BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, melainkan dari segi sosial dan lingkungan. Penerapan Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. peran investor yang melakukan transaksi di lantai bursa. Investasi yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) memunculkan kesadaran baru dimana hal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memerhatikan dua aspek penting selain keuntungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (profit) yang sebesar-besarnya (Megawati, 2009:1). Menurut Kurniati, (2011:18),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. sejalan dengan semakin berkembangnya industrialisasi yang selanjutnya juga turut

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan industri di sebuah Negara.Perkembangan perusahaan manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak baru dalam industri tersebut, yaitu persaingan antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input),

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan dari perusahaan besar merupakan isu-isu yang semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan perusahaan (stakeholder). Perusahaan seharusnya juga

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bisnis. Jika sebelumnya terdapat hambatan dalam perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang timbul terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya kewajiban kepada pemegang saham melainkan kewajiban kepada

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang adalah untuk memaksimal nilai perusahaan dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. social disclosure, corporate social responsibility, social accounting (Mathews,

BAB I PENDAHULUAN. pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

pada perusahaan sektor pertambangan dan otomotif di Indonesia Disusun Oleh : Alif Puspo Ardianto F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran. Namun, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (CSR) atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara

BAB I PENDAHULUAN. sisi yang berlawanan. Artinya, selain memberikan kontibusi positif bagi

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang pebisnis dan investor khususnya sangat membutuhkan informasi tentang kondisi perusahaan tempat ia akan menginvestasikan dananya, karena sudah menjadi karakteristik dasar seorang investor ia akan menempatkan dana yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti. Oleh karena itu bagi seorang investor ia menginginkan berbagai informasi yang maksimal tentang suatu perusahaan dan itu tidak terkecuali adalah informasi tentang kualitas manajemen kinerja yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Fahmi, 2012:233). Perusahaan yang telah go public atau telah terdaftar dalam suatu bursa merupakan perusahaan yang menjadi milik masyarakat. Pihak manajemen bertanggung jawab atas aset yang ada dan menjalankan operasi perusahaan semaksimal mungkin. Sedangkan dalam hubungannya dengan shareholders dan stakeholders, perusahaan wajib membuat laporan kinerja perusahaan (Widaryanti, 2007). Sebuah kinerja bisa mengalami fluktuatif berdasarkan kondisi dan situasi yang turut mempengaruhinya. Ketika kinerja suatu perusahaan mengalami kenaikan maka pengaruh pada profit perusahaan juga akan terjadi peningkatan, dan begitu juga pada saat kinerja suatu perusahaan mengalami kemunduran maka ini akan berakibat pada penurunan profit perusahaan. Kondisi kinerja yang 1

2 fluktuatif tersebut sangat memungkinkan dipengaruhi oleh berbagai kejadian dari sisi internal dan eksternal (Fahmi, 2012:228). Begitu juga yang terjadi pada Industri manufaktur. Pencapaian target indikator laju pertumbuhan industri dari tahun 2010 sampai dengan 2014 terus mengalami penurunan. Demikian pula dengan angka realisasi pertumbuhan industri, yang berangsur-angsur turun dari sebesar 6,74 persen pada tahun 2011, menjadi sebesar 6,40 persen pada tahun 2012 dan kembali turun pertumbuhannya hanya sebesar 6,10 persen pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 turun lagi hanya tumbuh sebesar 5,61 persen. Kondisi yang sama terjadi pada indikator kinerja utama kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional. Pada tahun 2014, cabang-cabang industri dengan kontribusi tinggi namun mengalami penurunan laju pertumbuhan adalah cabang industri alat angkutan yang hanya tumbuh sebesar 3,94 persen pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 14,95 persen. Cabang industri alat angkutan ini memberikan kontribusi sebesar 10 persen terhadap industri manufaktur pada tahun 2014. (Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian, 2014). Industri Otomotif termasuk industri yang sedang mengalami penurunan dalam hal kinerja keuangan perusahaan. Salah satunya pada PT. Astra Internasional Tbk. Pendapatan bersih konsolidasian Astra selama semester pertama tahun 2015 sebesar Rp 92,6 triliun, turun 9% dibandingkan semester pertama tahun 2014, terutama disebabkan oleh menurunnya penjualan segmen otomotif, agribisnis dan penjualan alat berat. Laba bersih konsolidasian menurun sebesar 18% menjadi Rp 8,1 triliun, dimana hal ini mencerminkan penurunan

