GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 T E N T A N G

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR EEHGKUI.U Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3298); NOMOR:L. L TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DALAM PROVINSI JAMBI

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik. lebih lanjut mengenai Forum Pembauran Kebangsaan dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG FORUM PENGUATAN PENDIDIKAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN JEMBER

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT ( FKDM ) PROVINSI JAMBI

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 Tahun 2011 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: 1. dan dipelihara dalam rangka keutuhan persatuan dan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12TAHUN 2006 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH (KOMINDA) PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT (FKDM) BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PENYELENGGARAAN FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT (FKDM) KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT GUBERNUR BALI,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI MEMPAWAH, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR: 03 TAHUN2015 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH KOTA TEGAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PEMBENTUKAN BAB III SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR &S TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO. NOMOR : 30,z TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 7 Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM TERPADU GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 81 TAHUN 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR.22 TAHUN 2013

WALIKOTA SURABAYA INSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MEMUTUSKAN: PERATURAN DAERAH TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN.

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 49 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-S TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

INTISARI PP NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN OLEH : SADU WASISTIONO

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 61 TAHUN 2011 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH (KOMINDA) JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

Transkripsi:

SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DAN DEWAN PEMBINA FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Forum Pembauran Kebangsaan dan Dewan Pembina Forum Pembauran Kebangsaan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3298); 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889); 6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- UndangNomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634); 9. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919); 10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2,3,10 dan 11 Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN DAN DEWAN PEMBINA FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Penyelenggaraan pembauran kebangsaan adalah proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan, dan perekonomian untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku, dan etnis masing-masing dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pembinaan pembauran kebangsaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama dengan masyarakat untuk terciptanya iklim yang kondusif yang memungkinkan adanya perubahan sikap agar menerima kemajemukan masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Sosialisasi pembauran kebangsaan adalah upaya memasyarakatkan program pembauran kebangsaan agar dapat dipahami dan dihayati oleh masyarakat secara luas. 4. Forum pembauran kebangsaan yang selanjutnya disingkat FPK adalah wadah informasi komunikasi, konsultasi dan kerjasama antara warga masyarakat yang diarahkan untuk menumbuhkan, memantapkan, memelihara dan mengembangkan pembauran kebangsaan. 5. Daerah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. 6. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 7. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakiarta BAB II PEMBENTUKAN FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN Pasal 2 (1) FPK dibentuk di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa kelurahan. (2) Pembentukan FPK sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa / Kelurahan. (3) FPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki hubungan yang bersifat konsultatif. Pasal 3 (1) FPK Provinsi sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas: bidang pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku dan masyarakat; c. menyelenggarakan sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pembauran kebangsaan; dan d. merumuskan rekomendasi kepada Gubernur sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan di bidang pembauran kebangsaan. (2) FPK Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas: bidang pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku dan masyarakat; c. menyelenggarkan sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pembauran kebangsaan; dan d. merumuskan rekomendasi kepada Bupati/Walikota sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan di bidang pembauran kebangsaan.

(3) FPK Kecamatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas: bidang pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku dan masyarakat; dan c. menyelenggarkan sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pembauran kebangsaan. (4) FPK Desa / Kelurahan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas: bidang pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku dan masyarakat; dan c. menyelenggarkan sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pembauran kebangsaan. Pasal 4 (1) Pembentukan FPK Provinsi sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (2) Pembentukan FPK Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota (3) Pembentukan FPK Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Camat atas nama Bupati/Walikota. (4) Pembentukan FPK Desa / Kelurahan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah atas nama Bupati / Walikota Ub. Camat. Pasal 5 (1) Keanggotaan FPK terdiri atas pemuka adat, suku, etnis, dan tokoh masyarakat setempat. (2) Jumlah anggota FPK Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan disesuaikan dengan jumlah pemuka adat, suku, etnis, dan tokoh masyarakat. (3) Komposisi keanggotaan FPK Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/ Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan atas dasar musyawarah anggota (4) FPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan anggota sesuai dengan kebutuhan yang dipilih secara musyawarah oleh anggota. (5) Masa kerja pengurus FPK selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali secara musyawarah oleh anggota. (6) Apabila ada salah satu pimpinan FPK mangkat atau berhalangan tetap, dilakukan pemilihan secara musyawarah dan mufakat oleh anggota.

Pasal 6 (1) Dalam rangka memberdayakan FPK dibentuk Dewan Pembina FPK di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa / kelurahan (2) Dewan Pembina FPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. membantu Gubernur/Bupati/Walikota dalam merumuskan kebijakan di bidang pembauran kebangsaan. b. Memfasilitasi hubungan kerja FPK dengan pemerintah daerah dan hubungan antar instansi terkait di daerah dalam penyelenggaraan pembauran kebangsaan. BAB III DEWAN PEMBINA FORUM PEMBAURAN KEBANGSAAN Pasal 7 (1) Keanggotaan Dewan Pembina FPK Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: Ketua : Wakil Gubernur Sekretaris : Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Anggota : 1) Kepala Dinas Sosial. 2) Kepala Dinas Kebudayaan. 3) Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah. (2) Keanggotaan Dewan Pembina FPK Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: Ketua : Wakil Bupati/Wakil Walikota Sekretaris : Kepala Badan/Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (atau sebutan lain) Anggota : 1) Kepala Dinas Sosial (atau sebutan lain) Kabupaten/Kota. 2) Kepala Dinas Kebudayaan (atau sebutan lain). 3) Kepala Bagian yang membidangi kesejahteraan rakyat Sekretariat Daerah. (3) Keanggotaan Dewan Pembina FPK Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: Ketua Sekretaris Anggota : Camat : Sekretaris Kecamatan : 1) UPT Pendidikan (atau sebutan lain). 2) Seksi Pemerintahan. 3) Seksi Kesejahteraan Rakyat.

(4) Keanggotaan Dewan Pembina FPK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan oleh Camat dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: Ketua Sekretaris Anggota : Lurah/Kepala Desa : Sekretaris Desa/Kelurahan : 1) Urusan Agama dan Kesra 2) Urusan Pemerintahan 3) Urusan Pembangunan BAB IV PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 8 (1) Laporan FPK dan Dewan Pembina FPK perihal pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan di Provinsi disampaikan oleh Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2) Laporan FPK dan Dewan Pembina FPK perihal pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan di Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia serta unsur pimpinan daerah provinsi. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan, pada bulan Januari dan Juli, dan sewaktu waktu jika diperlukan. (4) Dalam keadaan mendesak, mekanisme pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat disampaikan secara lisan dan dapat melampaui hirarkhi yang ada, dengan ketentuan tetap segera menyampaikan laporan dan tembusan tertulis secara hirarkhi. BAB V PENDANAAN Pasal 9 Pendanaan bagi penyelenggaraan FPK didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing sesuai kewenangan.

BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 27 Januari 2014 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, ttd HAMENGKU BUWONO X Diundangkan di Yogyakarta pada tanggal 27 Januari 2014 SEKRETARIS DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, ttd ICHSANURI BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 NOMOR 4 Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM, ttd SUMADI Pembina Tingkat I (IV/b) NIP. 19630826 198903 1 007