Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas Infark Miokard Akut. The Relationship between Neutrophil Count and Acute Myocardial Infarction Mortality

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi Jakarta ibukota

HUBUNGAN ANGKA LEUKOSIT DENGAN KEJADIAN CARDIAC EVENT PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG A5 UPJ RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI BLU/RSUP PROF. DR. R.D.

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

PREVALENSI PASIEN INFARK MIOKARD AKUT YANG MENJADI CARDIAC ARREST DI ICU/HCU RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

ILM. 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. defisiensi besi sebanyak 25 sebagai kasus dan 37 anak dengan Hb normal

HUBUNGAN ANTARA LUAS INFARK MIOKARD BERDASARKAN HASIL EKG DENGAN KADAR TROPONIN T PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT STEMI DAN NON STEMI DI RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

[BAB.I PENDAHULUAN] 2012 BAB I

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Muhammad Lingga Primananda 1, Masrul Syafri 2, Malinda Meinapuri 3

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

HUBUNGAN ANTARA ANGKA LEUKOSIT DENGAN ANGKA KEMATIAN PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT DI RSUD DR. MOEWARDI PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas Infark Miokard Akut The Relationship between Neutrophil Count and Acute Myocardial Infarction Mortality Abstrak Mugi Restiana Utami 1, Adang Muhammad Gugun 2* 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: adang_patklin@yahoo.com Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi otot jantung yang tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen. Jaringan yang mengalami infark dapat menimbulkan reaksi peradangan pada daerah perbatasan antara infark dengan jaringan hidup. Neutrofil dengan cepat memasuki daerah yang mati dan mulai melakukan penghancuran. Neutrofilia merupakan petanda inflamasi pada kejadian koroner akut dan mempunyai nilai prognostik. Belum ada penelitian yang spesifik pada angka neutrofil sebagai prediktor mortalitas infark miokard akut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan angka neutrofil dengan mortalitas IMA. Jenis penelitian analitik observasional dengan desain studi kasus kontrol dengan menggunakan rekam medis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dikelompokkan menjadi kelompok meninggal dan kelompok yang masih hidup. Didapatkan 146 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, 38 orang dalam kelompok yang meninggal dan 108 orang untuk kelompok yang masih hidup. Hasil analisis dengan chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang meninggal maupun yang masih hidup dengan nilai OR 1,476 (% CI 0,65-3,22; p=0,368), sehingga dapat disimpulkan bahwa angka netrofil tidak berhubungan dengan mortalitas IMA. Kata kunci: Infark miokard akut, mortalitas, neutrofilia Abstrak Acute Myocardial Infarction (AMI) is an insufficiency of oxygen and blood in myocard. Infarction can induce inflammation reaction in borderline area of infarct and health tissue. Neutrophil enter to infarct area immediately and destroy. Neutrophilia is inflammation marker in acute coroner syndrome and have prognostic value. There is no a specific research about neutrophil as predictor of mortality of acute myocardial infarction. The objective research is to ascertain the relationship between neutrophil counts following acute myocardial infarction during hospitalization. An observational analytical research was done on AMI patients were hospitalized in the PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital with case control design using medical records. Subject who fulfilled inclusion and exclusion criteria were divided into 2 groups, death group and live group. There were 146 samples which were divided into 2 groups, 38 patients in death group and 108 patients in live group. Chi square test showed that there is no significance statistically between death group and live group with OR 1,44 (% CI 0,65-3,22; p=0,368). Neutrophil count does not related with mortality of AMI. Key words: Acute myocardial infarct, mortality, neutrophilia 1

