METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep

METODE PENELITIAN. Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. memperbesar nilai ekspor, meningkatkan taraf hidup petani, peternak dan. lapangan kerja, serta mendukung pembangunan daerah.

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

BAB IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pengawasan yang dilakukan oleh atasannya. Pengawasan yang. dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan,

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut ini merupakan beberapa konsep dasar

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Bangunjiwo, Tirtonirmolo, Tamantirto dan Ngetisharjo dan Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Obyek penelitian ini adalah pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Efektivitas merupakan perbandingan antara Output yang sebenarnya

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III METODEPENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan jawaban dari para

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui

METODE PENELITIAN Populasi dan Contoh

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

Gambar 2. Peta Identifikasi Gapoktan pada Kelola Wilayah KPHL Batutegi pada Skala 1: (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2014).

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

horizon penelitian ini yaitu cross sectional, di mana informasi yang didapat hanya

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kredit

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI VARIASI MENGAJAR PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS V DI MIS KERTIJAYAN

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi tujuan dari

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lampung Kantor Cabang Utama Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan atau cara mengemukakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. produk Wellborn di Bandar Lampung. Dalam melaksanakan penelitian ini, desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Arikunto (2002:135) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

III METODE PENELITIAN. Tagor, dan Desa Titi Besi ±3 s/d 10 Km, dengan titik Kordinat BT a. Sebelah Utara Berbatsan dengan Desa Sei Kerang

METODOLOGI PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif, untuk mengetahui pengaruh antara variabel

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kwantitatif yaitu yaitu salah satu jenis

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei, dengan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penentuan Lokasi / Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di UD Putra Fajar, dipilih secara sengaja (purposive

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. perusahaan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilimiah serta aturan aturan yang berlaku (Natsir,

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... xii

BAB III METODE PENELITIAN

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti serta penting untuk memperoleh dan menganalisa data yang berhubungan dengan tujuan penelitian. 1. Variabel X (Variabel Bebas) Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu : a. Umur (X1) adalah usia penyuluh dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan satuan tahun. Indikator umur penyuluh ditunjukkan dengan akte kelahiran atau surat keterangan dari pemerintah setempat. Umur diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi muda, sedang, dan tua. b. Tingkat pendidikan formal (X2) adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penyuluh. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan jumlah tahun yang ditempuh penyuluh. Indikator tingkat pendidikan formal ditunjukkan dengan Ijazah. Tingkat pendidikan

40 formal diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi rendah, sedang dan tinggi. c. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (X3) adalah proses belajar yang pernah diikuti penyuluh berupa pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan sebagai penyuluh pertanian yang diukur dengan kualitas dan kuantitas pelatihan, workshop, dan seminar yang diikuti penyuluh. Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi tidak pernah, cukup sering, dan sering. Peningkatan kualitas SDM diukur menggunakan pertanyaan yang berdasarkan pada : 1) Kuantitas pelatihan, workshop, maupun seminar yang diikuti penyuluh. a) Jika penyuluh pernah mengikuti pelatihan, workshop, dan seminar = 3 b) Jika penyuluh pernah mengikuti dua kegiatan diantara ketiga kegiatan tersebut = 2 c) Jika penyuluh hanya pernah mengikuti salah satu dari kegiatan tersebut = 1 2) Kualitas pelatihan, workshop, maupun seminar yang diikuti penyuluh. a) Mengikuti pelatihan, workshop, maupun seminar tingkat provinsi = 3 b) Mengikuti pelatihan, workshop, maupun seminar tingkat kabupaten = 2

41 c) Mengikuti pelatihan, workshop, maupun seminar tingkat kecamatan = 1 d. Masa Kerja (X4) adalah lama bertugas penyuluh sejak diangkat dan menjalankan tugas sebagai penyuluh, dihitung dalam tahun. Indikator masa kerja penyuluh adalah Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai penyuluh. Masa kerja diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi tiga kelas yaitu baru, sedang dan lama. e. Jarak tempat tinggal dengan tempat bertugas (X5) adalah jarak tempat tinggal penyuluh dengan lokasi kerja atau wilayah binaannya, diukur dengan satuan kilometer. Indikatornya adalah pernyataan tentang jarak tempuh yang dilalui penyuluh. Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi tiga kelas yaitu dekat, sedang dan jauh. f. Jumlah petani binaan (X6) adalah Jumlah petani yang berada di wilayah kerja penyuluh pertanian dan tergabung dalam kelompok tani, yang diukur dalam jumlah orang. Indikatornya adalah data jumlah petani dari balai penyuluh atau pemerintah setempat. Jumlah petani binaan diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. g. Fasilitas Kerja (X7) adalah seluruh sarana dan prasarana penunjang yang digunakan oleh penyuluh dalam kegiatan penyuluhan, diukur berdasarkan kelengkapan fasilitas kerja dan kondisi sarana atau fasilitas kerja.

