BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN MOTOR LINIER SWITCH RELUCTANCE 3 ROTOR 8 STATOR BERBASIS MIKROKONTROLER PIC 18F4550

MOTOR LINIER SWITCH RELUCTANCE 4 ROTOR 6 STATOR BERBASIS MIKROKONTROLER PIC 18F4550

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

MOTOR LINIER INDUKSI FREE RUNNING BERBASIS MIKROKONTROLLER PIC 18F4550

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III PERANCANGAN ALAT

IMPLEMENTASI MOTOR INDUKSI LINIER BERBASIS DIGITAL

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

USER MANUAL PINTU GESER OTOMATIS MATA DIKLAT:SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PERANCANGAN SWITCHED RELUCTANCE MOTOR 3 FASA SEDERHANA DENGAN 4 KUTUB ROTOR

BAB III PERANCANGAN ALAT. menjadi acuan dalam proses pembuatannya, sehingga kesalahan yang mungkin

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

Crane Hoist (Tampak Atas)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

MOTOR SINKRON 3 FASA SEDERHANA DENGAN 2 KUTUB ROTOR BERBASIS DIGITAL

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

Gambar 3.1 Tahapan Perancangan Miniatur Lift

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

Robot Pengikut Cahaya Menggunakan ATMEGA 8535

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

DESAIN MOTOR LINIER INDUKSI 4 FASA BERBASIS PIC 18F4550

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

Oleh : Pembimbing : Rachmad Setiawan, ST.,MT. NIP

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Rancang Bangun Alat Penggulung Dinamo Menggunakan Mikrokontroler

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

PERANCANGAN BRUSHLESS DC MOTOR 3 FASA SEDERHANADENGAN 4 KUTUB ROTOR

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT. 3.1 Blok ahap ini akan diketahuin alurdiagram Rangkaian

BAB III METODE PENELITIAN. secara otomatis dengan menggunakan sensor PIR dan sensor LDR serta membuat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

SISTEM BENDUNGAN OTOMATIS MENGGUNAKAN INTERFACING

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah.

RANCANG BANGUN SISTIM PARKIR MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini penulis akan mebahas lebih lanjut setelah perancangan dan konsep pada bab sebelumnya telah diaplikasikan ke sebuah bidang nyata. Realisasi dalam bentuk foto dan analisa hasil kerja dari MLSR ini akan dibahas secara mendetail pada bab ini. 4.2 Blok Diagram Pada blok diagram ini ditunujukkan sistem kerja dari MLSR, dimana berawal dari sensor sebagai masukan pada mikrokontroller melalui port D, kemudian masukan logika akan diprogram oleh mikrokontroler dan akan dikeluarkan melalui port B. Keluaran tersebut berfungsi untuk mengaktifkan saklar pada MOSFET dan medan magnet stator akan bekerja. Sensor (Optocoupler) Input (Port D) Mikrokontroler PIC 18F4550 Output (Port B) Rangkaian Daya On/Off Medan Magnet Gambar 4.1 Blok diagram sistem kerja dari motor linier switch reluctance 33

4.3 Realisasi rangkaian driver pada sensor (optocoupler) Rangkaian driver ini merupakan sumber tegangan dari sensor optocoupler H21A3 yang digunakan. Terdapat delapan sensor optocoupler itu sendiri, kemudian terdapat pula masing-masing enam buah resistor senilai 10 kilo Ohm yang berfungsi untuk catu daya pada receiver supaya dapat membuat arus toleransi senilai 0,00005 Ampere dan 220 ohm yang berfungsi sebagai catu daya untuk LED pada sensor optocoupler 220 10k 220 10k 220 10k 220 10k 220 10k 220 10k 220 10k 220 10k DC Gambar 4.2 Gambar rangkaian driver sensor optocoupler Gambar 4.3 Foto rangkaian driver sensor optocoupler. 34