Mugi Restiana Utami, Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas... PENDAHULUAN Infark Miokard Akut (IMA) adalah suatu kondisi dimana otot jantung tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen akibat aterosklerosis pembuluh darah jantung sehingga sel otot jantung mati. 1 Di Indonesia, penyakit kardiovaskular termasuk PJK menempati urutan pertama penyebab seluruh kematian, yaitu mencapai 16% pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992. Survei Kesehatan Rumah Tangga Survei Kesehatan Nasional (SKRT-Suskernas) tahun 19 mencatat peningkatan hingga 18,9%. Hasil SKRT-Suskernas tahun 2001 malah menunjukkan angka 26,4 %. 2 Infark miokard merupakan proses lanjut dari iskemik miokard dimana terjadi penurunan aliran darah yang menuju miokard. Iskemik miokard disebabkan aterosklerosis yang mengawali proses inflamasi kronik dinding arteri dan menyebabkan timbulnya ateroma. 3 Proses inflamasi menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis. 4 Selain itu, reaksi inflamasi juga terjadi pada daerah perbatasan antara infark dengan jaringan hidup. Neutrofil dan makrofag dengan cepat memasuki daerah yang mati, melakukan penghancuran. Sebagai hasil dari penghancuran, terbentuk jaringan parut pada daerah infark. 5 Oleh karena itu, adanya peningkatan neutronfil merupakan petanda inflamasi pada kejadian koroner akut dan mungkin mempunyai nilai prognostik pada IMA. Penelitian sebelumnya menunjukkan leukositosis dan neutrofilia relatif pada IMA berhubungan dengan kejadian gagal jantung kongestif selama perawatan di rumah sakit. 6,7 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan angka neutrofil dengan mortalitas IMA. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian adalah analitik observasional dan desain studi kasus kontrol mengunakan rekam medis. Subjek penelitian adalah pasien IMA yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2006-Juli 2009. Subjek diseleksi melalui kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi terdiri dari subjek yang didiagnosis IMA dan melakukan pemeriksaan angka nutrofil, sedangkan kriteria eksklusi terdiri dari subjek yang sedang menderita penyakit berat. Subjek dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah pasien IMA yang meninggal selama masa perawatan di rumah sakit, sedangkan kelompok kontrol adalah pasien yang bertahan hidup selama masa perawatan di rumah sakit. Selanjutnya, masingmasing kelompok dikelompokkan lagi sesuai dengan angka neutrofil, yaitu menjadi kelompok neutrofilia jika angka neutrofil relatif >65% atau kelompok tidak neutrofilia jika angka neutrofil relatif <65%. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah angka neutrofil pasien IMA dan variabel terikatnya adalah mortalitas pasien IMA. Pengolahan dan metode analisa data yang digunakan adalah uji Chi square dengan tabel 2x2 antara angka neutrofil dengan mortalitas pasien IMA. HASIL Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Angka Neutrofil Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 30-39 40-49 50-59 >60 9 33 40 64 6,16 22,60 27,40 43,84 Angka Neutrofil Netropenia/normal Neutrofilia Mortalitas Hidup Meninggal 108 38 73,97 26,03 Total 146 100 2

