BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan suatu alat yang penting bagi pendidikan karena pendidikan dan kurikulum saling berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang unggul. Banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kanca internasional. Perubahan kurikulum sudah dimulai sejak awal kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan. membangun karakter bangsa. Karena, pendidikan adalah wahana untuk

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia secara bertahap mulai diperbaiki kualitasnya. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan-perubahan kurikulum yang ada di Indonesia. Perubahan kurikulam ini terjadi karena pemerintah ingin memperbaiki kekurangan yang ada di dalam dunia pendidikan Indonesia yang sampai saat sekarang ini masih banyak hal yang perlu dibenahi. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu kekurangan tersebut terlihat dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dalam hal ini pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang ada di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran bahasa dalam prosesnya memang sudah berjalan dengan begitu baik, namun fakta ini bertolak belakang dengan kondisi pembelajaran Sastra Indonesia di SMP. Pembelajaran sastra sering diabaikan bahkan seakanakan sama sekali tidak tersentuh oleh guru. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Sufanti (2015: 154) yang menjelaskan bahwa apabila ditinjau secara kuantitas, maka pembelajaran teks sastra dalam buku siswa yang berjudul Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas 10 SMA/SMK sangat minim dibanding dengan pembelajaran nonsastra, yaitu berkisar anatra 1:5 saja, yang artinya teks sastra yang ada di dalam buku tersebut hanya sekitar 20%, sedangkan pembelajaran nonsastra di dalam buku tersebut sekitar 80%. Pembelajaran bahasa dan pembelajaran sastra adalah dua pembelajaran yang penting dan tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi, dilihat dari fakta sebelumnya, perbandingan pembelajaran sastra dan nonsastra terlihat sangat tidak seimbang. Hal ini tentunya akan berdampak pada pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri, karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia hanya berisi teori dan materi saja. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya peranan pembelajaran sastra Indonesia, dengan adanya pembelajaran sastra pelajaran bahasa Indonesia akan terkesan lebih menarik karena adanya karya sastra yang dimunculkan dalam setiap pembelajarannya. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Muslimin (2011: 2) 1

2 bahwa hubungan bahasa dengan Sastra Indonesia pada dasarnya serupa dua sisi mata sekeping uang logam. Keduanya saling ketergantungan, tidak dapat dipisahkan atau berdiri sendiri. Pembelajaran sastra pada dasarnya memiliki peranan penting dalam peningkatan pemahaman peserta didik, karena pembelajaran sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran sastra peserta didik mampu lebih cepat memahami pembelajaran lainnya, dalam hal ini tentunya terkait dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan adanya pembelajaran sastra peserta didik bukan hanya mampu lebih cepat memahami pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia saja, tetapi juga lebih cepat memahami mata pelajaran lainnya. Di sisi lain, adanya pembelajaran sastra tentu semakin membuat peserta didik lebih tertarik untuk mempelajari sastra atau dunia kesastraan lebih dalam. Hal ini terbukti peserta didik dapat mengeksplorasi jiwa seni mereka dengan segenap kreatifitas yang dimiliki masing-masing peserta didik dengan adanya pembelajaran sastra Indoensia. Akan tetapi, faktanya berbanding terbalik dengan keadaan sebenarnya di sekolah. Pembelajaran sastra faktanya sama sekali tidak tersentuh oleh guru bahkan seakan-akan diabaikan begitu saja. Muslimin (2011: 7) menjelaskan bahwa Problem klasik yang selama ini menggangu semangat belajar siswa ada empat, yaitu (1) keseragaman kurikulum, (2) pembelajaran yang berpusat pada guru, (3) beban administrasi guru yang tinggi, dan (4) jumlah siswa dalam satu kelas terlalu besar perlu dicarikan solusi. Selain apa yang telah diungkapkan oleh Muslimin tersebut, fakta bahwa pembelajaran sastra Indonesia terabaikan disebabkan oleh banyak faktor yang melatarbelakanginya. Menurut hemat penulis, faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal guru. Faktor internal yakni terjadi karena pengaruh dari dalam diri guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia itu sendiri. Faktor eksternal terjadi karena adanya pengaruh atau faktor dari luar diri guru yakni kurikulum, materi pembelajaran, media pembelajaran dan lain sebagainya. Kedua faktor ini mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pembelajaran sastra Indonesia di SMP. Guru sering mengalami kesulitan ketika akan mengajarkan pembelajaran sastra kepada peserta