42 Fasilitas kerja diukur menggunakan pertanyaan yang berdasarkan pada : Bangunan, adanya bangunan perkantoran BP3K atau ruang pertemuan dengan kondisi fisik yang masih layak. Fasilitas bangunan yang dilengkapi listrik, signal telepon, komputer dan jaringan internet. Tersedianya sarana transportasi untuk mempermudah dan memperlancar penyuluh untuk datang ke lokasi penyuluhan atau daerah binaan Tanah persawahan dan lahan kering yang menunjang praktik penyuluhan, pengujian, dan percontohan. Perlengkapan penyuluhan, misalnya specimen, leaflet, brosur dan buku-buku mengenai pertanian. a) Jika memiliki seluruh fasilitas kerja (26 unit yang ditanyakan) = 3 b) Jika memiliki sarana atau fasilitas kerja antara 18 25 unit = 2 c) Jika memiliki sarana dan fasilitas kerja < 18 = 1 Tabel 4. Definisi operasional dan pengukuran variabel. Variabel (X) Umur (X1) Tingkat Pendidikan Formal Definisi Operasional Umur adalah usia penyuluh dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penyuluh Indikator Pengukuran Akte kelahiran atau surat keterangan dari pemerintah setempat Ijazah Pengukuran/Ukuran Umur penyuluh diukur dalam tahun Tingkat pendidikan formal diukur dalam tahun

43 Tabel 4. Lanjutan Variabel (X) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Masa Kerja sebagai penyuluh Jarak tempat tinggal dengan tempat bertugas Jumlah petani binaan Definisi Operasional Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia adalah Proses belajar yang pernah diikuti penyuluh berupa pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan sebagai penyuluh pertanian Masa Kerja adalah lama bertugas penyuluh sejak diangkat dan menjalankan tugas sebagai penyuluh Jarak tempat tinggal dengan tempat bertugas adalah jarak tempat tinggal penyuluh dengan lokasi kerja atau wilayah binaannya Jumlah petani binaan adalah Jumlah petani yang berada di wilayah kerja penyuluh pertanian dan tergabung dalam kelompok tani Indikator Pengukuran Kualitas dan kuantitas pelatihan, workshop, dan seminar yang diikuti penyuluh Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai penyuluh Pernyataan tentang perkiraan jarak tempuh yang dilalui penyuluh yaitu spidometer kendaraan Data jumlah petani dari balai penyuluh atau pemerintah setempat Pengukuran/Ukuran Diukur dengan intensitas waktu pelatihan yang diikuti penyuluh Masa Kerja sebagai penyuluh diukur dalam tahun. Kilometer Jumlah petani binaan diukur dalam jumlah orang

44 Tabel 4. Lanjutan Variabel (X) Fasilitas Kerja Definisi Operasional Fasilitas Kerja adalah seluruh sarana dan prasarana penunjang yang digunakan oleh penyuluh dalam kegiatan penyuluhan Indikator Pengukuran Tersedianya bangunan perkantoran BP3K atau ruang pertemuan dengan kondisi fisik yang masih layak. Tersedianya fasilitas bangunan yang dilengkapi listrik, signal telepon, komputer dan jaringan internet. Ukuran diukur dengan melihat tersedia atau tidak tersedianya fasilitas yang mendukung Tersedianya tanah persawahan dan lahan kering yang menunjang praktik penyuluhan, pengujian, dan percontohan. Tersedianya perlengkapan penyuluhan, misalnya specimen, leaflet, brosur dan buku-buku mengenai pertanian. 2. Variabel Y (Variabel Terikat) Variabel Y merupakan variabel dari kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model CoE. Kinerja penyuluh pertanian adalah proses dan hasil dari pelaksanaan tugas dalam satu waktu periode tertentu, sebagai perwujudan dari interaksi antara kompetensi, motivasi dan kesempatan yang memberikan kemungkinan seseorang untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

45 Kinerja penyuluh pertanian diukur menggunakan skala interval melalui sepuluh indikator dengan sejumlah parameter di dalamnya, yaitu a. Tersusunnya program penyuluhan pertanian di tingkat bpp/kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani. b. Tersusunnya kinerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masingmasing. c. Tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi. d. Terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani. e. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan kelembagaan lainnya). f. Upaya membantu petani/kelompok tani menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pengusaha. g. Terwujudnya akses petani ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan pertanian dan pemasaran. h. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan di masingmasing wilayah kerja. i. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah kerja. j. Peningkatan penerapan cyber extension dalam kegiatan penyuluhan.

