BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

DAFTAR ISI. PERNYATAAN...i. ABSTRAK...ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...iv. DAFTAR TABEL...v. DAFTAR GAMBAR...vi. DAFTAR DIAGRAM...

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan untuk membangunmanusia bermutu. Becker (Jasmansyah,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

Langsat Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungan sekitar dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Miranti Rachmawati, 2014 Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA, 2004: 2). Suyanto (2005: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kanak-kanak merupakan masa di mana anak-anak mengalami

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja kemudian menjadi dewasa dan

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Usia Dini merupakan masa keemasan perkembangan anak atau yang biasa disebut Golden Age, dimana pada Pada masa itu anak menempati posisi paling vital. Keith Osborn, Burton L, dan Benyamin S. Bloommengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada awal tahun kehidupan anak. Karena periode ini hanya datang sekali dan tidak dapat diulang kehadirannya maka haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya (Hurlock, 1993; Mutiah, 2012; Santrock, 2007; Papalia, Old, dan Feldman, 2002). Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 14 berbunyi bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan satu program prioritas pembangunan pendidikan nasional yang pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Sujiono, 2009:6). Lebih lanjut dalam peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, dikemukakan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar melalui pendidikan formal, nonformal dan informal (Mulyasa, 2012:5) artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan semua potensi yang ada pada anak melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Tujuan diatas dapat menyiratkan bahwa pendidikan anak pra sekolah memfokuskan pada upaya anak untuk mengembangkan aspek perkembangan yang dimiliki anak diantaranya perkembangan fisik,sosial emosional, kognitif dan bahasa melalui rangsangan (Solehuddin, 1997: 36). Sebagaimana yang di ungkapkan Motensori (Hurlock, 1993: 13) bahwa usia 3-6 tahun merupakan 1 Trisa Aryani, 2014 Meningkatkan kemampuan mengenal huruf melalui permainan peti harta karus berisi huruf pada anak usia 4-5 tahun Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkansehingga tidak terhambat perkembangannya. Aspek perkembangan kognitif salah satu perkembangan yang tidak kalah penting dari keseluruhan perkembangan anak usia dini. Perkembangan kognitif adalah kemampuan individu dalam bepikir dan bertindak atau yang bekaitan dengan proses berpikir. Dengan pemberian stimulus atau rangsangan yang optimal maka perkembangan kognitif anak akan berkembang baik.tahap perkembangan kognitif pada anak, ditandai dengan dua tahap yaitu berpikir dengan objek yang realistis sehingga proses berpikir anak harus dirangsang dan berpikir simbolis atau sistematis, dimana berpikir dengan menggunakan simbol-simbol anak sudah mengetahui huruf juga angka (Depdiknas 2010:1). Pernyataan tersebut diperkuat oleh penyataan Piaget dalam Hurlock (1993:114) bahwa anak usia 2-7 tahun termasuk kedalam fase pra operasional yang mana anak berpikir secara simbolik yaitu kemampuan berpikir tentang objek dan peristiwa secara abstrak, kemampuan berpikir simbolik, ditambah dengan perkembangan kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak mempunyai dimensi baru dalam bermain.pada usia tersebut anak mengalami masa peka (sensitive periode), khususnya usia 4-5 tahun dimana anak telah mencapai kesiapan untuk belajar salah satunya, anak sudah siap untuk mengenal huruf seperti yang di ungkapkan Hurlock (Mashar, 2011: 10-11). Pengenalan huruf pada anak merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikembangkan yaitu kemampuan bahasa, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mendengar, berkomunikasi (baik secara lisan maupun tulisan ), menambah pembendaharaan kata anak dan melatih kemampuan membaca dan menulis awal dengan simbol simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis sebagai landasan untuk memasuki usia pendidikan formal (Dhieni dkk, 2006:9.4). Menurut Anderson (Dhieni dkk, 2006:5.5) membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan, proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana serta

