BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Hipertensi sering disebut the silent killer karena hipertensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang melebihi 140/90 mmhg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

EFEKTIFITAS BUNGA ROSELLA UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH TINGGI DI DESA SUNGGAL KANAN DUSUN V DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Hidayah, (2006) memaparkan bahwa Indonesia merupakan negara. berkembang, yang menjadikan penduduknya mengalami perubahan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

WIJI LESTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering dikatakan sebagai silent killer

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Hipertensi sering disebut the silent killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan beberapa komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan terhadap timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah besar dan serius disamping prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, karena tingkat keganasan yang tinggi dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat mempengaruhi perekonomian keluarga karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang sampai seumur hidup. Hipertensi pada saat ini masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Obat-obatan efektif banyak tersedia, namun angka penderita tetap meningkat. Sedangkan hipertensi merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tak terdeteksi sejak dini. (Yulianti, 2008) Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES 2005-2006) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 28,4% dari populasi orang dewasa menderita hipertensi dan prevalensi ini meningkat tajam dengan bertambahnya usia (Field 2008). 1

2 Berdasarkan data WHO, dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, 12,5% yang dapat di obati dengan baik. Setiap tahun, 7 juta orang diseluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Di tahun 2000 hampir 1milliar penduduk dunia menderita hipertensi (Anna 2011).Hasil survey lembaga kesehatan rumah tangga tahun 2007 menunjukan prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 8,3% per 1000 anggota rumah tangga, pada umumnya lebih banyak pria yang menderita hipertensi di bandingkan dengan perempuan. Menurut Muhammadun AS (2010) laki-laki pada usia 50 tahun mempunyai resiko hipertensi lebih tinggi di banding wanita pada umur yang sama. Sejauh ini hampir 60% masyarakat Indonesia sudah melaksanakan pengobatan nonfarmakologi sebagai terapi kesehatan. Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) menyebutkan, angka kematian di Indonesia menyentuh angka 56 juta jiwa terhitung dari tahun 2000-2013. Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi adalah hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia. Saat ini hipertensi di Jawa Timur terjadi penurunan yang semula dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen di tahun 2013. Terjadinya penurunan ini didukung melalui mulai banyaknya masyarakat yang sudah berobat ke fasilitas kesehatan, baik itu secara farmakologis atau non farmakologis. Penderita hipertensi di kota Magetan masih sangat banyak bahkan hingga saat ini penyakit hipertensi mengalami peningkatan yang semula ada di peringkat ke empat, kini penyakit hipertensi di Magetan menjadi penyakit nomer tiga yang banyak di derita di masyarakat. (Dinkes kab.magetan, 2013). Trend pengobatan saat ini yaitu dengan menggunakan pengobatan alternatif dan

3 komplementer. Di antara pengobatan komplementer salah satunya adalah terapi bekam. Sementara data yang didapat dari Griya Sehat Holistik angka kunjungan untuk pasien hipertensi mencapai 20%. Berdasarkan penelitian Efektifitas Pengobatan dengan Metode Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Dari hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik T hitung < T tabel (-55,-18) untuk tekanan darah systole dan diastole. Itu artinya bahwa Ho ditolak atas pengobatan dengan metode bekam efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bekam merupakan salah satu sistem pengobatan Nabi (Thibbun Nabawi). Ia merupakan istilah Melayu bererti pelepasan darah. Dalam bahasa Arab disebut sebagai Al-Hijamah yaitu suatu prosedur pembersihan darah dengan mengeluarkan sisa toksik dari badan dengan cara di kop. Adapun hadist yang memerintahkan kita untuk berbekam: Telah bersabda Rasulullah SAW Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku di isra`kan kecuali mereka berkata, Wahai Muhammad, perintahkan umatmu supaya berbekam. (HR. Bazzar dari Ibnu Abas dan Tirmidzi dari Ibnu Mas ud. Disahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Albani dalam Sahihul Jami. Diriwayatkan pula oleh para imam yang lain dari beberapa sahabat) (Sharaf, 2012). Terapi bekam merupakan penyembuhan berbagai penyakit yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan juga diperintahkan secara langsung dalam sabdanya yang sahih. Ibnu Abbas dari nabi Muhammad SAW, Bersabda, Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu melakukan bekam, minum madu dan melakukan kay dengan api, tetapi aku melarang umatku melakukan kay. (HR al-bukhari). Kita mengetahui bahwa hadist ini sahih, maka kita wajib

4 meyakini sepenuhnya tanpa keraguan. Kita juga meyakini bahwa bekam merupakan metode pengobatan yang penting. Beliau menyampaikan beberapa jenis terapi yang bisa di gunakan manusia untuk berobat seperti madu dan kay (tusukan besi panas), meski beliau melarangnya karena tidak menyukainya. Akan tetapi, hasil terapi tersebut tidak akan diragukan lagi oleh siapapun yang meyakini kebenaran Rosulullah. Karena itu kita harus percaya bahwa bekam merupakan salah satu sarana kesembuhan dan merupakan kebiasaan Nabi. Dan sebaik-baik kebiasaan adalah kebiasaan Rosulullah. (Sharaf, 2012) Salah satu terapi pada penderita hipertensi adalah dengan berbekam. Dan pada penderita hipertensi dapat di lakukan bekam basah ataupun kering. Hipertensi terjadi karena adanya peningkatan system saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan darah naik. Bekam kering dapat mengendalikan kadar hormone dan meningkatkan Nitrit Oksida (NO) sehingga dapat menurunkan tekanan darah. (Sharaf, 2012) Waluyo (Terapis bekam) berikut: menarik kesimpulan tentang bekam basah sebagai Pada bekam basah, sebelum di lakukannya pembekaman akan di lakukan proses inkubasi di mana proses inkubasi tersebut adalah merangsang otak untuk mengeluarkan hormone endorphin dan enkafalin. Hormone enkafalin berfungsi untuk mengurangi rasa sakit pada lokasi penyayatan atau tusukan jarum, hormone endorphin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada proses selanjutnya akan terjadi proses memerintahkan otak untuk mengalirkan hormone endorphin dan enkafalin yang dilakukan di titik local katakanlah pada titik hipertensi yang di terapi. Dan sesudahnya setelah di lakukan pembekaman (bersamaan dengan keluarnya darah kotor) otak akan memerintahkan hormone endorphin sehingga akan terjadi proses penyembuhan. Bekam kering merupakan proses stimulasi pada permukaan kulit dan otot dibawahnya sehingga aliran darah, syaraf, dan jaringan bisa dipengaruhi secara positif.