3 kontribusi dari hampir semua segmen. Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp 2.425 pada 30 Juni 2015, meningkat sebesar 3% dibandingkan dengan akhir tahun 2014. Secara keseluruhan posisi utang bersih Astra, di luar dari anak-anak perusahaan segmen jasa keuangan, adalah sebesar Rp 2,4 triliun, dibandingkan dengan utang bersih sebesar Rp 2,3 triliun di akhir tahun 2014. Bisnis jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 47,3 triliun, dibandingkan dengan Rp45,9 triliun di akhir tahun 2014 (astra.co.id, 2015). Tabel 1.1 Kinerja Keuangan Konsolidasian PT. Astra International Tbk. Semester 1 Tahun 2015 Untuk periode yang berakhir 30 Juni 2015 Rp miliar 2014* Rp miliar Perubahan % Pendapatan bersih 92.505 101.528 (9) Laba bersih** 8.052 9.820 (18) Rp Rp Laba bersih per saham 199 243 (18) 30 Juni 2015 Rp Miliar 31 Desember 2014 Rp Miliar Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk*** 98.181 95.494 3 Rp Rp Nilai aset bersih per saham** 2.425 2.359 3 Sumber: http://www.astra.co.id Perubahan % Berdasarkan situs resmi perusahaan PT. Astra International Tbk. menyatakan bahwa, semester pertama tahun 2015 menurun dibanding tahun sebelumnya, seiring dengan berkurangnya konsumsi domestik, kompetisi di sektor mobil dan melemahnya harga komoditas di Indonesia. Menurut Fahmi (2013:239) pengertian dari kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

4 melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan secara baik dan benar. Saat ini pengambilan keputusan ekonomi dengan hanya melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994) dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Perusahaan yang baik tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba yang besar (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people), ini dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya perusahaan akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan konsep triple bottom line yang dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 (Rosiliana dkk, 2014). Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi (Anggraini, 2006). Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan melakukan pengungkapan CSR dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010 dalam Putri dan Christiawan, 2014).

5 Menurut Untung (2009:1) tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. Pengungkapan informasi CSR biasanya dilaporkan dalam sebuah laporan tahunan perusahaan yang dianggap sebagai sarana komunikasi terbaik bagi perusahaan dengan pihak eksternal. Seperti apa yang telah dinyatakan dalam PSAK No.1 tahun 2009 paragraf 9 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan (Putri, 2013). Pengungkapan CSR menurut Hackston dan Milne (1996) dalam Sembiring (2005) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Sebagai bentuk strategi perusahaan, keuntungan perusahaan melakukan pengungkapan atas biaya sosial yang telah dikeluarkan perusahaan, antara lain: (1) menunjukan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar; (2) transparansi; (3) wujud social responsibility (SR); (4) membangun image perusahaan; (5) membangun image terhadap mutual fund dan shareholder; (6) mendukung tingkat kembalian investasi; dan (7) membangun image terhadap investor supaya investasi saham lebih aman (Hadi, 2011:156). Pemerintah Indonesia mendukung pelaksanaan CSR yang wajib dilakukan oleh perusahaan di antaranya diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007

6 tentang Penanaman Modal (bi.go.id), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) (Perseroan Terbatas, 2015), dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU 32/2009). Dengan kata lain bahwa, perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang diwajibkan oleh Undang-Undang tersebut agar melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan. UUPT pasal 74 ayat (1) mengatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. UUPT pasal 66 ayat (2) yang mewajibkan perusahaan untuk melaporkan kegiatan CSR dalam laporan tahunannya. Lebih lanjut, pasal 68 huruf b UU 32/2009 mengatur bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban untuk memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Ditataran internasional telah ada pedoman yang menjadi rujukan bersama penyusunan laporan CSR, yang disusun oleh Global Reporting Initiatives (GRI) (Elka, 2014). Ali Darwin selaku Direktur Eksekutif National Centre for Sustainability Report (NCSR) mengatakan bahwa standar internasional untuk pembuatan laporan CSR adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG). SRG dikembangkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang berpusat di Amsterdam, Belanda pada tahun 2000 yang hingga kini hampir 10.000 perusahaan di dunia telah menerbitkan laporan ini setiap tahun (www.ncsr-id.org). NCSR adalah suatu wadah (organisasi) independen dalam rangka pengembangan, pembinaan, pengukuran, dan pelaporan atas implementasi