3 menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Menurut Peraturan Menteri Standard Paud formal dan Non formal tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun diantaranya; (a) mengenal simbol-simbol, (b) mengenal suara-suara hewan atau benda disekitarnya, (c) membuat coretan yang bermakna dan (d) meniru huruf (BSNP 2009:13). Memahami uraian tersebut dan pentingnya mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan jugamengingat pada saat tersebut otak anakberada pada masa-masa yang sangat mengangumkan dan memiliki potensi yang tidak terbatas untuk dikembangkan, maka tidak salahnya memperkenal huruf pada anak, asal diberikan dengan proses pembelajaran tepat yang sesuai dengan dunia karakteristik anak. Setelah menyimak paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa menanamkan konsep dasar untuk mengenalkan huruf pada anak haruslah dengan cara yang menyenangkan dengan tujuan memberikan pembelajaran tanpa memberi beban melebihi kematangan belajar diusia mereka, dan mengingat karakteristik anak yang diantaranya mudah bosan, penguasaan bahasa yang kurang dan jangka konsentrasi yang pendek, dengan demikian pendekatan pembelajaran dan strategi pendidikan bagi anak haruslah lebih intergratif dan komperhensif serta sesuai dengan dunia dan kebutuhannya (Solehuddin, 1997:7). Mayesty mengungkapkan bahwa pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini adalah dengan kegiatan bermain, karena dengan bermain anak tanpa sadar sedang belajar, anak usia dini tidak bisa membedakan antara bermain dan belajar dan bagi mereka bermain adalah hidup dan merupakan kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari (Sujiono, 2009:144).Piaget dalam (Upton, 2012: 133) mengatakan bahwa belajar dengan kegiatan bermain yang berulang-ulang akan meningkatkan kognitif dan keterampilan mereka secara rileks akan menimbulkan kesenangan dan kepuasaan bagi seorang anak. Dengan bermain anak dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan lainya seperti kognitif, bahasa, fisik dan sosial emosional (Upton, 2012:133-141 ). Fenomena yang terjadi di indonesia masih banyak praktik di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini demi mengejar kemampuan baca-tulis-hitung

4 (calistung), guru sering menggunakan teknik hafalan dan latihan yang mengandalkan kemampuan kognitif. Conny Rioskina Semiawan seorang pakar pendidikan mengkritik model pendidikan pra sekolah di Indonesia yang menurutnya anak-anak terlalu dipaksa untuk hafalan, tetapi kehilangan masa bermain (Sujiono, 2009:131). Senada yang di ungkapkan Prof. Lydia Freyani Hawadi, Psi sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam acara Pekan Olahraga dan Seni Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia di Jakarta, meminta kepada guru PAUD untuk berhenti mengajarkan membaca, menulis dan berhitung yang disingkat dalam proses belajar mengajar, karena pada usia 0-6 tahun adalah masa bermain bagi anak-anak, jadi calistung bisa diajarkan di PAUD, asal tidak dipaksakan dan menggunakan metode yang baik dan benar dan juga tanpa paksaan dan melalui cara yang menyenangkan(farizi, 2014). Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini boleh dikenalkan huruf, asal unsur utama dalam program pembelajarannya adalah bermain. Berdasarkan observasi peneliti di Kober Azkiya kelompok usia 4-5 tahun menyimpulkan bahwa kemampuan anak dalam mengenal huruf kurang maksimal. Sebagian anak belum bisa mengenal huruf, dalam hal ini peneliti melihat dan mempelajari beberapa kegiatan dalam mengenal huruf dirasa kurang menarik bagi anak untuk diikuti. Hal ini disebabkan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena ketebatasan guru dalam metode pengajaran dimana dalam kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga anak menjadi pasif, kemampuan guru yang kurang mengeksplor permainan mengenal huruf sehingga anak menjadi cepat bosan, dan media pembelajaran yang kurang lengkap sehingga kurang memberi peluang kepada anak untuk bereksplorasi. Dengan demikian perkembangan kemampuan anak dalam mengenal huruf di kober Azkiya masih rendah seperti ketika anak diajak menebak huruf awal namanya dengan permainan kartu huruf, anak kesulitan menyebut, juga ketika anak diajak dalam kegiatan lompat kartu huruf, anak cenderung kurang konsentrasi malah mereka terfokus pada kegiatan