5 Terapi bekam tidak menimbulkan efek samping yang berat hanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh adanya bekas pengekopan dan tusukan jarum/sayatan di kulit, namun bekas di kulit akan hilang dalam waktu 2-3 hari, sehingga terapi bekam sangat aman untuk dilakukan. Hasil eksperimen dari bekam untuk kasus hipertensi adalah baik. Hasil dari bekam tersebut akan terlihat sejak awal terapi. Baik itu bekam basah ataupun kering. Tapi beberapa hari kemudian, tekanan darah akan naik lagi. Oleh karena itu terapi harus dilakukan secara rutin hingga mendapatkan hasil permanen. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian terkait penurunan tekanan darah dengan metode bekam kering ataupun basah pada klien hipertensi. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada peneliti ini adalah Apakah ada perbedaan bekam basah dan kering terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan terapi bekam basah dan kering terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi di klinik GSH keraton maospati kab Magetan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan bekam basah dan kering. b. Untuk mengidentifikasi bekam basah dalam penurunan hipertensi

6 c. Untuk mengidentifikasi bekam kering dalam penurunan hipertensi d. Untuk menganalisis perbedaan bekam basah dan kering dalam penurunan hipertensi 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat bagi akademis Secara akademis penelitian ini berguana untuk menambah wawasan bagi mahasiswa tentang pengobatan hipertensi dengn terapi bekam serta mengetahui perbedaan antara bekam basah dan kering. 1.4.2 Manfaat bagi Profesi keperawatan Meningkatkan pengetahuan perawat tentang manfaat terapi bekam basah dan kering. Dan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tentang hipertensi. 1.4.3 Manfaat bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dalam mengetahui perbedaan antara bekam basah dan kering, dan dapat diapalikasikan kepada masyarakat. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang pernah dilkukan: 1.5.1 Penelitian oleh Amin Samiasih (2008) dengan judul Peluang Bekam Basah Mencegah Penyakit Jantung Koroner Akseptor Kb Dmpa (Indikator Lipid Dan Respon Imun). Metode penelitian ini adalah telaah literatur (meta analysis) dari sumber pustaka dan jurnal penelitian. Hasil: Terapi komplementer bekam basah terbukti dapat menurunkan kolesterol LDL laki- laki normal. Persamaan dan perbedaan penelitian tersebut dengan yang pernah

7 di teliti adalah pada penelitian ini sama-sama meneliti tentang metode bekam. Dan perbedaannya terletak pada jenis penyakit yang di teliti. 1.5.2 Penelitian oleh Siti Fatimah Universitas Muhammadiyah Ponorogo (2011) dengan judul Efektifitas Pengobatan dengan Metode Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Metode penelitian ini adalah pra eksperimen dengan pre dan post test model. Populasi dari penelitian ini adalah penderita hipertensi di kelurahan singosaren yang berobat ke sentono dalam 1 bulan dengan jumlah 15 orang. Dari hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik T hitung < T tabel (-55,-18) untuk tekanan darah systole dan diastole. Itu artinya bahwa Ho ditolak atas pengobatan dengan metode bekam efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Persamaan dan perbedaan penelitian tersebut dengan yang pernah di teliti adalah pada penelitian ini sama-sama meneliti tentang metode bekam terhadap penurunan tekanan darah. Adapun perbedaannya variabel bekam basah dan bekam kering. 1.5.3 Penelitian oleh Aisyah Rizki Universitas Sumatra Utara dengan judul Efektifitas Bunga Rosella Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang.Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan tujuan untuk mengidentifikasi efektivitas bunga rosella terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di

8 Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Pemberian seduhan bunga rosella segar dalam penelitian ini dilakukan dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut, melibatkan 12 orang responden yang diambil berdasarkan teknik total sampling. Uji paired t-test digunakan mengidentifikasi keefektifan seduhan bunga rosella segar dengan membandingkan tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar. Hasil penelitian menemukan bahwa 66.7 % (8 orang) responden berada pada hipertensi ringan sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar. Sedangkan setelah pemberian seduhan bunga rosella segar didapatkan 75 % (9 orang) responden tekanan darah menjadi normal, 16.7 (2 orang) normal tinggi dan hanya 8.3% (1 orang ) hipertensi ringan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga rosella efektif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi. Persamaan dan perbedaan penelitian tersebut dengan yang pernah di teliti adalah pada penelitian ini sama-sama meneliti tentang penurunan tekanan darah. perbedaanya yaitu penggunaan metode penurunan darah.