PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA DI SMP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN KEJAR PAKET C DI SEMARANG

THE INTEGRATION OF CHARACTER EDUCATION VALUES INTO THE SERVING TECHNIQUE SUBJECT AMONG STUDENTS OF SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI BERBASIS KARAKTER DI PAUD NURUL WATHON SEMARANG

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS. Diajukan Kepada :

KESANTUNAN BAHASA LISAN GURU SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali)

PENGELOLAAN PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERKARAKTER DI SDN KEPATIHAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2016/2017 TESIS

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SDN KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG. Tesis

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINGKAT KESIAPAN GURU DAN PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA DALAM KURIKULUM 2013 KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA KELAS BAWAH DI SDII AL ABIDIN SURAKARTA TESIS

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

JURNAL SENI MUSIK

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS

Pendidikan Karakter Berbasis Moral dalam Novel Eliana Karya Tere Liye dan Pembelajarannya di Kelas XII SMK

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Naskah Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Srata-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGELOLAAN KURIKULUM ADAPTIF MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA PROGRAM SEKOLAH CLUSTER DI SMKN 2 PURWODADI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

THE EFFCT OF TEACHERS PROFESSIONAL COMPETENCE CIVIC EDUCATION TO INTEREST STUDEN LEARNING SMPN IN KECAMATAN BONJOL

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

PENILAIAN SIKAP PADA KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SD NEGERI KLECO I SURAKARTA

Transkripsi:

0 PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA DI SMP NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Nama NIM Oleh: : Suprihatin : S.200.100.047 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

1 NASKAH PUBLIKASI PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA DI SMP Oleh: SUPRIHATIN S.200.100.047 Telah disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. H.A Ngalim, M.M, M.Hum Dr. Ali Imron, M.Hum PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

1 PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA DI SMP 1 Suprihatin, 2 A.Ngalim, 2 Ali Imron Abstract The purpose of this research are (1) To describe the learning plan of speak politeness to planting character education for students in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. (2) To describe the implementation of learning of speak politeness to planting character education for students in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. This study is a qualitative research that conducted in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. The main subjects in this research are principals and teachers. Data collection techniques used in this research is the observation, interview and documentation. Data analysis techniques in this research used the model of analysis, namely data collection, data reduction, data display, and conclusion. The validity of the data in this research used triangulation. The results of this research (1) Planning of planting character education in learning speak politeness in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar conducted by Indonesian teachers. Teachers prepare the character values that will be imparted to the students to write on the device in the form of learning syllabus and lesson plans. These values include the value of honesty, tolerance, and communication. Besides setting up those things, teachers also prepare teaching materials such as textbooks from the Department of Education. (2) The implementation of character education planting in learning speaks politeness in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar be integrated with Indonesian subjects. The teacher inserts honest value, tolerance, and communication on the sidelines in doing learning activities. learning method that is used by the teacher is asked and questions and discussion method. Assessment is done by teachers in two forms, namely the assessment of results and assessment process. Keywords: Learning, politeness, character education PENDAHULUAN Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak pernah terlepas dari pemakaian bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya selalu menginginkan adanya kontak dengan manusia lain, sedangkan alat yang paling efektif untuk keperluan itu adalah bahasa, dengan bahasa seseorang dapat menunjukkan peranan dan keberadaannya dalam lingkungan. Pemakaian bahasa dapat dijumpai dalam berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa dalam suatu segi kehidupan

