METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TUNA RUNGU POKOK BAHASAN PECAHAN SENILAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan.artinya

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA SISWA SMP-LB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu).

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

PEMBELAJARAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. (educational for all) yang tidak diskriminatif.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara Surakarta) Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika Disusun oleh : TOFIQ NUGROHO A410050094

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusian. Artinya pendidikan diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari segala persoalan hidup yang dihadapi. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan sangat dirasa penting untuk menunjang kebutuhan manusia dalam menghadapi persoalan hidup.

Tema besar tentang pendidikan dan kemanusian di Indonesia dijabarkan dalam fungsi pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasioanl bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut maka setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini suatu satuan pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan jenis kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan tidak terkecuali juga para penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat juga disebutkan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan luar biasa Pendidikan luar biasa, seperti yang termuat dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 50:

menjelaskan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali siswa berkebutuhan khusus untuk dapat berperan aktif didalam masyarakat. Dalam PP No. 72 tahun 1991 dijelaskan bahwa : Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1991/72-1991.html). Dalam penyelengaran pendidikan luar biasa, Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa mengklasifikasikan pendidikan kedalam lima bidang, yaitu: 1. SLB/A, untuk para tunanetra (buta) 2. SLB/B, untuk para tunarungu wicara (tuli-bisu) 3. SLB/C, untuk para tunagrahita (cacat mental) 4. SLB/D, untuk para tunadaksa (cacat tubuh) 5. SLB/E, untuk para tunalaras (kenakalan anak anak)

Berdasarkan pada kepentingan penelitian yang mencoba membuat hubungan antara anak anak tunarungu, pelajaran matematika, alat peraga, dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika, maka uraian ini akan difokuskan pada keterkaitan ketiga hal tersebut. Dalam masalah transfer of knowledge, penyandang tunarungu mempunyai alat bahasa dan baca bibir dengan melihat sehingga anak tunarungu dapat mengerti yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran. Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kecacatan pada indra pendengaran. Dipandang dari kecerdasan yang dimilki anak tunarungu sebenarnya tidak berbeda dengan anak normal. Hal ini disebabkan anak tunarungu ada yang memiliki tingkat kecerdasan diatas rata rata (superior), rata - rata (average), maupun dibawah rata rata (subnormal). Namun, untuk menggambarkan secara rill keragaman anak tunarungu seringkali mengalami kesulitan. Pusat Study Demografi Universitas Gallaudet di Amerika, berdasarkan hasil kajian yang setiap tahun menyelenggarakan tes prestasi Stanford bagi anak tunarungu dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu berusia 10 tahun memilki kemampuan setingkat dengan anak kelas II dalam membaca dan berhitung. Sedangkan anak tuna rungu berusia 17 tahun memiliki kemempuan setingkat dengan anak kelas IV dalam hal berhitung (Gentile,1972). Berdasarkan tujuan pendidikan, secara terinci tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut (Mohammad Efendi, 2006 : 59 60) :

1. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20 30 db (slight losses). Untuk kepentingan pendidikan pada anak tunarungu kelompok ini cukup hanya memerlukan latihan membaca bibir untuk pemahaman. 2. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30 40 db (mild losses). Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini yaitu membaca bibir, latihan pendengaran, latihan bicara artikulasi, serta latihan kosakata. 3. Anak tunarungu yang kehilangan pendegarannya antara 40 60 db (moderet losses). Kebutuhan layanan pendidikan untuk kelompok anak tunarungu ini meliputi artikulasi, latihan membaca bibir, latihan kosakata, serta perlu menggunakan alat bantu dengar untuk membantu ketajaman pendengaran. 4. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60 75 db (severelosses). Kebutuhan pendidikan kelompok anak tunarungu ini perlu latihan pendengaran intensif, membaca bibir, dan latihan pembentukan kosakata. 5. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 db keatas (profoundly losses). Kebutuhan layanan pendidikan anak tunarungu kelompok ini meliputi membaca bibir, latihan mendengar untuk kesadaran, latihan membentuk dan membaca ujaran dengan menggunakan pengajaran khusus, seperti tactile kinesthetic, visualisasi yang dibantu dengan segenap kemampuan indranya yang tersisa.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa anak anak tunarungu mengalami masalah dalam hal pendegaran dan kecerdasan. Fungsi kerja pada indra pendengaran anak tunarungu mengalami kesulitan dalam proses transfer of knowledge. Hal ini berlaku bagi seluruh mata pelajaran, tidak terkecuali pelajaran matematika. Permasalahan yang dialami oleh sekolah sekolah umum tentunya pembelajaran matematika kepada siswanya, tentunya juga dialami oleh sekolah luar biasa. Bahkan permasalahan pembelajaran matematika di sekolah luar biasa lebih komplek. Melihat dari latar belakang anak tunarungu yang sangat kekurangan kosakata dalam berkomunikasi, seorang guru luar biasa dalam penyampaian materi harus secara jelas dan konsiten dalam penggunaan kasakata dalam menyampaikan materi. Hal ini dikarnakan anak tunarungu respon terhadap bunyi sangat kurang. Sehingga, media pembelajaran bagi anak tunarungu harus sesuai dengan ciri tunarungu, alat peraga matematika adalah suatu media yang tepat dalam pembelajaran matematika untuk anak tunarungu karena pelajaran matematika tidak hanya membutuhkan fungsi otak saja, akan tetapi matematika pelajaran yang abstrak. Saat kegiatan belajar mengajar matematika alat peraga merupakan suatu bagian yang disatukan dari penyajian pelajaran, yang memberikan sumbangan unik untuk mencapai tujuan pelajaran secara umum. Alat alat peraga ini dapat menghasilkan atau mendekati realitas, dapat mengganti kata kata yang merupakan lambang tidak sempurna. Alat alat ini dapat mudah membantu meningkatkan dan merangsang minat dari sebuah kelas yang