5 melompatnya dan tidak menyebutkan huruf-huruf yang mereka lompati, dan ketika permainan oper kartu huruf anak terlihat bosan dan tertarik pada objek lain. Selain itu ketika kegiatan bernyanyi huruf, guru tidak memperlihatkan media huruf sehingga anak tidak mengenal huruf-huruf yang disebut dalam nyanyiannya. Mengingat pentingnya mengembangkan kemampuan mengenal huruf sebagai aspek keterampilan baca tulis awal guna persiapan jenjang akademik berikutnya, juga untuk menambah wawasan pengetahuan anak, maka berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas guru dan peneliti bersama-sama mencari metode yang sarat dengan aktivitas bermain. Seperti yang diungkapkan Frobel bahwa dalam belajar bagi anak usia dini harus lebih menekankan unsur bermain, karena kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak akan menarik perhatian dan mengembangkan pengetahuan mereka (Mutiah, 2012:92). Dalam mengimplementasikan kegiatan bermain sebagai wahana belajar anak di kelas, ada dua cara utama yang dapat digunakan oleh guru pertama bermain di implementasikan secara tidak langsung, yaitu dengan cara melengkapi ruang bermain (play center) atau ruang kelas dengan alat permainan pendidikan, kedua bermain diimplementasikan secara langsung sebagai suatu metode pembelajaran(solehudin, 1997:81).Untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf peneliti memilih cara yang kedua, yaitu guru menggunakan langsung aktivitas bermain sebagai metode pembelajaran bagi anak, dalam hal ini guru dan peneliti berkolaborasi menyajikan suatu permainan. Menurut Jeffrey, Conkey dan Hewson (Sujiono, 2009:146) salah satu jenis permainan untuk pembelajaran anak usia dini yaitu permainan ekploratif (exploratory play), dalam jenis permainan ini memberi kesempatan bagi anak untuk menemukan dan mencari dan merangsang rasa ingin tahu anak (Sujiono, 2009:149). Melihat dari karakteristik jenis permainannya, permainan Peti Harta Karun Huruf karya Cindy Bossed dan Crystal Spring, termasuk dalam permainan eksploratif dimana dalam permainan ini merangsang rasa ingin tahu anak dengan mengajak bereksplorasi mencari dan menemukan huruf bersama, dan

6 dihubungkan dengan benda atau gambar yang dimulai dengan huruf yang sama (Charner,1993: 7).Seperti yang diungkapkan Montessori dalam memperkenalkan permainan membaca dimulai dari unsur huruf, permainan membaca yang Montessori lakukan permainan mengenal huruf dengan menggunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf (Mutiah, 2010:166), misalnya huruf a disertai gambar ayam atau i disertai gambar ikan dalam tema binatang. Maka permainan Peti Harta Karun peneliti simpulkan sangat tepat untuk mengenalkan huruf pada anak, karena dalam tekhnik permainannya selain mengenalkan huruf pada anak juga mengajak anak untuk eksplorasi, memecahkan masalah, bergerak secara motorik dan meningkatkan kompetensi sosial secara menyenangkan.sejalan dengan Dhieni bahwa dalam mengenalkan huruf berikan permainan yang dapat memberikan situasi belajar yang santai dan informal, anak terbebas dari tegangan dan kecemasan, anakanak dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk memberikan tanggapan dan membuat keputusan (Dhieni dkk, 2006:9.25) Merujuk pada permasalahan diatas maka penelitian ini difokuskan pada Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Permainan Peti Harta Karun Huruf Pada Anak Kelompok Usia 4 5 Tahun di Kober Azkiya. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi awal kemampuan mengenal huruf di Kober Azkiya sebelum digunakan permainan Peti Harta Karun Huruf? 2. Bagaimana penerapan permainan Peti Harta Karun Berisi Huruf untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf di Kober Azkiya? 3. Bagaimana kondisi akhir kemampuan mengenal huruf setelah digunakan permainan Peti Harta Karun Huruf di Kober Azkiya?

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengenal huruf sebelum digunakan permainan Peti Harta Karun Berisi Huruf di Kober Azkiya. 2. Untuk mengetahui penerapan permainan Peti Harta Karun Berisi Huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf di Kober Azkiya. 3. Untuk mengetahui kondisi akhir kemampuan mengenal huruf setelah digunakan permainan Peti Harta Karun Berisi Huruf. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa Anak akan memperoleh pembelajaran mengenal huruf yang menarik, memyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf. 2. Bagi guru Meningkatkan pemahaman guru tentang permainan Peti Harta Karun Huruf, serta memberikan pengalaman kepada guru dalam merancang pembelajaran di Kelompk bermain dengan menggunakan permainan Peti Harta Karun Berisi Huruf 3. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan penelitian mengenai permainan Peti Harta Karun Berisi Huruf terhadap kemampuan mengenal huruf di Kober Azkiya. F. Struktur Organisasi penulisan Skripsi Adapun struktur organisasi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab berdasarkan atas Pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan dibagian akhir atau bab ke lima, peneliti memberikan simpulan dan rekomendasi. BAB I. PENDAHULUAN

8 Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pendahuluan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi penulisan skripsi BAB II. MENINGKATKAN KEMAMPUAN HURUF PADA ANAK MELALUI PERMAINAN PETI HARTA KARUN HURUF Berisi tentang karakteristik anak usia dini, konsep huruf, bermainan dan permainan, dan penelitian yang relevan. BAB III.METODE PENELITIAN Berisi tentang desain penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitan, definisi operasional penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi instrumen penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, dan validasi data. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN membahas tentang Hasil Penelitian, dan pembahasan penelitian. BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI