BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. anak - anak dan sebelum dewasa yaitu dari usia Menurut WHO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan salah satu periode penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri remaja, seperti perubahan fisik, psikis, sosial, dan moral. Permasalahan yang terjadi dalam diri remaja dapat berhubungan dengan orang lain atau masalah pribadi dalam diri remaja itu sendiri. Masalah pribadi dalam diri remaja merupakan masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. Adanya permasalahan tersebut memungkinkan remaja berperilaku yang mengundang risiko dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, narkoba, merokok, aktivitas sosial yang berganti-ganti pasangan dan perilaku menantang bahaya seperti balapan, perkelahian antar kelompok, atau melakukan tindak kriminilitas. Dedi (2009) menjelaskan bahwa tindak kriminalitas yang melibatkan pelajar semakin meningkat jumlahnya. Pelajar tidak lagi sekedar terlibat dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, atau menggoda lawan jenis, tetapi tidak jarang remaja terlibat dalam aksi perkelahian, terlibat dalam penggunaan napza, pencurian kendaraan bermotor dan terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah. 1

2 Fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tidak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi diberbagai kota di Indonesia. (google:http://lat1f.student.umm.ac.id/2010/02/05/kenakalan-remaja-semakin/). Perilaku kenakalan remaja dalam penyalahgunaan narkoba berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 2006-2008 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun. Tambunan (2006) menjelaskan bahwa keterlibatan remaja khususnya pelajar dalam tindak kekerasan menunjukkan tingkat yang mengkhawatirkan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, tawuran pelajar sering terjadi. Data di Jakarta misalnya, tahun 2002 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 2004 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Satreskrim Polwiltabes Semarang mencatat terjadi peningkatan kasus kriminal yang dilakukan oleh remaja sepanjang tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, tercatat sebanyak 16 kasus, tahun 2008 sebanyak 19 kasus dan peningkatan cukup tajam pada tahun 2009 sebanyak 35 kasus. Kasus kriminal yang dilakukan remaja didominasi kasus pencurian diikuti pengeroyokan, penganiayaan, pemerasan dan pemerkosaan (Data Ops Reskrim Polwiltabes Semarang, Suara Merdeka, Oktober 2009).

3 Penelitian lain yang menunjukkan kenakalan remaja dalam kebebasan seks remaja dilakukan oleh Adikusuma, dkk., (2008) pada anak kelas dua SMA atau yang sederajat. Besar sampel ditentukan secara quota 60 orang terdiri dari 30 orang pria dan 30 orang wanita. Sebanyak 73,33% responden mengatakan bahwa seks merupakan kebutuhan dasar manusia. Sebanyak 51,67% responden mengatakan bahwa hubungan seks merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan seks. Sebanyak 36,67% responden mengatakan bahwa onani merupakan cara lain sebagai pengganti keinginan untuk melakukan hubungan seks. Semua responden (100%) berpendapat bahwa hubungan seks pada masa remaja hendaknya dihindari. Hanya 16,67% responden, berpendapat bahwa onani tidak bertentangan dengan norma agama. Sebanyak 50,00% responden berpendapat bahwa onani pada wanita adalah tidak lazim, dan kalau ketahuan dianggap wanita nakal/genit. Sebanyak 88,33% responden menyatakan bahwa ingin sekali melakukan hubungan seks, tapi takut resiko walaupun 88,33% responden mengaku pernah pacaran. Sebanyak 5,00% responden setuju dengan aborsi. Sebanyak 36,66% responden berpendapat bahwa kaum homoseks/lesbian perlu ditoleransi. Penjelasan di atas merupakan penjelasan kenakalan-kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat. Kenakalan remaja tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat, tetapi juga dapat terjadi di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi terungkap mengenai penyimpangan yang dilakukan oleh siswa, misalnya sebuah dompet guru berisi uang buku para siswa di sekolah hilang dicuri oleh salah seorang siswa. Pada kasus yang lain, sebagian remaja laki-laki bahkan perempuan telah merokok, siswa bolos sekolah, seringnya menghilang saat jam terakhir

4 berlangsung, hamil akibat melakukan freesex, mencuri tingkat ringan, serta konsumsi obat-obat terlarang. Kenakalan remaja harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Akibat kenakalan remaja yang dapat merugikan diri sendiri dapat merusak fisik seperti akibat remaja merokok atau menggunakan narkoba akan menggangu kesehatan tubuh, remaja putri yang hamil akibat melakukan hubungan seks bebas dapat merusak kondisi kandungan dan kejiwaan, secara moral adanya pelanggaran-pelanggaran norma agama dan norma di masyarakat. Permasalahan-permasalahan kenakalan remaja tersebut juga terjadi pada siswa SMA sederajat di Sragen. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 12 Maret 2012 dapat diketahui bahwa kenakalan siswa antara lain siswa banyak datang terlambat, baju seragam tidak dimasukkan, ketika masuk kelas siswa bersikap acuh dan tidak hormat kepada guru, siswa merokok di pinggir jalan dekat sekolah setelah pulang sekolah atau saat istirahat. Selain itu kenakalan lainnya yaitu siswa sering berbicara kasar dengan teman-teman. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di salah satu SMA Sragen dapat diketahui bahwa pihak sekolah dalam mengatasi masalah kenakalan yang dilakukan oleh para siswanya telah memberikan peringatan dan sanksi. Akan tetapi, masih banyak siswa yang melakukan kenakalan-kenakalan tersebut. Sudarsono (2004) menjelaskan bahwa kenakalan-kenakalan remaja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yang berasal dari dalam diri individu seperti konsep diri, kontrol diri, atau