2 yang satu berbeda dengan pemakaian bahasa dalam segi kehidupan yang lain. Termasuk di dalamnya bahasa yang dipakai dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan. Keberhasilan suatu program pembelajaran ditentukan oleh beberapa komponen dan semua komponen tersebut harus saling berinteraksi. Salah satu komponen tersebut adalah bahasa. Sejalan dengan pendapat di atas Nababan (2005:68) berpendapat bahwa alat utama dalam interaksi belajar mengajar antara murid, guru, dan pelajaran adalah bahasa. Dalam proses belajar mengajar terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Austin (dalam Tarigan, 2008:196-46) menyatakan bahwa komunikasi adalah serangkaian tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Adanya interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran guru dalam usahanya mendidik dan membimbing para siswa agar mereka dapat dengan sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak pengaruh komponen belajar cukup banyak. Sebagai contoh, bagaimana cara mengorganisasikan materi ajar dapat dipahami oleh siswa, metode yang diterapkan serta media yang digunakan. Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status penutur dan mitra tutur. Keberhasilan menggunakan strategi-strategi ini menciptakan suasana santun yang memungkinkan interaksi sosial berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan mitra tutur. Tata cara berbahasa, termasuk santun berbahasa sangat penting diperhatikan oleh para peserta komunikasi (penutur dan mitratutur) untuk kelancaran komunikasinya.

3 Pembelajaran akan mudah dilakukan jika murid-muridnya sejak kecil sudah terbiasa untuk berbahasa Indonesia atau bahkan menjadi bahasa pertamanya. Akan tetapi, hal tersebut menjadi sebuah permasalahan tersendiri jika murid-muridnya belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sehari-hari. Misalnya anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan, meraka belum menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Berkaitan dengan hal ini, Soemiarti (2003:37) berpendapat bahwa guru hendaknya peka terhadap kondisi anak yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia berbeda yang disebabkan karena datang dari daerah sehingga terhambat sosialisasinya. Dampak positif perkembangan zaman adalah semakin mudahnya manusia dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi komunikasi, tranportasi, serta fasilitas kehidupan lainnya. Di samping itu kebutuhan manusia juga dengan mudah dipenuhi. Teknologi canggih semakin mambantu kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semakin mudahnya memenuhi kebutuhan hidup manusia, seharusnya perilaku mereka semakin baik, sopan santun yang tinggi serta tata krama yang sesuai dengan etika dan estetika tertentu. Kondisi ini berarti tujuan pembangunan tercapai baik material maupun spiritual. Tujuan pendidikan ingin mewujudkan manusia yang berkarakter yang luhur. Dengan adanya perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang canggih harus diimbangi dengan IMTAQ (Iman dan Taqwa) yang tinggi pula. Kesopansantunan dalam berbahasa dapat terlihat dari kondisi riil dilapangan khususnya ketika siswa berbicara dengan temannya, dengan guru atau dengan orang yang lebih tua usianya. Bahasa gaul mendominasi gaya bahasa siswa, terkadang ketika siswa berbicara dengan guru atau orang yang lebih tua di lingkungan sekolah, karyawan TU misalnya, siswa sering kebablasan menggunakan bahasa gaul yang pasti mmembuat jengah para pendengar yang paham perilaku bahasa yang baik dan santun, terutama bagi guru bahasa Indonesia. Tapi sebaliknya, guru pun kadang tercetus bahasa-bahasa kasar ketika ia dalam keadaan emosi. Kesantunan (politiness), sopan santun, atau etiket adalah tata cara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan

4 perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini juga disebut tata krama berbahasa (Muslich, 2006:1). Kesantunan berbahasa seseorang, dapat diukur dengan beberapa jenis skala kesantunan. Chaer (2010:63) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan skala kesantunan adalah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santun sampai dengan yang paling santun. Rahardi (2005:66-67) menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang sampai saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan. Temuan berbahasa di kalangan siswa, yaitu kosakata kesantunan berbahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan guru, adalah kosakata bahasa biasa atau wajar, yaitu kosakata bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan siswa yang lain, kosakata bahasa tidak santun dalam komunikasi siswa biasanya terjadi bila siswa berkomunikasi dengan teman akrabnya. Terdapat perbedaan persepsi tentang kesantunan berbahasa di kalangan siswa, guru, dan karyawan Pandangan siswa terhadap kesantunan berbahasa lebih ditekankan kepada segi pragmatis, sedangkan menurut guru dan karyawan kesantunan berbahasa lebih cenderung normatif (berkaitan dengan nilai-nilai norma) antara lain kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan, pantas, penghargaan, khidmat, optimisme, indah menyenangkan, logis, fasih, terang, tepat, menyentuh hati, selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak, dermawan, lemah lembut, dan rendah hati. Untuk mengatasi hal tersebut di atas peranan guru amat penting. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Gurulah yang mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih professional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Demikian pula dalam hal keteladanan perilaku santun dalam berbahasa.