46 Pengukuran kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model CoE dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengukuran dan definisi operasional kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model CoE Variabel (Y) Kinerja penyuluh Definisi operasional Kinerja penyuluh adalah proses dan hasil dari pelaksanaan tugas dalam satu waktu periode tertentu, sebagai perwujudan dari interaksi antara kompetensi, motivasi dan kesempatan yang memberikan kemungkinan seseorang untuk melaksanakan tugas sebaikbaiknya. Indikator pengukuran Naskah Programa Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Terbanggi Besar Naskah Rencana Kerja Penyuluh Pertanian di Kecamatan Terbanggi Besar Peta Wilayah Pengembangan Komoditas Unggulan Spesifik Lokasi Materi Informasi Teknologi Pertanian sesuai dengan kebutuhan petani Ukuran Tingkat kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model CoE diukur dengan satuan skoring lalu diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Jumlah kelompoktani, yang berkembang menjadi gabungan kelompoktani, asosiasi petani, korporasi Jumlah petani/kelompoktani yang sudah menjalin kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan pengusaha

47 Lanjutan Tabel 5. Variabel Y Kinerja penyuluh Definisi Operasional Kinerja penyuluh adalah proses dan hasil dari pelaksanaan tugas dalam satu waktu periode tertentu, sebagai perwujudan dari interaksi antara kompetensi, motivasi dan kesempatan yang memberikan kemungkinan seseorang untuk melaksanakan tugas sebaikbaiknya. Indikator Pengukuran Jumlah petani yang sudah mengakses lembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran Produksi per satuan skala usaha untuk komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja Pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah kerja Peningkatan penerapan cyber extension dalam kegiatan penyuluhan. Ukuran Tingkat kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model CoE diukur dengan satuan skor lalu diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, rendah. Pengklasifikasian variabel X yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas pokoknya dan variabel Y yaitu kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model, diukur dengan skor (0-100) dan diklasifikasikan ke dalam rendah, sedang, dan tinggi. Nilai rendah 0 dan nilai tertinggi 100, penentuan jarak antar kelas mengacu pada Sturges (Dajan, 1996) yaitu : S = X Y K K = 1 + 3,322 log n

48 Keterangan : S = Lebar selang kelas/kategori X = Nilai skor tertinggi Y = Nilai skor terendah K = Banyaknya kelas/kategori n = Jumlah sampel Dalam penelitian ini tidak digunakan rumus Sturges secara total, tetapi K ditentukan secara sengaja menjadi 3 kelas. Data penelitian yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang telah dikalkulasikan ke dalam skor merupakan data ordinal. Muhidin dan Abdurrahman (2007) mengemukakan bahwa data yang akan dianalisis menggunakan statistika nonparametrik adalah data interval dan data ratio. Oleh karena analisis regresi berganda mengisyaratkan pengukuran minimal interval, maka harus dilakukan cara untuk menaikkan tingkat pengukuran ordinal menjadi interval. Salah satu metode konversi data yang sering digunakan adalah method of succesive interval (MSI) dengan menggunakan program STAT97. B. Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BP3K di daerah tersebut merupakan salah satu BP3K Model CoE. Responden dalam penelitian ini adalah penyuluh dan petani binaan dari BP3K Model CoE Terbanggi Besar. Penyuluh BP3K Model CoE berjumlah 11 orang dimana jumlah keseluruhan penyuluh tersebut dijadikan responden. Petani binaan BP3K Terbanggi Besar berjumlah 8166 orang yang tersebar di 9 desa yang dapat dilihat pada Tabel6.

49 Tabel 6. Jumlah petani binaan BP3K Terbanggi Besar tahun 2012 No Nama Alamat Jml Jml Anggota Gapoktan Kampung Poktan L P Jml 1 Jaya Makmur Adi Jaya 13 457 0 457 2 Usaha Jaya Yukumaju 12 399 71 470 3 Maju Bersama Indra Putra 16 668 10 678 Subing 4 Rukun Maju Karang 32 1326 123 1449 Endah 5 Tani Jaya Nambah 13 409 45 454 Dadi 6 Tani Maju Nambah 14 394 43 437 Dadi 7 Tani Utama Nambah 9 283 24 307 Dadi 8 Swasembada Nambah 11 363 28 391 Dadi 9 Panca Usaha Ono Harjo 16 692 27 719 10 Karya Sentosa Terbanggi 28 875 76 951 Besar 11 Karya Abadi Terbanggi 17 660 39 699 Besar 12 Karya Harapan Terbanggi 10 253 13 266 Besar 13 Maju Makmur Poncowati 11 392 2 394 14 Tani Maju Bandarjaya 4 200 0 200 Timur 15 Rukun Agawe Bandarjaya 5 244 0 244 Santoso Barat 211 7615 501 8116 Sumber : Dinas Badan Koordimasi Penyuluh 2012 Penentuan sampel dalam penelitian ini merujuk pada teori Yamane (1967 dalam Rahmat, 2002) dengan rumus : Keterangan : n = unit sampel N = unit populasi (8116) d = tingkat presisi (0,1) n = N N d 2 + 1

