PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PARADIGMA BARU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH. Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEORI BELAJAR PIAGET

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN:

Teori Konstruktivistik

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

Retno Marsitin. Kata kunci: Prestasi belajar, Metode diskusi, Pendekatan, Konstruktivisme, Metode Konvensional

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

C. Asri Budiningsih FIP/PPS - UNY

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

PROBLEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MODEL NEEDHAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas III SD Integral Rahmatullah Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA SMA KELAS XI MELALUI METODE PROBLEM POSSING. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

Penerapan Teori Konstruktivisme

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA. Oleh

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tita Mulyati. Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

JURNAL BELAJAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DosenPengampuDr. Hj. Sri EndahIndriwati, M.Pd

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

M. Gilar Jatisunda Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Transkripsi:

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PARADIGMA BARU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh : Neneng Aminah Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK Sebagian besar suasana pengajaran di sekolah yang digunakan para guru kita tampaknya lebih mendominasi pada saat pembelajaran berlangsung. Peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Disinilah tampak para ahli pendidikan perlu merumuskan kembali paradigma dan visi pendidikan kita, dimana paradigma teaching (mengajar) perlu diubah menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama guru dan anak didik. Guru dalam konteks ini juga termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah menjadi learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa), tetapi learner (belajar). Dengan pendekatan kontruktivisme pembelajaran khususnya matematika dapat mengubah paradigma pendidikan saat ini. Kata kunci : Pendekatan Kontruktivisme, Pembelajaran Matematika A. Pendahuluan Seiring dengan perkembangan jaman, tidak sedikit masalah yang terus bermunculan, baik tentang pelanggaran hak asasi manusia, budaya dan agama, sampai pada perkelahian antar pelajar, hal ini membuat para ahli pendidikan berpikir keras mencari sistem pendidikan yang relevan untuk menjawab tantangan zaman. Di tanah air kondisi pendidikan lebih memprihatinkan lagi, karena beberapa infrastruktur pendidikan masih banyak yang belum terpenuhi, termasuk SDM para pengelola dan guru. Karena itu dari beberapa masalah yang berkaitan dengan pendidikan ini, yang paling sering dibicarakan secara serius dan terbuka adalah persoalan metode pembelajaran, yang tentunya sangat berkaitan dengan kualitas guru dalam memahami teori dan praktek pembelajaran, yang tentunya diharapkan cocok dengan perkembangan jaman. Pada pembahasan kali ini, penulis akan mencoba memulai diskusi dengan pembahasan tentang mempertimbangkan paradigma pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme yang kemudian diharapkan bisa diaplikasikan dalam metode pembelajaran matematika. Karena masih banyak guru disekolah yang masih menggunakan pembelajaran satu arah, dimana siswa tidak diajak aktif dalam pembelajaran, sedangkan jika terdapat keharmonisan antara 55

siswa dan guru pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengupayakan pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran salah satunya melalui pendekatan konstruktivisme. Utari (Isjoni, 2012: 34) berpendapat bahwa Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran dimana penegtahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi pelajar membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya dalam proses asimilasi dan akomodasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p e m b e l a j a r a n d e n g a n p e n d e k a t a n konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berdasarkan partisipasi aktif siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. B. M e n g a p a d e n g a n P e n d e k a t a n Konstruktivisme Saat ini telah berkembang berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran. Ruseffendi (2006: 240) berpendapat Pendekatan adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu umum atau khusus dikelola. Sejalan dengan pendapat Suherman (2001, 70) bahwa Pendekatan adalah suatu cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Dalam mencapai kemampuan yang harus dimiliki siswa, ada beberapa pendekatan atau metode yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran matematika, salah satunya pendekatan konstrukstivisme. Greeno & Goldman (1998) berpendapat bahwa Pendekatan konstruktivisme menekankan kepada siswa menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah dengan cara apapun yang dapat mereka lakukan. Sejalan dengan pendapat Greeno & Goldman (1998) menguraikan bahwa Pendekatan konstruktivisme adalah p e n d e k a t a n p e m b e l a j a r a n d i m a n a pengetahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi pelajar membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya dalam proes asimilasi dan komodasi. Kedua pendapat tersebut mengandung arti bahwa setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan selama proses baleajar mengajar. M a t h e w s ( R u s m o n o, 2 0 1 2 : 1 7 ) mengungkapkan bahwa belajar yang bercirikan proses konsruktivisme adalah sebagai berikut: (1) Orientasi, merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada peserta didik memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pelajaran; (2) Elisitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik menggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan; (3) Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi; (4) Penggunaan ide, dalam langkah ini ide 56

atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi; (5) Review, dalam fase ini memungkinkan p e s e r t a d i d i k m e n g a p l i k a s i k a n pengetahuannya pada situasi yang d i h a d a p i s e h a r i - h a r i, m e r e v i s i gagasannya dengan menambah suatu k e t e r a n g a n a t a u d e n g a n c a r a mengubahnya lebih lengkap. Lebih jauh lagi Driver dan Bell (1986) mengungkapkan prinsip pembelajaran konstruktivisme yaitu sebagai berikut (1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, tetapi memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran dengan membawa konsepsi awal sebelumnya; (2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa dalam mengonstruksi pengetahuan; (3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara optimal; (4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas; dan (5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) I n v i t a s i, d i p e r l u k a n u n t u k mengidentifikasi konsepsi awal siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan. (2) Eksplorasi, adalah tahap pelaksanaan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif menggali informasi-informasi baru. (3) Pengajuan Eksplanasi dan Solusi, merupakan tahap diskusi yang dilakukan diantara siswa, baik secara individu maupun secara berkelompok. (4) Taking Action (pengambilan tindakan), merupakan tahap akhir pembelajaran. Pada tahap ini siswa merumuskan hasil eksplorasi dan diskusinya. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme masih tergolong relatif baru, berbagai kendala mungkin saja terjadi sebagai penghambat dalam penerapannya di sekolah. C. Belajar Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme Para ahli konstruktivis mengatakan bahwa ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas dikelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Cobb (Suherman, 2001: 71) bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Beberapa ahli konstruktivis telah menguraikan indikator belajar mengajar dalam konstruktivisme, Convrey (Suherman, 2001: 73) menyatakan: Sebagai seorang konstruktivis ketika saya mengajarkan matematika, saya tidak mengajarkan siswa tentang struktur matematika yang objeknya ada di dunia ini. Saya mengajar mereka, bagaimana melihat dunia melalui sekumpulan lensa kuantitatif yang saya percaya akan menyediakan suatu cara yang powerfull untuk memahami dunia, bagaimana merefleksikan lensalensa itu untuk menciptakan lensa-lensa 57

yang lebih kuat dan bagaimana mengapresiasi peranan dari lensa dalam memainkan pengembangan kultur mereka. Saya mencoba mengajarkan mereka untuk mengembangkan satu alat intelektual yaitu matematika. Hal ini mencerminkan bahwa matematika sebagai alat untuk berfikir, fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Di dalam kelas konstruktivisme, peran guru hanya sebagai fasilitator bukan pemberi jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk membentuk (mengonstruksi) pengetahuan matematika, Sehingga pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa (student center approach). Sedangkan dalam kelas tradisional, guru mendominasi pembelajaran dan guru senantiasa menjawab 'dengan segera' terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher center approach). Brooks dan Brooks (Suprijono, 2012: 36) memberikan perbandingan menarik antara kelas konstruktivisme dan kelas yang memperoleh pembelajaran biasa/ekspositori sebagai berikut: Tabel 1 Perbandingan Kelas Konstruktivisme dan Kelas Ekspositori KONSTRUKTIVISME Kegiatan belajar bersandar pada materi hands-on Presentasi materi dimulai dengan keseluruhan kemudian pindah ke bagian-bagian Menekankan pada ide-ide besar Guru mengikuti pertanyaan peserta didik Guru menyiapkan lingkungan belajar dimana peserta didik dapat menemukan pengetahuan Guru berusaha membuat peserta didik mengungkap kan sudut pandang dan pemahaman mereka sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka Assesmen diintegrasikan dengan belajar mengajar melalui portofolio dan observasi. Sumber: Suprijono (2012: 36) EKSPOSITORI Kegiatan belajar bersandar pada text-books Presentasi materi dimulai dengan bagian-bagian, kemudian pindah ke keseluruhan Menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar Guru mengikuti kurikulum yang pasti Guru mempresentasikan informasi kepada peserta didik Guru berusaha membuat peserta didik memberikan jawaban yang benar Assesmen adalah kegiatan tersendiri dan terjadi melalui testing A. Harapan Dengan pendekatan kontruktivisme diharapkan prestasi akademik siswa meningkat, baik dalam mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya. Sejalan dengan paradigma baru pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Zamroni, (2000), pada aspek prilaku diharapkan siswa mempunyai ciri-ciri: (1) di kelas mereka aktif dalam diskusi, mengajukan pertanyaan dan gagasan, serta aktif dalam mencari bahan-bahan pelajaran yang mendukung apa yang tengah dipelajari; (2) mampu bekerja sama dengan membuat kelompok-kelompok belajar; (3) bersifat demokratis, yakni berani menyampaikan gagasan, mempertahankan gagasan dan sekaligus berani pula menerima gagasan orang lain; (3) memiliki kepercayaan diri yang tinggi. 58

B. Daftar Pustaka Driver, R dan Bell B. (1986) Students Thinking and Learning of Science: A Contructivist View. SSR, 443 456. Greeno, J. & Goldman, S. (Eds.), (1998). Thinking Practices in Mathematics and Science Learning. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: Alfa Beta. Jauhar, M. (2011). Implementasi Paikem dari behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning Center. Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu Untuk Meningkatkan Propesional Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. S u h e r m a n, d k k. ( 2 0 0 1 ). S t r a t e g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a Kontemporer. Bandung: JICA. Suprijono. A, (2012). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Surabaya: Pustaka Pelajar. Zamroni (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing. 59