BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

dokumen-dokumen yang mirip
Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Mengapa disebut sebagai flu babi?

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI SISWA SMA SAMPOERNA (SAMPOERNA ACADEMY BOARDING SCHOOL) Alamat. Tempat/ Tanggal Lahir: Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

Transkripsi:

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 1 Maret 2014, ada 562 kasus ISPA Berat yang teridentifikasi oleh SIBI dengan proporsi positif influenza sebesar 16% (N = 84 kasus). I. Pendahuluan Kegiatan ini merupakan kegiatan surveilans epidemiologi dan virologi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) Berat termasuk influenza musiman, kasus baru influenza seperti H5, H7, dan Middle-East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) yang dilaksanakan di enam rumah sakit di enam provinsi di Indonesia. Kegiatan SIBI bertujuan untuk mendapatkan informasi epidemiologi dan virologi ISPA Berat sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengendalian penyakit dalam kondisi rutin maupun pandemi. Rumah sakit sentinel SIBI tersebut adalah: 1. RSUD Wonosari, DI Yogyakarta 4. RSUD Deli Serdang, Sumatera Utara 2. RS Kanujoso, Kalimantan Timur 5. RSUD dr. M. Haulussy, Maluku 3. RSUD Bitung, Sulawesi Utara 6. RSU Provinsi NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat Definisi kasus ISPA Berat De a 38 C atau riwayat demam; dan disertai dengan semua gejala atau kondisi dibawah ini: Batuk; Gejala timbul tidak lebih dari 7 hari; Memerlukan perawatan rumah sakit; Laboratorium: Uji real time RT-PCR dilakukan terhadap semua spesimen yang dikirimkan ke Laboratorium Nasional Balitbangkes Jakarta. Spesimen diuji untuk influenza A dan influenza B. Spesimen dengan positif influenza A, akan dilakukan uji subtipe virus influenza A. Isolasi virus dilakukan untuk semua spesimen yang positif influenza. Hasil laboratorium juga dilaporkan ke FluNet. Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain : 1. Diketahuinya gambaran epidemiologi ISPA Berat dan influenza menurut waktu, tempat, dan orang Tabel 1. 2. Diketahuinya proporsi pneumonia dari kasus ISPA Berat Tabel 1. 3. Diketahuinya proporsi kasus influenza positif di antara kasus ISPA Berat Tabel 2 dan Grafik 1. 4. Diketahuinya karakteristik virus influenza yang beredar Tabel 2 dan Grafik 1. 5. Diketahuinya angka fatalitas kasus (CFR) ISPA Berat dan pneumonia Tabel 1. 6. Diketahuinya gambaran klinis ISPA Berat Tabel 1. 7. Diketahuinya riwayat perjalanan kasus ISPA Berat Tabel 3. 8. Memantau kinerja surveilans setiap site sentinel Tabel 4. 1

II. Hasil analisa data kegiatan SIBI (sampai dengan 1 Maret 2014) Dari 562 kasus ISPA Berat, 56% adalah laki-laki dan 44% adalah perempuan. Sedangkan dari 84 kasus yang ditemukan positif influenza, proporsi laki-laki sebesar 52% dan perempuan 48%. Sebagian besar proporsi kasus ISPA Berat (39%) dan kasus positif influenza (43%) ditemukan pada kelompok umur 1 4 tahun (Tabel 1). Berdasarkan gejala saat masuk, sesuai dengan kriteria definisi kasus ISPA Berat, mayoritas penderita ISPA Berat memiliki riwayat panas (98%) dan batuk (99%). Pada bulan Mei 2013, ada dua kasus ISPA Berat yang tidak mempunyai gejala batuk. Namun setelah bulan Mei 2013, semua kasus mempunyai gejala batuk sesuai dengan definisi kasus. Pneumonia ditemukan pada 17% kasus ISPA Berat dan 11% pada kasus positif influenza. Pada anak-anak di bawah 5 tahun yang positif influenza, 27% teridentifikasi dengan gejala kejang. Tidak ada kasus influenza yang meninggal dunia. Cukup banyak kasus ISPA Berat yang memiliki kondisi/penyakit penyerta seperti asma (8%), perokok (8%), penyakit kardiovaskular (1%), dan kelainan neurologis (1%). Sedangkan untuk pasien positif influenza, asma (11%) dan perokok (10%) merupakan kondisi penyerta yang terdeteksi. Berdasarkan informasi dari WHO, kondisi penyerta seperti penyakit kronis dapat memperparah penyakit influenza yang diderita (referensi: Vaccines against influenza WHO position paper November 2012. Weekly Epidemiological Record, No. 47, 2012, 87, 461 476, www.who.int/wer). 2