5 Pendidikan karakter bagi siswa diperlukan sekali untuk menyeimbangkan antara perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan IMTAQ (Imam dan Taqwa). Pendidikan karakter merupakan proses yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia atau karakter luhur yang menunjukkan ciri khas bangsa Indoesia. Pendidikan karakter sering juga dipadankan dengan pendidikan moral, atau pendidikan watak, atau pendidikan budi pekerti, atau bahkan pendidikan akhlak (Suud, 2010:7). Pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa sesuai dengan program Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) maupun pendidikan yang berbasis kompetensi. Hidayatullah (2010:12) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Menurut Samani & Hariyanto (2011:44) pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter mulia (character good) dari siswa dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya. Pendidikan karakter harus diberikan pada siswa dengan baik. Dalam hal ini guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah diharapkan mengadakan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik perhatian dan mudah dipahami siswa serta mengadakan evaluasi secara berkala dari semua komponen yang meliputi nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Hal ini mengacu pada pendapat Koesoema (2010:205) yang menjabarkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter meliputi nilai agama, nilai moral, nilai-nilai umum, dan nilai-nilai kewarganegaraan. Dengan adanya pendidikan karakter ini tugas guru untuk menanamkan sembilan pilar pendidikan karakter mutlak diperlukan. Model pembelajaran yang diberikan guru hendaknya mengacu pada 9 pilar pendidikan karakter yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Berkenaan dengan pendidikan karakter tersebut, Koesoema (2010: 177) menjelaskan bahwa sebuah prasyarat penting keberhasilan pendidikan karakter

6 adalah formasi guru. Penanaman nilai-nilai dalam pendidikan karakter dapat ditanamkan oleh guru melalui model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pendidikan karakter hendaknya direncanakan dengan matang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berkaitan dengan hal di atas, perlu kiranya dirumuskan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi dua hal, yaitu (a) penyampaian substansi materi sesuai dengan matapelajaran yang diajarkan dan (b) sekaligus mampu menjadi wadah pengembangan nilai-nilai karakter. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran pokok pada semua jenjang sekolah, tentunya saat ini juga mengemban kedua tugas tersebut. Adanya tambahan tugas tersebut, dirasakan semakin berat beban yang harus dipikul oleh para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum ada tambahan muatan pendidikan karakter saja, sebagai kritik yang ditujukan terhadap ketidakberhasilan mata pelajaran Bahasa Indonesia banyak dilontarkan masyarakat maupun cendekia akademis. Untuk itu, perlu kiranya dirumuskan model pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mampu mengemban dua tugas tersebut, lebih-lebih di tengah isu otonomi daerah sekarang ini. SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar merupakan salah satu sekolah yang memiliki guru Bahasa Indonesia santun dalam bertutur kata (berbahasa) dalam melakukan kegiatan pembelajarannya. Para guru tersebut selalu berusaha untuk menjadi teladan bagi siswa dalam bertutur bahasa. Hal itu terbukti dari tutur bahasa yang diucapkan oleh para siswa baik di kelas maupun di lingkungan rumah. Dengan tutur bahasa yang sopan dapat menjadi pencerminan karakter siswa yang baik. Ada 3 alasan peneliti melakukan penelitian di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. a. Guru di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar sudah menerapkan pembelajaran kesantunan yang terlihat pada saat guru bertutur kata (berbahasa) dalam melakukan kegiatan pembelajarannya. b. Guru sudah berhasil dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