5 kematangan emosi. Faktor ekstrinsik merupakan faktor di luar individu meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan teman sebaya. Faktor lingkungan sekolah merupakan faktor kedua setelah faktor lingkungan keluarga, karena sebagian waktu remaja berada di lingkungan sekolah. Masa remaja merupakan masa belajar di sekolah. Selama menghabiskan waktu di sekolah, remaja sedang mengisi waktu dengan kegiatan positif. Namun pada kenyataannya, waktu luang di luar jam sekolah justru lebih banyak dibandingkan dengan jam sekolah. Hal tersebut memberi peluang kepada remaja salah bergaul dan melakukan kegiatan-kegiatan negatif sehingga terjebak pada kenakalan remaja. Pendapat tersebut didukung oleh Cross, dkk., (2010) bahwa aspek formal dan informal dari sekolah dapat memperluas pengalaman yang berhubungan dengan tugas dan hubungan individu dengan figur otoritas dan dengan teman-teman di sekolah, sehingga sekolah dapat meningkatkan kualitas kehidupan individu. Kehidupan sekolah sebagai derajat kesejahteraan dan kepuasan siswa secara umum pada kehidupan di sekolahnya dipandang dari pengalaman positif dan pengalaman negatif siswa di sekolah dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan di sekolah. Sekolah merupakan institusi pendidikan formal, yang di dalamnya terlaksana serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi. Sekolah menyelenggarakan program pendidikan, sebagian besarnya tertuang dalam kurikulum pengajaran, sebagian lagi melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, yang kesemuanya berpusat pada aktivitas belajar siswa disebut iklim sekolah. Iklim sekolah sering dianalogikan dengan kepribadian individu dan dipandang

6 sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis serta direfleksikan melalui interaksi di dalam maupun di luar kelas (Octyavera, dkk., 2009). Dijelaskan oleh Gregory, dkk., (2011) bahwa berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah pun memiliki kontribusi negatif munculnya perilaku bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan. Parcel, dkk., (2003) menyatakan bahwa iklim sekolah dapat menjadi faktor penting dalam menentukan kelanjutan sebuah promosi kesehatan yang inovatif. Hal tersebut berhubungan dengan iklim sekolah dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang kesehatan yang didukung oleh tindakan guru. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui adanya permasalahan kenakalan remaja di sekolah, seperti siswa membolos, merokok, atau melakukan perkelahian. Di sisi lain, iklim sekolah tempat remaja mencari pendidikan formal juga ada permasalahan, baik dalam pembelajaran atau penerapan peraturan yang diberlakukan. Atas dasar kedua permasalahan tersebut, timbul pertanyaan yaitu apakah iklim sekolah berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dipilih judul Perilaku Kenakalan Remaja Ditinjau dari Iklim Sekolah. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara iklim sekolah dengan perilaku kenakalan remaja.

7 2. Peran iklim sekolah terhadap perilaku kenakalan remaja. 3. Tingkat iklim sekolah dan perilaku kenakalan remaja. C. Manfaat Penlitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat teoritis Dapat menjadi acuan pengembangan studi tentang psikologi sosial dan pendidikan dalam perilaku kenakalan remaja ditinjau dari iklim sekolah. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Bagi siswa diharapkan dapat mengetahui perilaku kenakalan remaja dan iklim sekolah sehingga siswa tidak melakukan kenakalan atau mengurangi kenakalan saat di sekolah. b. Bagi guru Dapat dijadikan informasi tentang hubungan antara iklim sekolah berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja, sehingga guru dapat membantu siswa untuk tidak melakukan kenakalan-kenakalan, baik di sekolah atau di luar sekolah. c. Bagi lembaga pendidikan (SMA) Bagi lembaga pendidikan SMA dapat dijadikan masukan tentang hubungan antara iklim sekolah berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja, sehingga lembaga dapat memberikan kebijakan-kebijakan yang dapat membuat siswa tidak melakukan kenakalan.

8 d. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan perbandingan dan menambah wacana pemikiran untuk mengembangkan, memperdalam dan memperkaya khasanah teoritis mengenai keterkaitan antara iklim sekolah berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja.