinggi yaitu 39,67% menjadi 45,68%. Peningkatan ini nenunjukkan prioritas pemerintah terjadi pada pembangunan infrastruktur. Dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Blitar tahun 2015 dijelaskan bahwa salah satu dari 6 (enam) agenda pembangunan yang telah ditetapkan 676

yaitu peningkatan kualitas dan penyediaan infrastruktur daerah serta optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun dan upaya pemeliharaannya. Sasaran prioritasnya adalah meningkatnya keterhubungan antar wilayah untuk memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Artinya hanya melalui sarana dan prasarana yang layak dan memadai saja jalur distribusi perekonomian masyarakat dan arus barang serta jasa dapat berlangsung secara mudah dan lancar. Sementara itu dari sisi geografis sarana dan prasarana perhubungan memberikan peran sangat signifikan dalam mengurangi disparitas perkembangan antar wilayah termasuk antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Perhatian dan pembangunan bidang perhubungan perlu dilakukan agar masyarakat luas dapat melakukan mobilitas fisik dan mampu mengakses kondisi antar wilayah serta memudahkan distribusi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Disamping itu pembangunan bidang perhubungan juga sangat signifikan dalam upaya menciptakan ketertiban lalu lintas dan menurunkan angka pelanggaran serta kecelakaan lalu lintas. Sasaran prioritas lainnya yaitu peningkatan akses penduduk terhadap air minum dalam rangka pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). Proporsi cukup tinggi yang terjadi pada jalan, irigasi, dan jaringan menandakan bahwa Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Blitar sudah berjalan dengan baik. Analisis Penilaian Aset Tetap Penerapan basis akrual untuk pertama kalinya tahun 2015 oleh pemerintah Kabupaten Blitar membuat penyusutan terhadap aset tetap mulai diberlakukan. Seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut selain tanah dan kontruksi dalam pengerjaan. Aset tetap lainnya berupa hewan, tanaman, dan buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut tidak dapat digunakan atau mati. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method) dengan rumus: Berdasarkan Salinan Peraturan Bupati Blitar Nomor 7 tahun 2016, perlakuan penyusutan aset tetap yaitu: a. Nilai yang dapat disusutkan pertama kali untuk aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2014 adalah merupakan nilai yang tercatat diperoleh dalam Daftar Barang Milik Daerah berdasarkan Daftar Aset yang akan disusutkan sampai dengan 31 Desember 2014. 677

b. Aset tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2014 disusutkan berdasarkan nilai perolehan. c. Dalam hal nilai perolehan tidak diketahui, digunakan nilai wajar yang merupakan nilai estimasi. d. Dalam hal terjadi perubahan nilai aset tetap sebagai akibat koreksi nilai aset tetap yang disebabkan oleh kesalahan dalam pencantuman nilai yang diketahui dikemudian hari, maka dilakukan penyesuaian terhadap penyusutan aset tetap tersebut. e. Dalam hal terjadi perubahan nilai aset tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kuantitas dan/atau nilai aset tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan. f. Penyesuaian meliputi penyesuaian atas nilai yang dapat disusutkan dan nilai akumulasi penyusutan. Sesuai dengan Peraturan Bupati Blitar Nomor 30 tahun 2015 perhitungan penyusutan aset untuk pertama kalinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), agar lebih mudah dipahami penjelasan berikut ini disertai dengan contoh aset tetap mobil dengan penyusunan neraca awal per 31 Desember 2012 dan pada tahun 2015 untuk pertama kalinya diterapkan penyusutan aset tetap dengan masa manfaat 5 tahun dengan rincian sebagai berikut: Tahun Perolehan (awal tahun) Nilai di Neraca per 31 Desember 2015 (sebelum penyusutan) 2010 90.000.000,00 2012 125.000.000,00 2013 150.000.000,00 2014 160.000.000,00 2015 180.000.000,00 Penyusutan aset tetap pertama kalinya diuraikan sebagai berikut: a. Aset yang diperoleh pada tahun dimulainya penerapan penyusutan. Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan. Perhitungan penyusutannya adalah untuk tahun 2015 (1 tahun) saja, yaitu: Tahun Perolehan (awal tahun) Nilai di Neraca (sebelum penyusutan) Umur (masa manfaat) Penyusutan 1 2 3 4=(20%x2) 2015 180.000.000,00 5 36.000.000,00 b. Aset yang diperoleh setelah penyusutan neraca awal hingga satu tahun sebelum dimulainya penerapan penyusutan. 678

Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan. Penyusutannya terdiri dari penyusutan tahun berjalan dan koreksi penyusutan tahun sebelumnya, yaitu: Tahun perolehan (awal tahun) Nilai di Neraca (sebelum penyusutan) Masa manfaat yg sdh dilalui sd 1 januari 2015 Penyusutan per tahun Penyusutan tahun 2015 (tahun pertama) Koreksi tahuntahun sebelumnya Tahun 2015 Jumlah 1 2 3 4=(20%x2) 5=3x4 6=4 7=5+6 2012 125.000.000,- 3 25.000.000,- 75.000.000,- 25.000.000,- 100.000.000,- 2013 150.000.000,- 2 30.000.000,- 60.000.000,- 30.000.000,- 90.000.000,- 2014 160.000.000,- 1 32.000.000,- 32.000.000,- 32.000.000,- 64.000.000,- Jumlah 435.000.000,- 167.000.000,- 87.000.000,- 254.000.000,- c. Aset yang diperolah sebelum penyusutan neraca awal. Tahun Neraca Awal (akhir tahun) Berdasarkan buletin teknis 01, untuk aset-aset yang diperoleh lebih dari 1 tahun sebelum saat penyusunan neraca awal, maka aset tersebut disajikan dengan nilai wajar pada saat penyusunan neraca tersebut. Untuk menghitung penyusutannya, pertama ditetapkan sisa masa manfaat pada saat penyusunan neraca awal selanjutnya dihitung masa antar neraca awal dengan saat penerapan penyusutan. Misalnya aset yang diperoleh pada tahun 2010 tersebut sudah disajikan berdasarkan nilai wajar di neraca awal yang disusun pada tahun 2012. Nilai aset adalah sebesar 90.000.000,00 dengan sisa umur ditetapkan 3 tahun. Perhitungan penyusutannya adalah sebagai berikut: Nilai Sisa masa manfaat saat neraca awal (tahun) Masa manfaat antara neraca awal sd 1 januari 2015 Penyusutan per tahun Penyusutan tahun 2015 (tahun pertama) Koreksi tahuntahun sebelumnya Tahun 2015 Jumlah 1 2 3 4 5=2:3 6=3x5 7=4 8=6+7 3 2012 0 30.000.000,- 90.000.000,- 0,- 90.000.000,- 90.000.000,- Berdasarkan perhitungan diatas, masa manfaat antara neraca awal sampai dengan 1 Januari 2015 adalah 0 dimana terhitung dari tahun 2012-2014 yaitu 3 tahun dan sisa manfaat saat neraca awal 3 tahun. Pada kolom koreksi tahun-tahun sebelumnya dihitung dari tahun 2012-2014 yaitu 3 tahun dan dikalikan dengan penyusutan per tahun sebesar 30.000.000. Penyusutan tahun 2015 sebesar 0 dikarenakan perhitungan penyusutan dilakukan sampai dengan 1 Januari 2015. Secara keseluruhan jumlah penyusutan untuk aset yang diperoleh sebelum penyusunan neraca awal sebesar 90.000.000. 679

Perhitungan penyusutan aset tetap di Kabupaten Blitar yang diperoleh tengah tahun menggunakan pendekatan tahunan yaitu penyusutan dihitung satu tahun penuh untuk aset tetap yang diperoleh awal tahun, pertengahan tahun, atau akhir tahun. Penyusutan dapat dihitung satu tahun penuh meskipun baru diperoleh satu atau dua bulan bahkan dua hari. Penggunaan pendekatan tahunan ini tidak dapat menunjukkan nilai aset tetap secara wajar. Berdasarkan buletin teknis 18 terdapat pilihan pendekatan bulanan yaitu penyusutan aset tetap berdasarkan bulan saat aset tetap diperoleh sehingga tanggal perolehan akan menjadi bahan pertimbangan yang penting. Dengan menggunakan pendekatan ini akan dapat memperlihatkan keadaan aset tetap secara sebenarnya. Namun, dengan memperhatikan beberapa ketentuan yaitu apabila perolehan aset tetap sebelum tanggal 15 bulan tertentu maka bulan itu dihitung sepenuhnya untuk penentuan besarnya penyusutan, apabila perolehan aset tetap terjadi sesudah tanggal 15 bulan tertentu maka bulan itu tidak diperhitungkan, dan penyusutan akan dihitung penuh bulanan sehingga apabila tidak untuk seluruh tahun buku perhitungan penyusutannya dihitung jumlah bulan dibagi dua belas. Berikut ini contoh perhitungan penyusutan secara sederhana dan mudah untuk dipahami: Tanggal Perolehan Nilai Perolehan Masa Manfaat (tahun) Penyusutan Tgl perolehan Per Bulan s/d akhir tahun Nilai Buku 1 2 3 4=(2:3)/12 5=4xjumlah bulan 7=2-5 Besarnya penyusutan setiap tahun disajikan dalam neraca dan laporan operasional. Penyusutan disajikan dalam neraca dengan akun akumulasi penyusutan yang mengurangi nilai perolehan aset tetap. Penyusutan disajikan dalam laporan operasional sebagai beban penyusutan. Neraca menyajikan akumulasi penyusutan sekaligus nilai perolehan aset tetap sehingga nilai buku aset tetap sebagai gambaran dari potensi manfaat yang masih dapat diharapkan dari aset yang bersangkutan dapat diketahui. Penyajian aset tetap dalam neraca dengan output Sistem Informasi Manajemen Daerah Barang Milik Daerah (SIMDA BMD) terdapat selisih jumlah. Selisih ini berasal dari pengurangan nilai aset tetap pada neraca karena dibawah batasan minimal kapitalisasi aset. Aset tetap dibawah batasan minimal kapitalisasi aset tersebut dikeluarkan dari kelompok aset tetap dan digolongkan dalam daftar aset di bawah batasan minimal kapitalisasi aset (Daftar Aset Ekstrakomtabel). Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap dikecualikan terhadap pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi 680

perpustakaan dan barang bercorak kesenian, peralatan untuk proses belajar mengajar. Penyebab selisih lainnya yaitu mengenai adanya barang rusak berat yang tidak tercatat dalam neraca. Barang rusak berat direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain. Definisi aset lain-lain yaitu aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah disebabkan karena rusak berat, usang dan/atau aset tetap yang digunakan karena sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal). Proses penghapusan terhadap aset lain-lain dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan perundang-undangan. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis dalam penilaian aset tetap, diperoleh hasil analisis data yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan aset tetap Kabupaten Blitar periode 2014 dan 2015 yaitu mengalami pertumbuhan secara positif dan negatif. Karena keterbatasan data, analisis pertumbuhan aset tetap dilakukan berdasarkan mutasi aset tetap per SKPD. Pertumbuhan positif terjadi pada pos jalan, irigasi, dan jaringan; kontruksi dalam pengerjaan; gedung dan bangunan; dan tanah. Sedangkan pertumbuhan negatif terjadi pada pos peralatan dan mesin serta aset tetap lainnya. Pertumbuhan negatif ini terjadi karena reklasifikasi negatif pada kedua pos tersebut sangat besar. 2. Proporsi aset tetap jalan, irigasi, dan jaringan menjadi yang paling besar diantara aset tetap lainnya. Peningkatan pos ini cukup tinggi yaitu 39,67% menjadi 45,68%.Peningkatan ini nenunjukkan prioritas pemerintah terjadi pada pembangunan infrastruktur dan hal ini sudah sesuai dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Blitar tahun 2015. 3. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan pendekatan tahunan. Penggunaan pendekatan tahunan ini tidak dapat menunjukkan nilai aset tetap secara wajar. Sehingga pilihan pendekatan bulanan dapat menjadi solusi untuk dapat memperlihatkan keadaan aset tetap secara sebenarnya. SARAN Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis menemukan bahwa pertumbuhan asset khusus peralatan dan mesin serta asset lainnya mengalami penyusutan dengan prosentase yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Blitar perlu memperhatikan metode penyusutan untuk mengetahui nilai yang sesungguhnya. Metode penilaian perlu memperhatikan masa 681

manfaat yang berlaku sesuai dengan peraturan perpajakan serta memperhatikan bulan perolehan. Berdasarkan keterbatasan waktu yang dialami oleh penulis, maka untuk saran penelitian selanjutnya untuk dikembangkan adalah terkait prosedur penilaian, revaluasi, reklasifikasi, pelepasan, penghentian penghapusan yang ada di Kabupaten Blitar. DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. BPKAD. 2016. Tugas dan Fungsi BPKAD, (Online), (http://bpkad.blitarkab.go.id/, diakses 5 Oktober 2016 pukul 18.00 WIB). Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press. Mahmudi. 2016. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UII Press. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV Andi Offset. Tanjung, Abdul Hafiz. 2012. Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual: Pendekatan Teknis Sesuai PP No. 71/2010. Bandung: Alfabeta. Wynne, Andi. 2004. Is The Move to Accrual Based Accounting a Real Priority for Public Sector Accounting?, (Online), (https://bambangkesit.files.wordpress.com/2011/02/accrualbased-accounting-bab-4.pdf, diakses 22 Februari pukul 11.00 WIB). Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta. Peraturan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta. Peraturan Bupati Blitar. 2014. Peraturan Bupati Blitar Nomor 20 tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Blitar. Blitar. Peraturan Bupati Blitar. 2015. Peraturan Bupati Blitar Nomor 30 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Blitar Nomor 20 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Blitar. Blitar. Peraturan Bupati Blitar. 2016. Salinan Peraturan Bupati Blitar Nomor 7 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Blitar Nomor 20 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Blitar. Blitar. 682