50 Berdasarkan Tabel 6 jumlah petani binaan BP3K Terbanggi Besar adalah 8116 orang. Dengan menggunakan pertimbangan presisi 10% maka diperoleh sampel sebagai berikut : n = 8116 8116(0,1) 2 +1 = 99 orang Jumlah sampel masing-masing populasi anggota kelompok ditentukan dengan metode alokasi proporsional (Nasir 1998), yaitu : Keterangan : ni = Ni N n ni = Jumlah sampel dalam setiap kelompok Ni = Jumlah populasi masing-masing kelompok n = Jumlah seluruh populasi kelompok N = Jumlah sampel secara keseluruhan n 1 = 457x99 8116 = 6 n 2 = 470x99 8116 = 6 n 3 = 678x99 = 8 n 4 = 1449x99 = 18 8116 8116 n 5 = 1589x99 8116 n 7 = 1916x99 8116 = 19 n 6 = 719x99 8116 = 9 = 23 n 8 = 394x99 8116 = 5 n 9 = 200x99 8116 = 2 n 10 = 244x99 8116 = 3 Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Proporsional Random Sampling, sehingga setiap unit sampel dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

51 C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang dipakai adalah metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi menggunakan kuisioner sebagai pengumpul data, sedangkan data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari penyuluh dan petani sebagai responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari literatur, laporan, studi kepustakaan, serta instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. D. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitiatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis tingkat kinerja penyuluh di BP3K Terbanggi Besar, sedangkan analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh BP3K Terbanggi Besar. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh BP3K Terbanggi Besar, maka dapat dilakukan melalui pendekatan ekonometrika dengan menggunakan model regresi linier berganda. Pendekatan ekonometrika yang digunakan adalah: Persamaan regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 7 + b 7 X 7 + e

52 Keterangan : Y = Variabel terikat (tingkat kinerja penyuluh) a = Intersep/nilai konstanta b 1,b 2,...b 7 = Koefisien regresi X 1 = Umur Penyuluh X 2 = Tingkat pendidikan formal penyuluh X 3 = Kualitas SDM penyuluh X 4 = Lama bertugas sebagai penyuluh X 5 = Jarak tempat tinggal penyuluh dengan tempat bertugas X 6 = Jumlah Petani Binaan X 7 = Fasilitas Kerja e = Kesalahan prediksi (error term) Untuk mengukur kebenaran dari model persamaan regresi di atas maka dilakukan pengujian secara bersama-sama yaitu dengan uji F. Tujuan pengujian keseluruhan parameter pendugaan dalam persamaan regresi adalah untuk mengetahui apakah peubah bebas (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap peubah terikat (Y) sehingga model dapat digunakan untuk meramalkan hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Uji Statistik yang digunakan adalah: H 0 = 0 1 2 3 4 5 6 7 H 1 = paling sedikit ada satu parameter regresi 0 Untuk menghitung nilai Fisher (F hitung ) digunakan persamaan : f itung = JKR /(k n) JKS /(n k)...3) Keterangan: JKR = jumlah kuadrat regresi JKS = jumlah kuadrat residu n = jumlah observasi k = jumlah variabel Kriteria uji yang digunakan adalah jika F hitung <F tabel maka terima H 0 berarti variabel bebas dalam model secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

53 variabel terikat. Jika F hitung >F tabel maka tolak H 0 berarti variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara tunggal mempengaruhi varibel terikat diuji menggunakan uji-t dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 = 1 0 H 1 = 1 0 Untuk menghitung nilai t hitung dengan persamaan sebagai berikut : t itung = bi Sbi Keterangan: bi = koefisien regresi variabel bebas Sbi = kesalahan baku Kriteria pengambilan keputusan : 1. Jika t hitung > t tabel maka tolak Ho pada t (α) = 0,10 atau 0,05 berarti terdapat pengaruh antara kedua variabel yang diuji. 2. Jika t hitung t tabel maka terima Ho pada t (α) = 0,10 atau 0,05 berarti tidak terdapat pengaruh antara kedua variabel. Pengujian parameter regresi secara tunggal bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing indikator variabel X (variabel bebas) terhadap indikator variabel Y (variabel terikat).