7 c. Nilai karakter yang ditanamkan pada siswa oleh guru terlihat pada tutur bahasa siswa yang ramah dan menghormati orang yang lebih tua. Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan kesantunan berbahasa yaitu Agbola dan Tsai (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Bring Character Education into Classroom menyatakan bahwa The outcome of character education has always been encouraging, solidly, and continually preparing the leaders of tomorrow. (Hasil dari pendidikan karakter selalu mendorong, kokoh, dan terus mempersiapkan pemimpin masa depan.) Hasil penelitian menyatakan bahwa Pendidikan karakter adalah disiplin ilmu yang berkembang dengan usaha yang disengaja untuk mengoptimalkan perilaku etis dari para siswa. Narvaez dan Lapsley (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Teaching Moral Character: Two Strategies for Teacher Education menyatakan bahwa Student moral development is both implicit and inevitable in standard educational practice. (Perkembangan moral siswa dapat dilakukan secara implisit dan tak terelakkan dalam praktek pendidikan standar.) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan nilai diperlukan adanya strategi khusus yang sesuai dengan kemampuan guru. Setidaknya terdapat lima langkah dalam pengembangan pendidikan nilai yaitu iklim yang mendukung, keterampilan etika, instruksi magang, self-regulation, dan mengadopsi pendekatan sistem perkembangan. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Untuk Penanaman Pendidikan Karakter bagi siswa Di SMP. Dalam penelitian ini ada tujuan yang akan dicapai (1) Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. (2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.

8 METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Mahsun (2007:233), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan strategi studi kasus terpancang (embedded research and case study). Sutopo (2000: 112) memaparkan bahwa pada penelitian terpancang, peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utama sebelum memasuki lapangan. Moleong (2007: 157) menjelaskan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Nara sumber dalam penelitian ini ada 3 yaitu kepala sekolah, guru dan siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah terdiri dari tiga langkah yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2006: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Interaktif dari Miles dan Huberman (2007:20), yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. Kesantunan berbahasa terkait langsung dengan norma yang dianut oleh masyarakatnya. Jika masyarakat menerapkan norma dan nilai secara ketat, maka berbahasa santun pun menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat. Dalam kaitan dengan pendidikan, maka masyarakat yang menjunjung tinggi

9 nilai kesantunan akan menjadikan berbahasa santun sebagai bagian penting dari proses pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan. Pembentukan karakter anak memang semestinya dilakukan oleh orang tua. Namun, ketika anak berada di sekolah, maka yang menjadi orang tua anak adalah guru. Sehubungan dengan perannya sebagai pembentuk karakter anak di sekolah, maka guru dituntut untuk sungguh-sungguh menjalankan peran tersebut, karena salah membentuk karakter anak akan berakibat fatal bagi kehidupan anak. Pembentukan karakter siswa merupkan salah satu kegiatan yang saat ini sedang dilaksanakan oleh sekolah. Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan atau dilakukan (Ditjen, 2010:10). Pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga manakala pendidikan gagal dalam mencetak manusiamanusia yang berkarakter maka sudah semestinya ada sebuah evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada, adapun secara epistimologis beberapa pakar memberikan definisi pendidikan karakter sebagai berikut: Mustakin (2011:29) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri khusus dalam sebuah masyarakat ke dalam peserta didik sehingga dapat tumbuh dan bekembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Pembentukan karakter siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar adalah kegiatan dalam pembentukan karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa. Penanaman karakter siswa adalah kegiatan dalam pembentukan perilaku siswa yang didasari oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum, adat istiadat dan nilai

10 estetika. Dan pembentukan karakter bangsa adalah upaya untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan yang berpancasila. Penanaman karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa adalah agar para siswa lebih sopan dalam berkomunikasi dengan orang lain baik dengna teman sebaya maupun dengan orang orang yang lebih tua. Maksud dan tujuan dari pendidikan karakter adalah membimbing dan mengarahkan anak berdisiplin dalam mengerjakan segala sesuatu yang baik, dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu. Dengan singkat, dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah mendidik anak menjadi orang yang berkepribadian dan berwatak baik. Pendidikan karakter/akhlak memang wajib diberikan kepada anak didik, tetapi Pendidikan Karakter/Akhlak tidak perlu dijadikan program pengajaran yang berdiri sendiri (Sutrisno 2005:93-94). Nilai karakter yang dapat ditanamkan untuk tingkat sekolah menengah atas meliputi 18 nilai karakter. Kedelapan eblas nilai tersebut yaitu yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab. Dari kedelapan belas nilai tersebut, nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar hanya beberapa saja yaitu nilai jujur, toleransi, dan komunikasi. Alasan dipilihnya beberapa nilai karakter tersebut adalah mengingat waktu belajar sedikit dan kemampuan peserta yang terbatas. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam terdapat komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan

11 hubungan. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tata cara berbahasa. Pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP 1 Gondangrejo Karanganyar di ajarkan oleh guru Bahasa Indonesia. Pembelajaran kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk untuk penanaman nilai karakter pada siswa. Kesantunan dalam berbahasa memang sangat penting karena dapat membantu dalam berkomunikasi, agar tidak tidak terjadi kesalahpahaman ketika berkomunikasi. Oleh karena itu, para guru bahasa Indonesia di SMP 1 Gondangrejo Karanganyar memberikan pembelajaran kesantunan berbahasa pada siswa yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain bertujuan untuk berbahasa yang santun dalam berkomunikasi, pembelajaran kesantunan berbahasa juga digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan mengerjakannya. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber yang diperlukan untuk seefisien dan seefektif mungkin. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam membuat perencanaan membutuhkan data dan informasi agar keputusan yang diambil tidak lepas kaitannya dengan masalah yang dihadapi pada masa yang akan datang. Pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa guru di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar membuat perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar yang bertujuan untuk penanaman pendidikan karakter diawali dengan pemilihan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan pada siswa. Nilai karakter yang di berikan oleh guru antara lain toleransi, jujur dan tanggungjawab. Alasannya adalah keempat nilai karakter tersebut sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia.

12 Setelah guru menentukan nilai-nilai pendidikan karakter yang akan di tanamkan pada siswa dalam pembelajaran kesantunan bahasa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kemudian dituangkan dalam perangkat pembelajaran yang merupakan langkah perencanaan dalam penanaman nilai karakter dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi silabus dan RPP. Dalam silabus guru membuat tabel tentang nilai karakter yang akan ditanamkan pada siswa yaitu toleransi, komunikasi dan jujur. Penyusunan perangkat pembelajaran tersebut berpedoman pada kurikulum Nasional. Dengan adanya RPP yang menggambarkan pelaksanaan penanaman pendidikan karakter, guru tidak akan bingung karakter apa yang akan disampaikan atau yang akan ditanamkan kepada peserta didik. Selain silabus dan RPP, dalam kegiatan perencanaan pembelajaran guru juga harus mempersiapkan bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia adalah buku paket disediakan oleh Dinas Pendidikan yang dimiliki sekolah serta beberapa buku yang dimiliki oleh siswa.tujuannya adalah agar para siswa memiliki banyak referensi materi pelajaran. Perencanaan kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa juga membahas tentang metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa metode yang sering digunakan adalah metode Tanya jawab dan demonstrasi. Hasil observasi peneliti di lapangan pada saat guru melakukan pembelajaran dapat diketahui bahwa guru sedang bertanya kepada siswa tentang materi yang telah dijelaskan. Kemudian siswa menjawab dengan menggunakan bahasa yang sopan. Perencanaan guru juga harus membahas tentang metode apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa seperti Tanya jawab dan demonstrasi. Untuk metode demonstrasi dilakukan untuk mengetahui apakah siswa memiliki toleransi ketika temannya mau memberikan pendapatnya, atau siswa tersebut hanya menganggap kalau pendapatnya yang paling benar.