apatis. Alat alat peraga ini mempunyai hubungan nilai hiburan dan alat alat peraga tersebut tidak memperkecil arti pokok pelajarannya, tetapi justru membantu memperjelas. Tujuan utama penggunaan alat peraga adalah agar konsep konsep dan ide dalam metematika yang sifatnya abstrak dapat dikaji, dipahami, dan dicapai oleh penalaran siswa, terutama siswa yang masih memerlukan bantuan alat yang sifatnya nyata, terlihat dengan jelas dalam menangkap ide atau konsep yang diajarkan. Setiap alat peraga yang digunakan oleh guru matematika dalam proses pengajarannya harus berdasarkan tujuan intruksional yang telah disusun. Artinya tujuan itulah yang menentukan alat peraga karena materi yang disajikan didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, maka dengan sendirinya alat peraga tersebut harus mengandung ide ide atau konsep konsep yang terkandung dalam materi tersebut. B. Fokus Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana metode guru matematika SMPLB-B kelas VIII YRTRW Surakarta dalam menyampiakan pembelajaran matematika pada siswa tunarungu? 2. Adakah peningkatan hasil belajar matematika setelah pembelajaran metematika dengan alat peraga?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adakah : 1. Mendiskripsikan metode pembelajaran guru matematika SMPLB-B YRTRW Surakarta dalam menyampikan materi dengan menggunakan alat peraga. 2. Mengidentifikasi hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika dengan metode pembelajaran matematika melalui alat peraga. D. Manfaat Penelitian Sebagai studi ilmiah, penelitian ini memberikan sumbangan metode pembelajaran utamanya kepada pendidikan matematika. Sebagai studi pendidikan matematika yang aplikatif, studi ini memberikan sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan formal maupun para guru atau calon guru, khususnya pada sekolah luar biasa berupa metode pembelajaran. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan kepada bidang pendidikan matematika, terutama pada layanan pembelajaran matematika di sekolah luar biasa tunarungu. Sehingga bersama model lain, penelitian ini memperkaya metode pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini memberikan sumbangan kepada sekolah luar biasa tunarungu berserta guru dan calon guru matematikanya. Sekolah

dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan kopetensi para guru atau calon guru matematika dibidang pembelajaran. Bagi para guru atau calon guru matematika, metode produk penelitian ini dapat digunakan untuk penyelenggaraan layanan pembelajaran matematika dan proses perencanaan metode dapat diaplikasikan untuk mengembangkan metode pembelajaran matematika lebih lanjut. E. Definisi Operasional Istilah Untuk menghindari kesalahan persepsi dan interpretasi dari penelitian yang berjudul Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tunarungu (SLB/B) Melalui Alat Peraga Untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa. Maka penulis merasa perlu menyertakan definisi operasional istilah dalam judul tersebut sebagai berikut : 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural yaitu berisi tentang tahapan tertentu. 2. Sekolah Luar Biasa Tunarungu (SLB/B) Sekolah luar biasa dalam penelitian ini dibatasi pada bidang tunarungu. Sekolah luar biasa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1991 merupakan sekolah khusus yang diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental cacat. Tunarungu

adalah seorang individu yang memiliki aspek aspek psikologis, sosial, dan kultural yang berbeda beda secara individual sama halnya seperti individu yang bukan tunarungu (Kamus Besar Bahasa Indonesia selanjutnya disingkat KBBI, 1992: 124). Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan fungsi pendengaran. SLB bagian B adalah sekolah laur biasa yang khusus untuk anak anak tunarungu. 3. Alat Peraga Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsih, : 1994). Menurut TIM FKIP-UMS (2004 : 32) Alat peraga adalah semua alat bantu proses pendidikan dan pengajaran yang dapat berupa benda atau perbuatan dari yang kongkrit sampai dengan yang abstrak yang dapat mempermudah dalam pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada siswa. Dengan bantuan alat peraga yang sesuai, siswa dapat memahami ide ide dasar yang melandasi sebuah konsep mengetahui cara membuktikan suatu rumus atau teorema, dan dapat menarik suatu kesimpulan dari hasil pengamatan. 4. Peningkatan Pada penelitian ini yang dimaksud dengan peningkatan adalah usaha menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi kondisi yang dapat diciptakan melalui pelaksanaan belajar mengajar dikelas, khususnya pada pelajaran matematika.

5. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.