I. PENDAHULUAN. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan suatu kesatuan, serta

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

KARYA AKHIR. EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KERJA 5S di PT. AKM

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. AKM merupakan perusahaan joint venture antara K Industries Ltd., M

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri garmen semakin mengglobal. Perkembangan ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan membawa kemajuan suatu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis semakin pesat yang didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. lebih unggul akan mampu menarik perhatian para konsumen dan dapat bertahan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau organisasi merupakan alat yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. pesaing berarti tidak kekurangan barang. Hal ini yang membuat konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG

Pusat pembangunan sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi nasional telah berkembang begitu pesat terutama pada industri restoran. Data di atas menunjukan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN. 6.1 Arah Kebijakan dan Proses Perancangan Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. peka, kritis dan reaktif terhadap perubahan yang ada, baik dalam bidang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari beberapa individu

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh posisi persaingan..., Rahmitha, FE UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Suatu usaha manufacturing yang bergerak dalam bidang garmen, sangat membutuhkan dukungan modal yang besar, kepercayaan, dan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan suatu kesatuan, serta tenaga penggerak yang dapat menyehatkan perusahaan dalam mengembangkan kegiatan usahanya. Industri garmen juga memiliki potensi pasar yang demikian besar sehingga persaingan produk garmen di pasar dunia menjadi sangat ketat. Eksportir terbesar produk garmen ke pasar dunia berturut-turut adalah: negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, China, Hongkong, Turki, Mexico, India, Amerika, Romania dan Indonesia. Indonesia yang merupakan salah satu eksportir garmen terbesar dituntut untuk memiliki produktivitas, kualitas, dan daya saing yang tinggi. Hal tersebut semakin diperkuat oleh Mutakin dalam Economic Review (Maret 2008) yang menyatakan bahwa ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2008 ditujukan ke berbagai negara, khususnya ke negara di kawasan Asia, Amerika dan Eropa, Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dan China. Pangsa pasar Indonesia ke Jepang, Amerika Serikat dan Singapura, dan China berkisar 7-16%, sementara pangsa ekspor ke negara lainnya masih di bawah 5%. Jepang dan China teridentifikasi sebagai negara yang pasarnya paling potensial, hal tersebut ditandai dari tren ekspor Indonesia pada tahun 2007 ke negara tersebut lebih besar dari tren ekspor dan perubahan ekspor non migas-nasional. Dari data Biro Pusat Statistik (Tinjauan Rantai Nilai Industri Pakaian Jadi dalam Senada, 2007) menunjukkan industri tekstil dan garmen adalah industri terbesar Indonesia di luar industri minyak dan gas, dan mempekerjakan langsung kira-kira 1,8 juta orang. Dari 1

angka itu, 63% dipekerjakan oleh perusahaan golongan menengah-besar dan 37% oleh perusahaan golongan kecil-menengah. Produksi tekstil maupun garmen terpusat di Jawa, khususnya Jawa Barat yaitu sebesar 57% diikuti oleh Jakarta (17%) dan Jawa Tengah (14%). Lembaga yang menaungi organisasi tekstil dan garmen tersebut di Indonesia dan mencakup seluruh sektor industri tekstil mulai dari industri hulu sampai hilir (pembuatan benang sampai garmen) adalah Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) (Indonesian Apparel Manufacturing Association). Menurut API, ada 861 perusahaan garmen terdaftar yang mempekerjakan secara keseluruhan 353.590 (Tinjauan Rantai Nilai Industri Pakaian Jadi dalam Senada, 2007). Dengan banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang garmen tersebut dan dalam rangka menghadapi persaingan bebas di era globalisasi ini maka setiap perusahaan di Indonesia harus mempunyai suatu persiapan yang komprehensif dengan meningkatkan daya saing dan keunggulan dalam semua sektor. Salah satu upaya dalam meningkatkan daya saing bagi suatu perusahaan yaitu dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas sehingga dapat menjadi suatu keunggulan tersendiri. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut maka budaya perusahaan dapat digunakan sebagai alat dalam pencapaian sistem nilai bersama dan dapat dipergunakan oleh anggota organisasi sebagai pedoman mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota organisasi (Atmosoeprapto, 2001). Hal ini semakin diperkuat oleh Ndraha (2003) yang menyatakan bahwa budaya perusahaan berperan dalam memperkuat nilai-nilai dan keyakinan anggota kelompok yang selaras dengan nilai-nilai kelompok, serta dapat berperan pula sebagai alat kontrol untuk menolak nilai dan keyakinan anggota kelompok yang tidak selaras dengan kelompok. Budaya perusahaan yang kuat juga dapat meningkatkan kohesivitas karyawan dan menyatukan berbagai komponen organisasi yang memiliki cara pandang berbeda. Sobirin (2007) menyebut bahwa budaya perusahaan yang kuat mampu mempersatukan orang yang 2