13 Kegiatan di awal kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa, kita memang sudah harus merencanakan jenis penilaian seperti apa yang akan kita gunakan. Rencana penilaian yang kami gunakan adalah tes tertulis dan praktek. Penilaian tertulis digunakan pada saat siswa menjawab soal secara tertulis. Sedangkan tets praktek biasa kami gunakan pada saat siswa menjawab pertanyaan, pada saat siswa menyampaikan pendapat serta pada saat siswaberkomunikasi dengan teman-temannya atau dengan orang yang lebih tua yaitu guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya. 2. Pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam RPP dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbedabeda. Penanaman pendidikan karakter siswa pada pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengintegrasian tersebut bertujuan agar nilainilai karakter bangsa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari siswa yang bersangkutan yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Penanaman pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi dan tidak berdiri sendiri menjadi suatu mata pelajaran. Kami memberikan atau menanamkan nilai-nilai karakter yang telah dipilih sebelumnya di sela-sela kegiatan pembelajaran berlangsung. Dapat dikatakan bahwa disamping

14 belajar akademik peserta juga belajar bagaimana mengimplementasikan nilainilai pendidikan karakter. Nilai-nilai karakter diberikan di sela-sela kegiatan pembelajaran. Jadi siswa tidak hanya mendapatkan materi pelajaran tetapi juga sekaligus mengaplikasikan karakter. Penanaman nilai karakter dalam pembelajaran difokuskan pada nilai-nilai yang memang dianggap penting bagi siswa yang disesuaikan dengan mata pelajaran. Tidak semua nilai ditanamkan secara praktis, pihak pengelola memberikan rambu-rambu nilai-nilai yang akan diberikan kepada peserta. Pemilihan nilai-nilai karakter di seseuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru sehingga penyampaiannya dapat berjalan lancar. Pemilihan nilai-nilai karakter yang akan diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Tidak semua nilai ditanamkan dalam pemelajaran kesantunan berbahasa. Dari 18 nilai karakter, para guru hanya fokus pada 3 nilai karakter. Nilai karakter tersebut meliputi toleransi, komunikasi, dan jujur. Dalam pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa dimulai dengan persiapan guru mengenai materi dan metode yang akan diajarkan. Guru mempersiapkan materi yang nantinya akan disisipkan nilai-nilai karakter dalam pelaksanannya sehingga diperlukan adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Karena pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga para guru harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Misalnya untuk materi mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita. Siswa diminta untuk bercerita dengan jujur tentang pengalaman liburan sekolah. Pada saat bercerita tersebut guru dapat mengetahui apakah siswa mampu menggunakan bahasa yang sopan atau tidak?. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode

15 pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain dan tiap-tipa mata pelajaran juga dapat menggunakan metode yang berbeda pula. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar menggunakan metode Tanya jawab dan demonstrasi. Alasan paar guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar memilih metode tersebut adalah ketika siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru dapat mengetahui bahasa yang digunakan oleh siswa sudah sopan atau belum, apakah siswa ketika mengemukakan pendapatnya dapat mengahargai pendapat orang lain atau tidak. Selain metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa, keberadaan guru dikelas juga sangat penting. Keberadaan guru dalam kegiatan pembentukan karakter siswa adalah sebagai contoh bagi siswa. Karena dengan adanya teladan yang dapat dicontoh oleh siswa diharapkan lebih memudahkan siswa dalam memahami nilai-nilai karakter. Pembentukan karakter siswa juga dapat dilakukan melalui keteladanan guru yang dapat dicontoh oleh siswanya. Karena kita sedang membahas tentang kesantunan berbahasa dengan nilai karakter toleransi, komunikasi dan jujur. Keteladan yang dapat di contohkan guru kepada siswa adalah penggunaan kalimat yang sopan seperti Alvin, tolong kamu ceritakan kembali dengan menggunakan bahasa kamu tentang cerita yang telah kita baca bersama tadi. Di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar, pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa untuk nilai karakter toleransi dilakukan pada saat diksusi. Pada saat observasi peneliti melihat ketika guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang cerita yang telah diajarkan oleh guru. Guru bertanya kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang sopan seperti, Kalian semua boleh berpendapat tetapi juga harus mau mendengarkan pendapat orang lain, OK!. Di awal kegiatan diskusi,

16 biasanya guru selalu mengingatkan tentang penggunaan bahasa yang sopan ketika siswa akan berdiskusi. Dalam diskusi siswa juga diminta untuk selalu menghargai pendapat dari teman yang berbeda. Setelah pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa dilakukan maka diperlukan adanya evaluasi. Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan tersebut sudah tercapai atau belum. Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman karakter siswa. Sebelum melakukan kegiatan pengamatan untuk menilai sikap peserta yang menunjukkan nilai-nilai karakter bangsa, para guru sudah menyiapkan indikator sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan penilaian. Pedoman tersebut tentu saja sesuai dengan nilai karakter yang ditanamkan kepada peserta yang meliputi 3 nilai karakter bangsa. Guru menyusun indikator pencapaian sikap siswa. Setiap guru menilai aspek karakter ini yang nantinya merupakan komponen yang menentukan nilai raport siswa. Misalnya saja untuk nilai toleransi indikatornya adalah peserta menunjukkan sikap dan

17 tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Evaluasi kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa merupakan suatu usaha untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembelajaran demi peningkatan hasil. Evaluasi dalam pembelajaran kesantunan berbahasa teridi dari dua jenis penilaian yaitu penilaian hasil dan penilaian proses. Untuk penilaian hasil meliputi penilaian segera, penilaian jangka pendek dan penilaian jangka panjang. Sedangkan untuk penilaian proses digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa. SIMPULAN 1. Perencanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. Perencanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia. Guru menyiapkan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa dengan menuliskannya pada perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan RPP. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai jujur, toleransi, dan komunikasi. Disamping menyiapkan hal tersebut, guru juga menyiapkan bahan ajar berupa buku paket dari Dinas Pendidikan. 2. Pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar Pelaksanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar dilakukan secara terpadu dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru menyisipkan nilai jujur, toleransi, dan komunikasi di sela-sela kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode Tanya jawab dan diskusi. Penilaian yang dilakukan oleh guru dilakukan dalam dua bentuk yaitu penilain hasil dan penilaian proses.

18 DAFTAR PUSTAKA Agboola, Alex dan Tsai, Kaun Chen. 2012. Bring Character Education into Classroom. International Journal of Environmental & Science Ed. Vol. 1, No. 2, 163-170 Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Ditjen. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta : Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta : Yuma Pustaka. Koesoema, Albertus Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : PT. Grasindo. Masnur Muslich. 2006. Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa. Dalam http://researchengines.com/1006 masnur2.html. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2013 Pukul 09.48 WIB. Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. Jakarta : Universitas Indonesia. Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rasda Karya. Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan karakter: Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat, Yogyakarta : Samudra biru Narvez, Darcia dan Lapsley, Daniel K. 2007.Teaching Moral Character: Two Strategies for Teacher Education. Running Head: Teaching For Moral Character Nababan,P.W.J. 2005. Ilmu pragmatic(teori dan penerapannya). Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan. Pala, Aynur. 2011. The Need For Character Education. International Journal of Social Sciences and Humanity Studies. Vol 3, no 2, 2011 issn: 1309-8063 Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

19 Raka, Gede, 2011 Pendidikan Karakter Karakter Disekolah. Jakarta: PT Gramedia. Samani, A dan Harianto. 2011. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif; Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode Dan Tehnik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Su'ud, Abu dkk. 2011. Pendidikan Karakter disekolah dan perguruan tinggi. Semarang : IKIP PGRI Semarang Press. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.