4.4 Realisasi rangkaian Mikrokontroler PIC 184550 Rangkaian Mikrokontroler PIC 18F4550 ini memiliki empat port input dan output. Pada pengerjaan tugas akhir ini penulis menggunakan dua dari empat buah port yang tersedia yaitu port D sebagai masukan dan port B sebagai keluaran. Terdapat masing-masing delapan buah pin pada kedua port tersebut. Pin-pin pada port B dipakai sebagai masukan pada sensor optocoupler, sedangkan pin-pin pada port D dipakai untuk keluaran yang dihubungkan pada rangkaian buffer dan MOSFET. Tiap pin akan masuk pada inputan IC Schmitt trigger SN74LS14. Rangkaian ini membutuhkan catu daya DC +5 Volt dan ground agar dapat berfungsi sebagai pengendali sensor optocoupler dan saklar pada MOSFET. Gambar 4.4 Foto rangkaian mikrokontroler 4.5 Realisasi rangkaian Buffer dan MOSFET Rangkaian ini bekerja sebagai penerus keluaran dari port mikrokontroler. Komponen-komponen pada rangkaian ini terdiri dari tiga buah IC Schmitt trigger, 35

delapan buah resistor, delapan buah dioda, dan delapan buah MOSFET. Rangkaian ini berguna untuk mensaklarkan arus pada tiap lilitan stator sebersar 8 Ampere. Pada setiap keluaran nantinya harus melalui IC Schmitt trigger supaya logika yang digunakan sebagai pemicu pada MOSFET lebih dipertegas. Sedangkan MOSFET itu sendiri bekerja sebagai saklar untuk mengatur tegangan dan arus pada stator. Gambar 4.5 Foto rangkaian buffer 1 2 3 4 5 6 7 8 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Gambar 4.6 Gambar skematik rangkaian buffer 36

4.6 Realisasi motor linier switch reluctance Realisasi MLSR dalam tiap detail bagiannya adalah sebagai berikut, dimana gambar dibawah ini merupakan mover atau rotor (tampak atas dan samping) yang akan bergerak ketika ditarik oleh stator, mover ini terbuat dari lempengan akrilik dengan sembilan buah lempengan besi yang disusun menjadi tiga bagian. Lidah terbuat dari kertas yang sudah disusun sedemikian rupa hingga pergerakan motor akan lancer dan tidak macet atau terganggu. Gambar 4.7 Foto realisasi dari rotor atau mover yang digunakan Sedangkan gambar dibawah ini merupakan gambar detail sebuah stator dari total delapan stator yang digunakan. Gambar 4.8 Foto realisasi dari stator yang digunakan 37

Kemudian berikut adalah gambar keseluruhan dari alat tugas akhir ini. Tampak ada mover dengan 3 rotor dan lintasan dengan 8 stator dan 8 sensor optocoupler lengkap dengan rangkaian mikrokontroller, rangkaian buffer dan mosfet. Alat tugas akhir ini disusun dua tingkat guna untuk memperingkas bentuk dan lebih menghemat ruang. Gambar 4.9 Foto realisasi dari lintasan motor linier switch reluctance 4.7 Realisasi tiap langkah dari motor linier switch reluctance Pada dasarnya, rotor berjumlah tiga buah ini hanya membutuhkan satu buah medan magnet saja untuk bergerak, namun dalam beberapa langkah, akan dijumpai ada dua buah medan magnet stator yang bekerja dikarenakan untuk mengantisipasi penggunaan sensor yang akan diaplikasikan nanti dapat mempengaruhi pergerakan dari motor itu sendiri. Dimana nantinya lidah akan dapat menyentuh sensor yang sama beberapa kali, sehingga supaya tidak mengganggu pergerakannya, dalam satu langkah dapat mengaktifkan dua magnet, namun salah satu magnet yang diaktifkan 38

tidak akan mempengaruhi pergerakkan motor ini dikarenakan jaraknya yang tidak akan terjangkau oleh rotor. 4.7.1 Langkah maju Langkah maju ini terdiri dari 13 langkah. Setiap langkah dari mover akan didasari saat lidah dari mover menyentuh sensor optocoupler yang akan mengendalikan magnet, sehingga mover tersebut dapat beregerak sesuai dengan program. Langkah 1 Ini merupakan kondisi awal dari tiap langkah yang akan dilalui. Pada kondisi ini, sensor optocoupler F0 akan aktif karena tersentuh oleh lidah dari mover dan akan mengaktifkan magnet urutan nomor 4 sekaligus sebagai pemanggil dari program maju, sehingga rotor C akan tertarik oleh magnet nomor 4 Gambar 4.10 Langkah pertama 39

Langkah 2 Setelah langkah pertama tadi, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F3. Sensor F3 akan mengaktifkan magnet urutan ketiga dan ketujuh, magnet ketujuh tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan ketiga dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.11 Langkah ke 2 Langkah 3 Setelah langkah kedua, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F2. Sensor F2 akan mengaktifkan magnet urutan kedua dan keenam, magnet keenam tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan kedua dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.12 Langkah ke 3 40

Langkah 4 Setelah langkah ketiga, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F1. Sensor F1 akan mengaktifkan magnet urutan kelima, sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan kelima dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.13 Langkah ke 4 Langkah 5 Setelah langkah keempat, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F4. Sensor F4 akan mengaktifkan magnet urutan keempat dan kedelapan, magnet kedelapan tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan keempat dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.14 Langkah ke 5 41

Langkah 6 Setelah langkah kelima, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F3. Sensor F3 akan mengaktifkan magnet urutan ketiga dan ketujuh, magnet ketujuh tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan ketiga dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.15 Langkah ke 6 Langkah 7 Setelah langkah keenam, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F2. Sensor F2 akan mengaktifkan magnet urutan kedua dan keenam, magnet kedua tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan keenam dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.16 Langkah ke 7 42

Langkah 8 Setelah langkah ketujuh, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F5. Sensor F5 akan mengaktifkan magnet urutan kelima sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan kelima dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.17 Langkah ke 8 Langkah 9 Setelah langkah kedelapan, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F4. Sensor F4 akan mengaktifkan magnet urutan keempat dan kedelapan, magnet kedelapan tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan keempat dan mover akan bergerak maju satu langkah Gambar 4.18 Langkah ke 9 43

Langkah 10 Setelah langkah kesembilan, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F3. Sensor F3 akan mengaktifkan magnet urutan ketiga dan ketujuh, magnet ketiga tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan ketujuh dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.19 Langkah ke 10 Langkah 11 Setelah langkah kesepuluh, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F6. Sensor F6 akan mengaktifkan magnet urutan keenam sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan keenam dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.20 Langkah ke 11 44

Langkah 12 Setelah langkah kesebelas, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F5. Sensor F5 akan mengaktifkan magnet urutan kelima sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan kelima dan mover akan bergerak maju satu langkah. Gambar 4.21 Langkah ke 12 Langkah 13 Setelah langkah kedua belas, mover akan bergerak maju satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F4. Sensor F4 akan mengaktifkan magnet urutan keempat dan kedelapan, magnet keempat tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan kedelapan dan mover akan bergerak maju satu langkah. Ini merupakan langkah terakhir untuk gerak maju, setelah langkah ketiga belas, lidah akan menyentuh sensor F7 dan akan mengaktifkan program untuk bergerak mundur 45

Gambar 4.22 Langkah ke 13 4.7.2 Langkah Mundur Pada simulasi langkah mundur ini, urutan lidah bagian depan dan belakangnya akan ditukar guna memudahkan pemahaman pada tiap langkahnya. Langkah mundur ini dimulai dari stator urutan paling kanan hingga kembali pada posisi awal, yaitu posisi paling kiri. Langkah 14 Setelah langkah ketiga belas, mover akan bergerak maju satu langkah dan mencapai ujung kemudian lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F7. Sensor F7 akan mengaktifkan magnet urutan kelima, sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan kedelapan dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.23 Langkah ke 14 46

Langkah 15 Setelah langkah keempat belas, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F4. Sensor F4 akan mengaktifkan magnet urutan keenam dan kedua, magnet kedua tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan keenam dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.24 Langkah ke 15 Langkah 16 Setelah langkah kelima belas, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F5. Sensor F5 akan mengaktifkan magnet urutan ketujuh dan ketiga, magnet ketiga tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan ketujuh dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.25 Langkah ke 16 47

Langkah 17 Setelah langkah keenam belas, mover akan bergerak mundur satu langkah dan lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F6. Sensor F6 akan mengaktifkan magnet urutan keempat, sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan keempat dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.26 Langkah ke 17 Langkah 18 Setelah langkah ketujuh belas, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F3. Sensor F3 akan mengaktifkan magnet urutan kelima dan pertama, magnet pertama tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan kelima dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.27 Langkah ke 18 48

Langkah 19 Setelah langkah kedelapan belas, mover akan bergerak mundur satu langkah dan lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F4. Sensor F4 akan mengaktifkan magnet urutan keenam, sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan keenam dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.28 Langkah ke 19 Langkah 20 Setelah langkah kesembilan belas, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F5. Sensor F5 akan mengaktifkan magnet urutan ketiga dan ketujuh, magnet ketujuh tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan ketiga dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.29 Langkah ke 20 49

Langkah 21 Setelah langkah kedua puluh, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F2. Sensor F2 akan mengaktifkan magnet urutan keempat sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan keempat dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.30 Langkah ke 21 Langkah 22 Setelah langkah kedua puluh satu, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F3. Sensor F3 akan mengaktifkan magnet urutan kelima dan pertama, magnet pertama tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan kelima dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.31 Langkah ke 22 50

Langkah 23 Setelah langkah kedua puluh dua, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F4. Sensor F4 akan mengaktifkan magnet urutan kedua dan keenam, magnet keenam tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan kedua dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Gambar 4.32 Langkah ke 23 Langkah 24 Setelah langkah kedua puluh tiga, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian depan akan menyentuh sensor F1. Sensor F1 akan mengaktifkan magnet urutan ketiga sehingga rotor B akan tertarik pada magnet urutan ketiga dan mover akan bergerak mundur satu langkah Gambar 4.33 Langkah ke 24 51

Langkah 25 Setelah langkah kedua puluh empat, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian tengah akan menyentuh sensor F2. Sensor F2 akan mengaktifkan magnet urutan keempat sehingga rotor C akan tertarik pada magnet urutan keempat dan mover akan bergerak mundur satu langkah Gambar 4.34 Langkah ke 25 Langkah 26 Setelah langkah kedua puluh lima, mover akan bergerak mundur satu langkah hingga lidah pada bagian belakang akan menyentuh sensor F3. Sensor F3 akan mengaktifkan magnet urutan pertama dan kelima, magnet kelima tidak akan mempengaruhi pergerakan dari mover sehingga rotor A akan tertarik pada magnet urutan pertama dan mover akan bergerak mundur satu langkah. Ini merupakan langkah terakhir dalam satu perputaran MLSR. Setelah langkah ini, lidah bagian depan akan kembali menyentuh sensor F0 dan akan kembali menjalankan program maju, seterusnya berulang-ulang. 52

Gambar 4.35 Langkah ke 26 4.8 Hasil pengujian arus dan tegangan Pada pengujian ini, penulis memberi sumber arus sebesar 10 Ampere dan tegangan sebesar 10 Volt. Dengan masukan tersebut, motor dapat berjalan dalam kecepatan yang stabil. Gambar 4.36 Foto sumber arus dan tegangan 4.9 Pembahasan Setelah membuat simulasi, perancangan, dan pengujian pada tugas akhir ini, penulis kini akan membahas lebih dalam secara keseluruhan dari alat ini. Dimulai dari bagaimana sebuah stator tersebut dapat bekerja sehingga dapat menarik mover dan membuat MLSR beroperasi dengan baik. Sebuah medan magnet stator akan 53

dapat aktif apabila telah dialiri arus, dalam hal ini mengacu pada rumus gaya Lorentz dimana FF = BB. II. LL, maka besarnya sebuah medan magnet tersebut ditentukan oleh panjang kawat dan besarnya arus masukan. Pada tugas akhir ini penulis menentukan besar medan magnet tersebut dengan cara memperbesar arus masukannya. Medan magnet yang besar akan lebih kuat menarik rotor sehingga motor akan bergerak lebih cepat. Pada alat tugas akhir ini, dibutuhkan delapan sensor untuk dapat beroperasi secara lancar, lancar dalam hal ini disebabkan oleh lidah yang terpasang pada mover harus mengenai sensor tersebut agar mover dapat bergerak. Alat tugas akhir ini membutuhkan sensor sebanyak delapan buah, dimana peletakan sensor tersebut dari awal sudut kiri pada magnet pertama hingga letak paling ujung kanan pada stator urutan ke delapan. Apabila sensor tersebut tidak mencapai ke sisi stator urutan ke delapan maka motor akan berhenti ditengah lintasan. Dikarenakan penulis membutuhkan langkah yang relatif banyak untuk motor ini agar bisa bergerak maju dan mundur (yaitu sejumlah 26 langkah), maka dibutuhkanlah banyak pula sensor optocoupler agar lebih banyak program yang dijalankan untuk menghidupkan stator sehingga langkah dari mover bisa lebih maksimal ujung ke ujungnya. Pada halaman berikutnya akan ada tabel yang akan menunjukkan bagaimana sensor bekerja terhadap magnet pada tiap langkah. Angka yang dicetak tebal merupakan magnet yang menarik mover. Tabel dibagi menjadi dua jenis langkah yaitu langkah maju dan mundur yang masing-masing terdiri dari 13 langkah. 54

Tabel 4.1 Data cara kerja tiap sensor dan magnet pada langkah maju LANGKAH MAJU LANGKAH SENSOR MAGNET 1 F0 4-2 F3 3 7 3 F2 2 6 4 F1 5-5 F4 4 8 6 F3 3 7 7 F2 6 2 8 F5 5-9 F4 4 8 10 F3 7 3 11 F6 6-12 F5 5-13 F4 8 4 LANGKAH MUNDUR 14 F7 5-15 F4 6 2 16 F5 7 3 17 F6 4-18 F3 5 1 19 F4 6-20 F5 3 7 21 F2 4-22 F3 5 1 23 F4 2 6 24 F1 3-25 F2 4-26 F3 1 5 Apabila dalam sebuah sensor dapat menjalankan dua magnet, maka hal tersebut disebabkan oleh karena jika setiap sensor harus menjalankan satu magnet, maka dibutuhkan lebih banyak sensor dan peletakan dari lidah mover harus diperbanyak. Maka dari situ penulis mengantisipasinya dengan membuat satu sensor dapat menjalankan dua magnet bersamaan, tapi hanya satu yang menarik mover. 55

Jarak dari tiap sensor tersebut sudah diperhitungkan dengan jarak lidah. Sehingga laju dari mover dapat berjalan sesuai dari perancangan sebelumnya. Dalam system kerja MLSR ini penulis membuat dua program untuk maju dan mundur. Program tersebut dibuat terpisah langkah maju dan mundurnya, dalam artian program maju dan mundur tidak menjadi satu program melainkan terpisah menjadi dua program dengan perintah void main. Apabila pada langkah awal dimana lidah akan menyentuh sensor paling sudut kiri (F0) maka perintah program maju akan diaktifkan, dan ketika lidah pada mover menyentuh sensor paling kanan (F7) maka perintah program maju tidak akan berlaku lagi seperti di reset dan akan menjadi program mundur. F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 a b c 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 4.37 Posisi dimana program maju diaktifkan, lidah menyentuh sensor F0 F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 a b c 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 4.38 Posisi dimana program mundur diaktifkan, lidah menyentuh sensor F7 Pada ukuran rotor atau mover ini penulis juga sudah mengukur sedemikian rupa sehingga posisi rotor dan stator yang akan tarik menarik dapat akurat. Penulis 56

sebelumnya menyebutkan bahwa lebar antar stator tersebut adalah 4 cm. Jarak tersebut telah diperhitungkan, setelah pada awalnya penulis menggunakan jarak selebar 2 cm dan dengan memakai mover yang sama maka yang terjadi adalah seperti gambar berikut: F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 a b c 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 4.39 Posisi stator yang tidak tepat membuat mover tidak bisa bekerja sempurna Tampak pada gambar diatas, dimana posisi rotor A terkunci pada stator 1, rotor B dan C ada pada posisi tanggung. Walaupun dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa rotor C ataupun B masih dapat ditarik oleh stator, namun hasilnya adalah motor akan berjalan dengan langkah yang tidak sempurna dan tidak ideal. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah rotor yang dibuat penulis pada tugas akhir ini berjumlah 3 buah. Dimana pembagian letak rotor tersebut sudah diperhitungkan dan mengharuskan untuk memperlebar jarak stator tersebut agar motor dapat berjalan lancar. 57