ada dalam organisasi layaknya seperti sebuah keluarga besar yang masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling peduli di antara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar. Budaya perusahaan memiliki sub budaya salah satunya adalah budaya kerja (Gruyter, 1992). Budaya kerja yang diterapkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan kerja perusahaan adalah budaya kerja 5S (Ho, 2008). Penerapan budaya kerja 5S tidak hanya baik digunakan untuk melakukan perbaikan di lingkungan kerja, tapi juga dapat memperbaiki cara berpikir karyawan terhadap pekerjaannya (Ho, 2008). Dalam penelitian lebih lanjut, Ho menemukan bahwa 5S sangat cocok diimplementasikan pada lingkungan kerja. Dari keseluruhan dimensi 5S, Ho menemukan bahwa dimensi yang terpenting adalah shitsuke, hal ini dikarenakan adanya indikator di dalam shitsuke, yaitu komunikasi, keamanan, perancangan alur kerja, yang dianggap sangat penting untuk dilakukan. Kesuksesan implementasi 5S di area kerja membutuhkan dukungan dan motivasi dari manajemen puncak dan sub-ordinates. Ho (2008) menyatakan bahwa budaya kerja 5S tidak hanya berhasil diimplementasikan pada perusahaan manufacturing tetapi juga pada perusahaan jasa seperti restoran, supermarket, hotel dan toko buku. PT. AKM merupakan salah satu perusahaan manufacturing yang memproduksi garmen dan menerapkan budaya kerja 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) tersebut. Perusahaan ini merupakan hasil joint venture dengan perusahaan Jepang. Visi PT. AKM yaitu Menjadi perusahaan garmen terbaik di Indonesia. Misi PT. AKM adalah Membina hubungan yang baik dengan para pemegang saham, serta pemberdayaan sumber daya manusia dengan menerapkan budaya kerja 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke). Budaya kerja 5S yang telah diterapkan sejak tahun 1995 ini terbentuk dari visi dan misi yang ingin dicapai oleh PT. AKM. 3

Budaya kerja 5S tersebut diterapkan oleh karyawan PT. AKM yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik responden dapat secara langsung mempengaruhi kebiasaan dan perilaku dari masing-masing individu dalam bekerja (Gibson, Ivancevich, Donnelly, Konopaske, 2006). Karakteristik responden yang dimaksud adalah usia, jenis kelamin, masa kerja, suku, latar belakang keluarga, kepribadian, tingkat pendidikan dan struktur organisasi. Dengan mengetahui karakteristik responden ini, maka perusahaan akan lebih optimal dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan peningkatan cara kerja dan cara pikir masing-masing individu (Gibson, Ivancevich, Donnelly, Konopaske, 2006). Berdasarkan informasi dari pihak manajemen PT. AKM Bekasi, belum pernah dilakukan suatu penilaian terhadap penerapan budaya kerja 5S kepada para karyawan sehingga belum dapat diketahui secara pasti apakah karyawan telah menerapkan budaya kerja 5S tersebut. Oleh karena itu peneliti menganggap perlu untuk menganalisis penerapan karyawan terhadap nilai budaya kerja sehingga nanti hasilnya dapat dipergunakan oleh pihak manajemen demi perbaikan kinerja perusahaan. 1.2. RUANG LINGKUP Objek penelitian dibatasi pada penerapan budaya kerja 5S di bagian produksi PT. AKM Bekasi Utara. Alasan mengapa bagian produksi yang menjadi objek penelitian adalah : Awalnya budaya kerja 5S hanya diterapkan pada bagian produksi, yang kemudian berkembang dan diterapkan sebagai budaya kerja di PT. AKM. Bagian produksi merupakan bagian yang lebih dulu menerapkan budaya kerja 5S sehingga hal ini yang melatarbelakangi penulis mengambil objek penelitian di bagian produksi. Saat ini, PT. AKM memiliki 147 orang karyawan tetap, dan sebanyak 86% dari total karyawan tetap tersebut bekerja pada bagian produksi. 4