7 kegiatan CSR/keberlanjutan perusahaan yang merupakan salah satu anggota dari GRI. Laporan CSR yang disusun menurut GRI dapat disajikan dalam sebuah laporan tahunan terintegrasi. Laporan tersebut disusun sesuai dengan pedoman dan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bapepam-LK dengan diintegrasikan pada kriteria di dalam GRI sehingga tidak menyebabkan pemborosan biaya perusahaan (www.ncsr-id.org). Praktik dan pengungkapan tanggungjawab sosial (social responsibility) juga diharapkan dapat mendukung strategi (keunggulan kompetitif) perusahaan, terutama untuk mendukung kegiatan (operasional) utama perusahaan. Pada perusahaan yang bergerak di bidang otomotif misalnya, memiliki keunikan pengeluaran untuk bantuan sosial yang terkait dengan usaha utama perusahaan, seperti bantuan keterampilan perbengkelan, mendirikan sekolah otomotif bantuan untuk pelatihan perbengkelan dan sejenisnya (Hadi, 2011:155). Perdebatan antara kelompok yang mendukung dan menentang pelaksanaan CSR menunjukan bahwa CSR saat ini menjadi masalah yang penting serta masih memiliki kemungkinan untuk berkembang di masa yang akan datang terutama bila para pendukung program CSR mampu menunjukan adanya kontribusi positif pelaksanaan aktifitas CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan (Solihin, 2009:41). Perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dengan cakupan yang luas didasarkan dengan motive approach, dimana praktik dan pengungkapan tanggung jawab sosial, didudukkan dalam rangka mendukung operasional perusahaan dan meningkatkan kinerja keuangan. (Hadi, 2011:79).

8 Spicer (1978); Sturdivant dan Ginter (1977); Parker dan Eilbirt (1975); Kedia dan Nutt (1981) dalam Hadi, (2011:111) menyatakan tanggung jawab sosial (social responsibility) memiliki manfaat untuk mendukung ketercapaian kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini didukung hasil penelitian Belkaoui dan Karpik (1989), Bowman dan Haire (1975), Ulmann (1985), Strand (1983) yang menunjukan bahwa terkait langsung dan positif pengungkapan sosial dengan kinerja keuangan (Hadi, 2011:159). Hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Belkaoui dan Karpik (1989) paling baik diekspresikan dengan profitabilitas, hal itu disebabkan karena pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba (Sari, 2012). Kasmir (2015:196) menjelaskan bahwa hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity) (Hendra S. Raharjaputra, 2009: 205).

9 Ada tiga rasio yang digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas, yaitu profit margin (PM), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE) (Hanafi, 2012:42-43). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas Return On Asset (ROA). Karena rasio ini dipandang cukup representatif dalam mencerminkan kinerja keuangan perusahaan (Widaryanti, 2007). ROA (Return on Assets) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan serta disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Dengan menggunakan rasio ini dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. (Hanafi, 2007:83). Beberapa penelitian mengenai tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan telah banyak dilakukan dan mengindikasi hasil cenderung yang berbeda-beda. Candrayanthi dan Saputra (2013) meneliti Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011) menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap ROA dan ROE, sedangkan berpengaruh negatif terhadap NPM. Rosiliana, Yuniarta dan Darmawan (2014) menguji pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diproksikan dengan ROE (Return On Equity), ROA (Return On Asset), ROS (Return On

10 Sales). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) corporate social responsibility berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap ROE (Return On Equity), (2) corporate social responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA (Return On Asset), (3) corporate social responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROS (Return On Sales). Sari dan Suaryana (2013) meneliti Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Hasil pengujian membuktikan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan proksi ROA. Rifan, Adi, dan Widiyanti (2014) menguji Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Ukuraan Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang listing di BEI tahun 2010-2013) yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengungkapan CSR memiliki hubungan yang positif terhadap ROA dan ROE. Sedangkan untuk ukuran perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ROA dan ROE. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Candrayanthi dan Saputra (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian yaitu pada perusahaan manufaktur di sektor industri otomotif, rasio yang digunakan yaitu rasio profitabilitas Return On Asset (ROA) dan periode yang berbeda dari tahun 2010 sampai dengan 2014.

11 Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menuliskan hasil penelitian ini dalam sebuah skripsi yang berjudul: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Sektor Industri Otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengungkapan corporate social responsibility pada sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2010-2014. 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2010-2014. 3. Seberapa besar pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pada sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2010-2014. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Bagaimana pengungkapan corporate social responsibility pada sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2010-2014.

12 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2010-2014. 3. Seberapa besar pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pada sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2010-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi dan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya serta menyediakan bukti empiris terkait dengan pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Kegunaan Praktis Dapat memberikan pandangan kepada para investor agar tidak hanya terpaku pada ukuran-ukuran moneter saja dalam berinvestasi dan memberikan pemahaman terhadap perusahaan tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan tahunan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

13 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahan manufaktur di sektor industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan Pojok Bursa Universitas Widyatama yang berlokasi di jalan Cikutra No. 204, Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2015 hingga bulan Februari 2016.