Tabel 1. Karakteristik demografi, gejala, riwayat medis, dan kondisi saat keluar kasus ISPA Berat dan kasus positif influenza (sampai dengan 1 Maret 2014) ISPA Berat (N=562) Positif Influenza (N=84) Jenis Kelamin Laki-laki 312 (56) 44 (52) Perempuan 249 (44) 40 (48) Kelompok Umur < 1 tahun 122 (22) 8 (10) 1 4 tahun 217 (39) 36 (43) 5 14 tahun 82 (15) 13 (16) 15 49 tahun 71 (13) 9 (11) 50 64 tahun 49 (9) 13 (16) >65 tahun 21 (4) 5 (6) Gejala saat masuk* Riwayat panas 552 (98) 83 (99) Panas 38 C 369 (66) 58 (69) Batuk 558 (99) 84 (100) Sakit tenggorokan 186 (33) 40 (48) Sesak napas 264 (47) 31 (37) Muntah 250 (45) 34 (41) Nyeri dada pleuritik 112 (20) 14 (17) Auskultasi 182 (32) 25 (30) Diare 123 (22) 15 (18) Riwayat medis* Perokok 45 (8) 8 (10) Asma 45 (8) 9 (11) Penyakit kardiovaskular 6 (1) 1 (1) Kelainan neurologis 4 (1) 1(1) Kondisi saat keluar Meninggal 9 (2) 0 (0) Dilakukan rontgen X-Ray 175 (31) 23 (27) Pneumonia pada hasil rontgen X-Ray 94 (17) 9 (11) Gejala MTBS untuk anak di bawah 5 tahun* ISPA Berat (N=336) Positif Influenza (N=44) Tarikan dinding dada 68 (20) 2 (5) Tidak bisa minum 22 (7) 1 (2) Kejang 71 (21) 12 (27) Stridor 22 (7) 2 (5) Kesadaran menurun 6 (2) 0 (0) *Satu pasien bisa memiliki > 1 gejala/riwayat medis 3

Tabel 2. Data surveilans ISPA Berat (sampai dengan 1 Maret 2014) Surveilans SARI Feb-14 Jan-14 Kumulatif Sampai Februari 2014 Total rawat inap* 4,141 5,999 58,437 Total kasus SARI* 45 (1) 64 (1) 562 (1) Total spesimen SARI diperiksa 33 59 512 Total spesimen SARI positif influenza 10 (30) 24 (41) 84 (16) Subtipe Influenza A(H3N2) 7 (70) 15 (63) 39 (53) A(H1N1)pdm09 1 (10) 5 (21) 19 (26) B 2 (20) 4 (17) 26 (35) A(H1N1) 0 0 0 A(H5N1) 0 0 0 Not Subtyped 0 0 0 *Laporan mingguan dari site sentinel masih ada yang belum diterima Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi ISPA Berat dari total rawat inap adalah 1%. Sedangkan proporsi positif influenza pada bulan Februari 2014 adalah 30%, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Januari 2014. Grafik 1. Jumlah Kasus ISPA Berat dan Proporsi spesimen ISPA Berat positif influenza berdasarkan subtipe virus, Surveilans ISPA Berat (SIBI): Minggu ke 18 (2013) s.d. 9 (2014) Jumlah Kasus 30 25 20 15 10 5 0 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 2 4 6 8 100% 80% 60% 40% 20% 0% % Positif Influenza 2013 2014 Minggu Epidemiologi Flu B A(H3N2) A (H1N1)pdm09 Negatif % Positif Influenza Berdasarkan Grafik 1 terlihat bahwa proporsi kasus positif influenza tertinggi ditemukan pada minggu ke 2 dan 3 tahun 2014. Influenza B, A(H3N2), dan A(H1N1)pdm09 merupakan virus influenza yang terdeteksi melalui sistem ini. 4