1.3. PERUMUSAN MASALAH Dalam menghadapi persaingan yang cukup ketat di bisnis garmen, maka setiap perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan dan daya saing tinggi dengan semua sumber daya yang dimilikinya. PT. AKM Bekasi harus dapat mengembangkan perusahaannya sehingga dapat menghadapi persaingan ketat di antara para kompetitor, dengan memiliki daya saing yang tinggi serta menghindari hal-hal yang dapat merugikan seperti menurunnya kinerja perusahaan yang dapat disebabkan oleh tidak diterapkannya budaya kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti, yaitu : 1. Bagaimana karyawan menerapkan budaya kerja 5S di PT. AKM? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam penerapan budaya kerja 5S ditinjau dari aspekaspek demografis (umur, divisi, jabatan, tingkat pendidikan, masa kerja, jenis kelamin)? 1.4. TUJUAN PENELITIAN Untuk dapat mengembangkan perusahaannya sehingga dapat menghadapi persaingan ketat di antara para kompetitor, maka PT. AKM harus memiliki daya saing yang tinggi serta menghindari hal-hal yang dapat merugikan seperti menurunnya kinerja perusahaan yang dapat disebabkan oleh tidak diterapkannya budaya kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Dari permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis penerapan nilai-nilai budaya kerja 5S pada karyawan PT. AKM Bekasi. 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam penerapan budaya kerja 5S ditinjau dari aspek-aspek demografis (umur, divisi, jabatan, tingkat pendidikan, masa kerja, jenis kelamin). 5

1.5. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya konsep-konsep budaya kerja 5S serta menambah bahan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat praktis berupa masukan bagi PT. AKM Bekasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan aktivitas manajemen sumber daya manusia di masa yang akan datang. Selain itu secara umum baik bagi penulis maupun pembaca penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang budaya kerja 5S. 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan mafaat penelitian, serta sistematika penulisan karya akhir. BAB II. TELAAH PUSTAKA Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai budaya perusahaan, budaya kerja 5S, dan kerangka operasional dan kerangka konseptual. BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam bab ini akan dijelaskan profil dan gambaran ringkas mengenai perusahaan, yaitu PT. AKM yang menjadi fokus dan tempat penelitian ini dilakukan. 6

BAB IV. METODE PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan metode yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi jenis penelitian, subyek penelitian, alat pengumpul data, analisis alat pengumpul data dan teknik analisis data. BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menyampaikan analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan yang diperoleh dari pengisian kuesioner dan diolah dengan menggunakan teknikteknik analisis yang dipilih. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan terkait dengan tujuan dan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian. Disampaikan juga bagaimana implikasi manajerial sehubungan dengan sejumlah temuan dan kesimpulan penelitian ini. Kemudian diajukan beberapa saran sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, baik yang berhubungan langsung dengan perbaikan atau peningkatan penerapan budaya kerja 5S maupun langkah-langkah penelitian lanjutan yang perlu dilakukan dengan beberapa usulan perbaikan dalam proses penelitian. 7