Mutiara Medika Tabel 2. Tabulasi Data Angka Neutrofil Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Jenis Neutrofilia Tidak neutrofilia Total Kelamin n % n % n % Laki-laki Perempuan 65 30 44,52 20,54 30 21 20,55 14,38 30-39 40-49 50-59 >60 5 19 23 48 3,42 13,01 15,75 32,88 4 14 17 16 2,74 9,59 11,64 10,96 9 33 40 64 6,16 22,60 27,40 43,84 Total 146 100 Tabel 4. Hasil Rerata Angka Neutrofil Angka Neutrofil min (%) max (%) x (%) 7.43 92,70 68,88 Tabel 5. Hasil Uji Chi Square Angka Neutrofil dengan Mortalitas IMA Angka Status Neutrophil Mati Hidup Total x 2 df p Neutrofilia 27 68 Tidak netrofilia 11 40 0,809 1 0,368 Total 38 108 146 Tabel 1. menjelaskan bahwa sebagian besar pasien IMA berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak orang (%). Usia yang paling banyak mengalami IMA adalah usia lebih dari 60 tahun, yaitu 64 orang (43,84%). Pada Tabel 2. dapat dilihat pula semakin tua umur seseorang semakin tinggi prevalensi IMA. Selain itu, sebagian besar pasien IMA mengalami neutrofilia, yaitu sebanyak 108 orang (%). Sebanyak 38 orang (26,03%) meninggal atau termasuk kelompok kasus dan 108 orang (73,97%) hidup atau selama menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta termasuk kelompok kontrol. Pada Tabel 2. kelompok subjek yang paling banyak mengalami neutrofilia adalah sebanyak 65 Tabel 3. Tabulasi Data Responden Kasus-Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Angka Neutrofil Jenis Kelamin Meninggal Hidup Total n % n % n % Laki-laki 22 15,07 73 50,00 Perempuan 16 10,96 35 23,97 30-39 2 1,37 7 4,79 9 6,16 40-49 7 4,79 26 17,81 33 22,60 50-59 8 5,48 32 21,92 40 27,40 >60 21 14,39 43 29,45 64 43,84 Angka neutrofil Tidak neutrofilia 11 7,53 40 27,40 Neutrofilia 27 18,50 68 46,57 Total 38 26,03 98 73,97 146 100 orang (44,52%) pada kelompok laki-laki, sedangkan kelompok umur yang banyak mengalami neutrofilia adalah kelompok umur lebih dari 60 tahun, yaitu 48 orang (32,88%). Tabel 3. menunjukkan bahwa subjek yang meninggal lebih banyak pada kelompok laki-laki dari pada kelompok perempuan, yaitu sebanyak 22 o- rang (15,07%). Berdasarkan kelompok usianya, kelompok usia lebih dari 60 tahun merupakan kelompok terbanyak yang meninggal, yaitu sebanyak 21 orang (14,39%). Subjek yang mengalami neutrofilia lebih banyak yang meninggal dibandingkan kelompok tidak neutrofilia, yaitu sebanyak 27 orang (18,50%). Tabel 4. menunjukkan bahwa angka neutrofil responden rata-rata sebesar 68,88% dengan nilai mínimum 7,43% dan maksimum 92,70%. Angka 68,88% berada diatas batas normal, yaitu 65%. Pada Tabel 5. nilai signifikansi menunjukkan angka 0,368 dan didapatkan nilai Odd Ratio sebesar 1,44 (% CI 0,65-3,22). Oleh karena p> 0,05, maka H o diterima yang berarti tidak ada hubungan antara neutrofilia dengan mortalitas pada pasien IMA yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama periode Januari 2006 - Juli 2009. DISKUSI Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pasien yang mengalami IMA terbanyak berjenis ke- 3

Mugi Restiana Utami, Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas... lamin laki-laki (%) dan terdapat pada rentang umur lebih dari 60 tahun (43,83%). Hal ini sesuai dengan data tentang prevalensi IMA di Yogyakarta, sekitar 75,61% dari seluruh penderita IMA adalah laki-laki dan sekitar 43,90% IMA terjadi pada kelompok rentang umur lebih dari 60 tahun. 8 Sebagian besar dari sampel mengalami neutrofilia, baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Selain itu, pasien yang mengalami neutrofilia memiliki angka mortalitas yang tinggi. Dalam sebuah penelitian prospektif bahwa neutrofilia relatif yang terjadi pada saat pasien masuk ke rumah sakit dengan gejala IMA berguna sebagai indikator awal bagi pasien yang beresiko tinggi menderita CHF. 9 Neutrofil merupakan salah satu dari sistem imun non spesifik tubuh. 10 Neutrofilia pada IMA terjadi karena infiltrasi netrofil pada area iskemik miokardium Setelah teraktivasi, neutrofil dapat berubah bentuk dan menempel pada endotel. 10 Neutrofil bermigrasi ke jaringan miokardium dan difasilitasi oleh molekul adhesi yang terdapat pada sel. Neutrofil menyebabkan sumbatan pembuluh darah dan melepaskan enzim degradasi dan Reactive Oxygen Species (ROS). 11 Neutropenia dapat terjadi akibat gagalnya menurunkan disfungsi mekanikal, untuk mengurangi aritmia, atau untuk mencegah abnormalitas pembuluh darah setelah terjadi oklusi. Selain itu juga dapat berkaitan dengan penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada pasien IMA Efek neutrofilia dalam meningkatkan mortalitas IMA dapat menurun akibat penggunaan ACE inhibitor karena memiliki senyawa anti oksidan. Namun dalam sebuah penelitian, kejadian gagal jantung terkait dengan neutrofilia sama pada pasien IMA yang menggunakan ACE inhibitor dan yang tidak menggunakan ACE inhibitor. 9 Kondisi hiperglikemia dapat menurunkan aktivitas neutrofil sehingga dapat meningkatkan kejadian infeksi pada pasien Diabetes Mellitus. Peningkatan glukosa dalam plasma dapat menghambat degranulasi neutrofil sebaik pada opsonisasi. 12 Meningkatnya mortalitas IMA yang meninggal pada kelompok usia yang semakin tua mungkin akibat beberapa faktor yang berhubungan dengan perubahan fisiologis fungsi jantung terkait dengan perubahan usia dalam memberikan respon pada inflamasi miokardium. 9 Secara deskriptif, proporsi sampel yang meninggal terbesar adalah pada kelompok sampel yang mengalami neutrofilia (18,50%). Namun secara statistik menunjukkan nilai yang tidak signifikan, p=0,409>0,05 artinya angka neutrofil tidak berhubungan dengan mortalitas pada kasus IMA yang dirawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2006-Juli 2009. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa leukositosis hanya memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian gagal jantung daripada kejadian cardiac event lainnya (kematian, aritmia ventrikular, dan syok kardiogenik) (p= 0,001). 7 Oleh karena itu, angka neutrofil tidak bisa dijadikan sebagai prediktor mortalitas pada IMA karena neutrofil hanya menggambarkan respon imun secara umum atau non spesifik. Banyak faktor yang mempengaruhi sistem imun nonspesifik seseorang, seperti spesies, keturunan, umur, hormon, suhu, faktor nutrisi, flora normal bakteri, dan stres. 10 4

Mutiara Medika SIMPULAN Tidak ada hubungan yang bermakna antara angka neutrofil dengan mortalitas pada pasien infark miokard akut di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dirawat selama periode Januari 2006-Juli 2009. DAFTAR PUSTAKA 1. Fenton, D.E. 2008. Myocardial infarction. Diakses pada tanggal 3 April 2009 dari http:// emedicine.medscape.com/article/759321- overview 2. Yahya, A.F. 2009. Terapi penyakit jantung koroner diakses pada tanggal 3 April 2009, dari http://huxleyi.wordpress.com/2009/02/02/ terapi-penyakit-jantung-koroner/ 3. Brown, C.T. 2005. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam H. Hartanto, N. Susi, P. Wulansari, & D.A. Mahanani (Ed.). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC (Original work published 2002) 4. Van Der Wal, A.C., Becker, A.E., Van Der Loos, C.M., Das, P.K. 1994. Site of intimal rupture or erosion of thrombosed coronary atherosclerotic plaques in characterized by an inflammatory process irrespective of the dominant plaque morphology. Circulation, 89 (1): 36 44 5. Wilson, L. M. 2005. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam H. Hartanto, N. Susi, P. Wulansari, & D.A. Mahanani (Ed.). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC (Original work published 2002) 6. Kyne, L., Hausdorff, J.M., Kninght, E., Dukas, L., Azhar, G., Wei, J.Y. 2000. Neutrophilia and Congestive Heart Failure After Acute Myocardial Infarction. Am Heart J. 139 (1 Pt 1): 94-100. 7. Setianto, B.Y., Rochmah, W., Nurohman, A. 2003. Hubungan Angka Leukosit pada Infark Miokard Akut dengan Kejadian Cardiac Event Selama Dirawat di Rumah Sakit. Berkala Ilmu Kedokteran, 35 (1): 31-37. 8. Widowati, I.,K. 2005, April. Evaluasi terapi obat pada penanganan pasien Infark Miokard Akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta tahun 2005. Repository Archive Center UII. Diakses pada 2 April 2009 dari http://rac.uii. ac.id/index.php/ record/view/776 9. Baratawidjaja, K. G. 2004. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 10. Wei, J.Y. 2000. Neutrophilia and congestive heart failure after acute MI: Discussion. Diakses pada tangggal 10 november 2009 dari http://www.medscape. com/v iewarticle / 409073_4 11. Yellon, D.M., Hausenloy, D.J. 2007. Mechanisms of Disease Myocardial Reperfusion Injury. New Engl J Med, 357 (11): 1121-1135. 12. Nader, N. D., Sparlin, J. A. 2008. Neutrophilia. Diakses pada tanggal 5 April 2009 dari http:// emedicine.medscape. com/article/208576- overview 5