Tabel 3. Riwayat perjalanan kasus ISPA Berat pada bulan Februari 2014 Rumah Sakit Jumlah Kasus SARI Ada Riwayat Perjalanan Negara Tidak Ada Riwayat Perjalanan Kosong RSUD Wonosari 4 0 (0) - 4 (100) 0 (0) RS Kanujoso 12 0 (0) - 12 (100) 0 (0) RSUD Bitung 4 0 (0) - 4 (100) 0 (0) RSUD Deli Serdang 7 1 (14) - 6 (86) 0 (0) RSU Prov NTB 12 0 (0) - 12 (100) 0 (0) RSUD dr. M. Haulussy 6 0 (0) - 6 (100) 0 (0) Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada kasus ISPA Berat yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri pada bulan Februari 2014. Setiap site harus memastikan bahwa semua formulir kasus mendokumentasikan riwayat perjalanan. Kolom Koso g di Tabel 3 menyediakan informasi proporsi kasus ISPA Berat yang tidak tercatat riwayat perjalanannya. Pada bulan Februari 2014, semua site sudah mendokumentasikan riwayat perjalanan semua kasus ISPA Berat. Informasi Data Global Berdasarkan data WHO sampai dengan 12 Maret 2014: Hingga saat ini WHO mengumumkan adanya 186 kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 81 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan kasus influenza A(H7N9) hingga saat ini telah tercatat sebanyak 335 kasus dengan 76 kasus meninggal dunia. Kasus A(H5N1) di dunia sampai dengan saat ini adalah 650 kasus dengan 386 kematian. o Di Indonesia, ada sebanyak 195 kasus A(H5N1) dengan 163 kasus diantaranya meninggal dunia. 5

Tabel 4. Indikator kinerja SIBI per rumah sakit sentinel (sampai dengan 1 Maret 2014) Rumah Sakit Rawat Inap A B C D E Kasus ISPA Positif A Positif Positif A Berat dengan Influenza (H1N1) Negatif Flu B Flu A (H3N2) Spesime (%) pdm09 Kasus ISPA Berat (%) Pending RSUD Wonosari 6,768 67 (1) 62 (93) 10 (16) 3 7 3 4 52 0 RS Kanujoso 14,009 147 (1) 140 (95) 32 (23) 13 19 9 10 108 3 RSUD Bitung 5,987 89 (1) 74 (83) 10 (14) 2 8 2 6 64 0 RSUD Deli Serdang 8,173 73 (1) 53 (73) 6 (11) 5 1 1 0 47 0 RSU Prov NTB 12,118 126 (1) 124 (98) 21 (17) 2 19 3 16 103 0 RSUD dr. M. Haulussy 11,382 60 (1) 59 (98) 5 (8) 1 4 1 3 54 0 Total 58,437 562 (1) 512 (91) 84 (16) 26 58 19 39 428 3 A. Sampai dengan 1 Maret 2014, kasus ISPA Berat paling banyak (147 kasus) ditemukan di RS Kanujoso. Indikator yang penting untuk kinerja deteksi kasus adalah proporsi (%) kasus ISPA Berat dari jumlah rawat inap. Secara umum, hal ini seharusnya 1% dan dapat meningkat menjadi 5% saat puncak musim influenza atau penyakit pernapasan lainnya. B. Indikator kelengkapan data adalah proporsi kasus dengan spesimen, yang menandakan bahwa (a) kapasitas petugas dalam meyakinkan pasien supaya bersedia diambil spesimennya, dan (b) kapasitas untuk mengumpulkan, mengambil, dan menyimpan spesimen secara benar ke laboratorium. RSUD Deli Serdang mempunyai proporsi kasus dengan spesimen yang paling rendah (73%). C. Proporsi positif influenza dari kasus dengan spesimen memberikan informasi tentang kegiatan influenza di daerah tersebut di Indonesia. Hal ini juga dapat menjadi indikator kualitas spesimen dimana jika proporsi positif influenza tetap rendah dalam periode waktu yang lama, hal tersebut dapat menandakan bahwa kualitas spesimen dipengaruhi oleh teknik pengambilan spesimen, penyimpanan spesimen (lama dan suhu), pengiriman spesimen (lama dan suhu) dan juga teknik PCR dan reagent yang digunakan. D. Tipe virus yang terdeteksi di setiap site memberikan informasi tentang variasi kegiatan virus per wilayah. Informasi ini bermanfaat untuk pengenalan vaksinasi di kemudian hari. E. Kolom hasil laboratorium tentang pending bermanfaat untuk memberitahukan ke site tentang jumlah kasus yang seharusnya sudah mempunyai hasil laboratorium. Setiap site harus mendokumentasikan hasil laboratorium untuk setiap kasus ISPA Berat di dalam log book. Kategori pending akan membantu site untuk memeriksa jumlah hasil laboratorium yang akan diterima. 6