3 didik. Kendala inilah yang menyebabkan semakin terpuruknya kondisi dunia kesastraan di Indonesia. Generasi muda yang seharusnya mempunyai jiwa kreativitas yang tinggi dan mampu menciptakan inovasi baru menjadi terhambat karena daya kreativitas yang dimiliki tidak berkembang bahkan semakin lama semakin buruk dan semakin hilang. Guru dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat penting. Sesuai dengan apa yang tercantum di dalam undang-undang guru dan dosen (Kemendikbud, 2005) yang menyebutkan bahwa kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Guru dalam hal ini merupakan salah satu faktor penentu perkembangan dunia kesastraan Indonesia dan juga menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan pembelajaran sastra di SMP di masa yang akan datang. Pembelajaran sastra semakin baik atau semakin terpuruk, itu semua tergantung dari guru sebagai seorang pendidik. Sebenarnya guru mampu menumbuhkembangkan minat dan kemampuan peserta didik dalam hal sastra dengan cara mengusahakan karya sastra yang dibuat oleh peserta didik dimuat di media massa dalam bentuk buku sastra, ataupun bisa juga melalui media elektronik yaitu internet, televisi, bahkan radio. Faktanya, problematika pembelajaran sastra di sekolah sebagian besar terjadi karena guru bahasa dan sastra di sekolah yang kurang menumbuhkembangkan minat dan kemampuan peserta didik dalam hal sastra. Hal ini terbukti para peserta didik tidak diajarkan untuk mengapresiasi atau memahami dan menikmati teks-teks sastra yang sesungguhnya, tetapi hanya sekedar menghafalkan nama-nama sastrawan beserta hasil karyanya saja. Dengan kata lain, apa yang disampaikan guru dalam pembelajaran sastra dapat diartikan hanya sampai pada tahap kulit luarnya saja, sehingga peserta didik tidak dapat menikmati kandungan nilai dan isi dalam karya sastra tersebut. Kondisi pembelajaran sastra yang seperti ini bukan hanya memprihatinkan, tetapi juga telah mematikan proses pencerdasan kreativitas, emosional, dan sekaligus spritual

4 peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, agar nantinya pembelajaran sastra ke depan lebih baik lagi dan tidak lagi seakan diabaikan peranan pentingnya seperti saat ini. Guna menciptakan guru-guru sastra yang berkualitas perlu adanya pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini. Penulis melihat ini mempunyai tekad untuk melakukan penelitian terkait dengan fenomena ini. Penulis akan mencoba mengungkap lebih dalam permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran sastra di jenjang Sekolah Menengah Pertama. Setelah teridentifikasi masalah-masalah yang sering dialami oleh guru, peneliti akan berusaha mendeskripsikan tanggapan guru dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul Tanggapan Guru Bahasa Indonesia Terhadap Problem Pembelajaran Sastra dan Upaya Mengatasinya di SMP Kabupaten Sukoharjo. Peneliti mengadakan penelitian ini karena ingin berusaha merubah keadaan dunia kesastraan yang semakin terpuruk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan ini luaran yang dihasilkan berupa deskripsi mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran sastra Indonesia di SMP Kabupaten Sukoharjo dan Tanggapan guru dalam upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sastra tersebut. Semoga dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan gambaran mengenai permasalahanpermasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran sastra sehingga ke depan dengan adanya penelitian selanjutnya dapat ditemukan solusi ataupun pemecahan masalah yang dihadapi guru-guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan pembelajaran sastra di SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis sebelumnya, maka rumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana problematika yang dihadapi guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra di SMP Kabupaten Sukoharjo?

5 2. Bagaimana tanggapan guru dalam upaya mengatasi problem pembelajaran sastra di SMP Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah didapat, maka diperoleh dua tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi problematika yang dihadapi guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra di SMP Kabupaten Sukoharjo. 2. Mendeskripsikan tanggapan guru dalam upaya mengatasi problem pembelajaran sastra di SMP Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan problematika guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui permasalahnpermasalahan yang dihadapi oleh guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra di jenjang Sekolah Menengah Pertama. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran sastra yang dari dahulu sampai sekarang ini masih belum terselesaikan. c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wawasan tambahan bagi peserta didik tentang masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran sastra. d. Penelitian ini mampu dijadikan sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja pendidik khususnya para guru-guru bahasa dan sastra Indonesia di masa yang akan datang.