1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menurut Arsyad (1999) dalam Rustiadi et al (2003) dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kemampuan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dimana terdapat saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisa dengan seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Pembangunan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dan perundang-undangan, otonomi daerah merupakan alasan mendasar sebagai kunci pokok konsep pengembangan dalam meningkatkan perekonomian rakyat ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut selama ini telah berkembang di Indonesia dalam bentuk pembangunan pertanian. Perubahan tata ekonomi dunia yang mengarah pada perdagangan bebas menuntut perubahan strategi kebijakan pembangunan ekonomi dari strategi substitusi impor menjadi strategi yang berorientasi ekspor. Kunci keberhasilan perdagangan internasional dalam era ini adalah merubah keunggulan komparatif di sektor agribisnis menjadi keunggulan kompetitif (Azis, 1993 dalam Fatchiya, 2002). Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan pada pembangunan sistem agribisnis, dimana seluruh sub sistem agribisnis dikembangkan secara simultan dan harmonis dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia. Sektor pertanian, khususnya sub sektor perikanan sebagai bagian integral dari perekonomian Indonesia, harus mempersiapkan diri dan mengantisipasi kondisi liberalisasi perdagangan bebas. Salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi sebagai produk unggulan ekspor adalah ikan hias. Perdagangan ikan hias memang bermuara pada pemberdayaan masyarakat karena belum diminati oleh pemodal besar. Hal ini disebabkan nilai potensi perdagangannya kecil. Meskipun perdagangan
2 ikan hias kecil namun justru usaha ini dapat digunakan sebagai pemberdayaan masyarakat lewat industri kecil atau industri rumah tangga yang bermuara pada ekspor. Peredaran ikan hias dunia di tingkat grosir diperkirakan mencapai nilai lebih USD 1 miliar, sedangkan di tingkat eceran mencapai lebih dari USD 6 miliar, yaitu dari sekitar 1,5 miliar ekor ikan yang diperdagangkan. Apabila perdagangan aksesori pemeliharaan ikan hias air tawar harus ikut dihitung maka nilai uang yang berputar diperkirakan mencapai USD 14 miliar. Tentu ini angka tidak kecil, apabila Indonesia dapat ikut andil 1% saja dari perdagangan ikan hias dan aksesorinya maka kita akan bermain pada angka USD 140 juta. Jumlah ikan hias yang diperdagangkan mencapai 1.600 jenis dan 750 diantaranya berasal dari air tawar (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Jumlah ini diperkirakan terus bertambah dengan semakin majunya teknik pembenihan, transportasi, dan pemeliharaan ikan hias. Hal ini juga terlihat permintaan akan ikan hias air tawar di Kota Bogor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2004 Kota Bogor telah mengekspor ikan hias air tawar sebanyak 6.800.000 ekor dan tahun 2006 sebanyak 9.043.842 ekor dengan negara tujuan Timur Tengah, Chili, UAE, Srilangka, Singapura, Malaysia, Sudan, Muritius, Kuwait, Saudi Arab, Jepang, India, Yordan, Tasmania, Bangladesh, Korea, Afganistan, Libya, Philipina, Oman, Kenya, Yaman dan Zimbabwe. Selama dua tahun terakhir perkembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor terus meningkat. Selain faktor faktor yang telah disebutkan di atas data pendukung lainnya bahwa Kota Bogor mempunyai keunggulan-keunggulan komparatif dalam rangka pengembangan agribisnis perkotaan, diantaranya posisi Kota Bogor yang strategis. Selain posisinya yang dekat dengan Ibukota Jakarta, juga berada pada jalur wisata utama Jawa Barat. Selain itu juga berada/berdekatan dengan kawasan andalan Bodebek, kawasan andalan Bopunjur serta kawasan andalan Sukabumi dan sekitarnya. Dengan posisi yang dekat dengan Jakarta, maka Kota Bogor berfungsi pula sebagai daerah penyangga dalam berbagai aspek, baik aspek ketersediaan pangan, aspek permukiman dan lain-lain. Selain itu berbagai Badan/Lembaga Penelitian Pertanian, pakar-pakar perikanan berada di Kota ini sehingga akan
3 mempermudah dalam hal aksesibilitas informasi pertanian terkini (Pemerintah Kota Bogor, 2001) Berdasarkan arah kebijakan pembangunan, pertanian di Kota Bogor diarahkan pada pengembangan pertanian yang terintegrasi dengan menetapkan komoditas unggulan yang didasarkan kepada potensi, agroklimat dan sosial budaya masyarakat. Dari hasil pertimbangan tersebut telah ditetapkan komoditas unggulan sebagai berikut: 1) Kecamatan Bogor Barat untuk komoditas talas beserta olahannya, tanaman hias dan itik. 2) Kecamatan Bogor Utara untuk komoditas ikan hias, domba/kambing dan agroornamental (daun potong). 3) Kecamatan Bogor Timur untuk komoditas palawija dan hortikultura buahbuahan (pepaya). 4) Kecamatan Bogor Selatan untuk komoditas hortikultura buah-buahan (durian Rancamaya) dan sayuran. 5) Kecamatan Tanah Sareal untuk tanaman berkhasiat obat, hortikultura buah-buahan (jambu) dan sapi perah. Berdasarkan hasil pengkajian, komoditi ikan hias merupakan salah satu komoditi unggulan di Kota Bogor yang saat ini mendapatkan prioritas untuk dikembangkan melalui program pengembangan agribisnis perkotaan. 1.2. Perumusan Masalah Saat ini salah satu program yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam menggerakkan perekonomian masyarakatnya adalah mengembangkan agribisnis perkotaan. Dipilihnya kebijakan pengembangan agribisnis perkotaan di Kota Bogor karena masalah kepemilikan lahan yang sempit, mobilitas penduduk kota yang sangat tinggi, disamping posisi Kota Bogor yang sangat strategis bila ditinjau dari sudut pasar. Tujuannya adalah meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan sektor perikanan berbasis agribisnis, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya ketahanan pangan dan berkembangnya usaha agribisnis. Kebijakan yang ditempuh adalah memantapkan ketahanan pangan serta mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan
4 berkelanjutan. Dengan memperhatikan hal tersebut, program prioritas yang dilaksanakan adalah Penanggulangan Kemiskinan. (Pemerintah Kota Bogor, 2004). Berbeda dengan kawasan/wilayah non perkotaan, pertanian di wilayah perkotaan seperti halnya di Kota Bogor mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1). Rata-rata pemilikan lahan yang relatif sangat sempit, seiring dengan derasnya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian. 2). Aktivitas petani (pelaku agribisnis) yang sangat tinggi disertai dengan keterdedahan informasi (information exposure) dari luar, sangat tinggi. 3). Menghendaki pengelolaan sumber daya alam dan faktor produksi secara efisien. 4). Berorientasi pasar (kualitas, kuantitas, kontinyuitas) harus prima sesuai permintaan pasar. 5). Menghendaki pengelolaan yang ramah lingkungan. Dengan memperhatikan ke lima ciri pertanian di wilayah perkotaan tersebut, maka pembangunan pertanian di Kota Bogor dilaksanakan melalui Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Arah kebijaksanaannya adalah menuju agribisnis perkotaan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan lokal spesifik. Pembangunan sektor perikanan merupakan pembangunan seluruh aspek yang mencakup pembangunan sumberdaya manusia yang bergerak disektor perikanan. Pembangunan untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam tersebut harus lebih mengedepankan pengembangan dan pengelolaan pada keseimbangan aspek ekologi dan ekonomi secara berkelanjutan. Alder et al 2001 dalam Mudzakir (2003) mengatakan bahwa menurunnya sumber daya perikanan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekologi tetapi juga oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi akibat rezim pengelolaan sumberdaya perikanan yang diterapkan. Agar pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan yang dapat menyeimbangkan tingkat pemanfaatannya. Upaya pengelolaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan informasi kondisi perikanan secara lengkap dan akurat. Ada empat dimensi utama dalam penilaian kondisi perikanan yang perlu dipertimbangkan sebelum sampai kepada suatu keputusan strategi pengelolaan diterapkan, yaitu aspek ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi.
5 Sektor perikanan dalam perekonomian Kota Bogor masih kecil kontribusinya, akan tetapi dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Peningkatan peran tersebut dilandasi oleh suatu pandangan bahwa pengembangan sektor perikanan sangat potensial untuk dikembangkan meskipun terjadi mutasi lahan sehingga menjadi industri ataupun jasa. Belum optimalnya pemanfaatan ikan namun kenyataan yang sebenarnya ikan hias mampu memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat dan secara tidak langsung dapat mengangkat dan mengurangi angka kemiskinan yang pada akhirnya menjadi masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Kurangnya motor penggerak di bidang perikanan menjadikan sektor perikanan tidak dapat bersaing dengan sektor lainnya. Namun walaupun demikian kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian dalam Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) sebanding dengan sektor lainnya yaitu rata-rata sebesar 10 % per tahun. Struktur perekonomian sektor perikanan belum mampu untuk mengangkat hajat hidup sebagian besar pembudidaya apalagi perekonomian secara keseluruhan. Sektor perikanan dalam perkonomian Kota Bogor selain menciptakan lapangan pekerjaan juga memiliki kontribusi dalam peningkatan PDRB, hal ini tidak lepas dari dukungan sumberdaya alam yang ada. Potensi perikanan yang ada di Kota Bogor menjadi catatan sendiri dalam upaya untuk meningkatkan peran yang lebih besar terhadap perekonomian Kota Bogor. Berdasarkan perumusan masalah, sektor perikanan diharapkan mempunyai peranan yang cukup pada perekonomian Kota Bogor dan bagaimana dampak pengembangannya terhadap perubahan struktur ekonomi. Peran yang diharapkan akan memberikan kontribusi pada perekonomian Kota Bogor antara lain pertama, melalui peningkatan pendapatan masyarakat pembudidaya. Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor perikanan yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pengangguran dan ketiga, mampu sebagai penggerak bagi sektor lain. Kontribusi tersebut merupakan implikasi dari besarnya potensi perikanan yang dimiliki oleh Kota Bogor dan diharapkan potensi itu akan berdampak pada peran sektor perikanan dalam struktur perekonomian. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka permasalahan yang ingin dibahas adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana keunggulan daya saing ikan hias air tawar sebagai industri perikanan.
6 2) Bagaimana analisis manfaat dan biaya dari budidaya ikan hias air tawar di Kota Bogor. 3) Bagaimana persepsi stakeholders dalam pengembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis keunggulan daya saing ikan hias air tawar di Kota Bogor sebagai industri perikanan. 2) Menganalisis manfaat dan biaya dari budidaya ikan hias air tawar di Kota Bogor. 3) Menganalisis persepsi stakeholders dalam mengembangkan ikan hias air tawar di Kota Bogor. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian tentang peranan komoditi ikan hias air tawar di sektor perikanan dalam Pengembangan Agribisnis Perkotaan di Kota Bogor ini diharapkan berguna bagi semua pihak terkait yaitu : 1) Memberikan informasi tambahan dalam penentuan kebijakan pembangunan sub sektor perikanan bagi instansi terkait baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kota Bogor, 2) Memberikan informasi pendahuluan kepada pihak-pihak yang merencanakan program yang berkaitan dengan bidang perikanan.