Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Good Corporate Governance pada Kualitas Laba Nama : Gahani Purnama Wati NIM : Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui seberapa baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA KUALITAS LABA. Gahani Purnama Wati 1 I Wayan Putra 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kontrak atau mengambil keputusan investasi menjadi informasi

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Laporan keuangan yang menjadi sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan bagi pengguna laporan keuangan baik pihak internal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor, dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

Judul : Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent).teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan pertambangan go public yang tercatar pada tahun 1995

Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang melaporkan laba yang tidak menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi)

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba. Laba merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

Judul : Pengaruh Leverage dan Ukuran Perusahaan pada Earnings Response Coefficient Nama : A.A. Puteri Kusuma Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi baik itu laporan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bentuk pajak (Jin dan Machfoedz, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uncertainties and risk inherent in business situation are adequately. lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui kebijakan dividen tunai yang matang (Ronosulistyo, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas laba dapat dipandang dalam dua sudut. Pandangan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

: LOLLI ADRIANI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan antara dua belah pihak yaitu antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. internal (Belkaoi, 2006 dalam Prastiti, 2013). 1, informasi laba merupakan sasaran utama dalam menilai kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Tujuan utama darisetiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.

Transkripsi:

Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Good Corporate Governance pada Kualitas Laba Nama : Gahani Purnama Wati NIM : 1315351151 Abstrak Kualitas laba adalah laba yang mencerminkan kelanjutan laba di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kondisi kas yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya. Berdasarkan pada teori agensi, penelitian ini menggunakan tiga faktor yang diduga mempengaruhi kualitas laba. Ketiga faktor yang dimaksud adalah ukuran perusahaan, leverage, dan Good Corporate Governance (GCG) sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, leverage, dan GCG pada kualitas laba. Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan juga termasuk dalam pemeringkat Corporate Governance Perception Index (CGPI) pada periode 2010 sampai 2014. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 60 perusahaan dengan metode purposive sampling. Proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas laba adalah Quality of Income Ratio. Variabel ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln Total Asset. Variabel Levergae diproksikan oleh Debt to Total Asset Ratio. Variabel GCG diproksikan oleh Corporate Governance Perception Index (CGPI). Data diperoleh dengan mengakses website BEI dan website IICG. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh pada kualitas laba. Variabel GCG terbukti berpengaruh positif pada kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya GCG kinerja perusahaan menjadi lebih efisien sehingga perusahaan berpeluang menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Kata Kunci: ukuran perusahaan, leverage, GCG, kualitas laba. DAFTAR ISI 1

Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 11 1.3 Tujuan Penelitian... 11 1.4 Kegunaan Penelitian... 11 1.5 Sistematika Penulisan... 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 15 2.1.1 Teori Keagenan... 15 2.1.2 Teori Pesinyalan... 21 2.1.3 Kualitas Laba... 23 2.1.4 Ukuran Perusahaan... 28 2.1.5 Leverage... 29 2.1.6 Good Corporate Governance... 31 2.2 Hipotesis Penelitian... 37 2.2.1 Ukuran Perusahaan pada Kualitas Laba... 37 2.2.2 Leverage pada Kualitas Laba... 38 2.2.3 GCG pada Kualitas Laba... 39 2

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 40 3.2 Lokasi Penelitian.... 40 3.3 Obyek Penelitian... 41 3.4 Identifikasi Variabel... 41 3.5 Definisi Operasional Variabel... 42 3.6 Jenis dan Sumber Data... 44 3.6.1 Jenis data... 44 3.6.2 Sumber data... 45 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 45 3.8 Metode Pengumpulan Data... 47 3.9 Teknik Analisis Data... 48 3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif... 48 3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 48 3.9.3 Analisis Regresi Linear Berganda... 50 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian... 54 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia... 54 4.1.2 Corporate Governance Perception Index... 56 4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian... 58 4.2.1 Statistik Deskriptif... 58 4.2.2 Uji Asumsi Klasik... 60 4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda... 63 4.2.4 Koefisien Determinasi... 64 4.2.5 Uji Statistik F... 64 4.2.6 Uji Statistik t... 65 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 66 4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Kualitas Laba... 66 4.3.2 Pengaruh Leverage pada Kualitas Laba... 67 3

BAB V 4.3.3 Pengaruh Good Corporate Governance pada Kualitas Laba... 69 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 71 5.2 Saran... 71 DAFTAR RUJUKAN... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 78 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan (Sutopo, 2009). Terdapat berbagai pengertian mengenai kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan di dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003) dalam Sutopo (2009) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu: Berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal, discretionary accruals (akrual abnormal/da), dan estimasi hubungan akrual-kas. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978) dan juga dapat berdasarkan keputusan implementasi. Perkembangan dalam bidang perekonomian di Indonesia telah menyebabkan peranan akuntansi sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan keuangan semakin penting. Akuntansi berperan dalam penyajian data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, yang terdiri dari laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 5

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan yang dilengkapi dengan laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai kinerja keuangan selama periode akuntansi tertentu, dan posisi keuangan pada saat tertentu yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Berbagai informasi yang tersedia di dalam laporan keuangan diperlukan oleh para investor, kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Informasi laba dalam laporan keuangan menjadi informasi yang sangat penting, khususnya bagi pengguna laporan keuangan yang akan melakukan kontrak ataupun mengambil keputusan investasi. Melalui informasi laba yang terkandung di dalam laporan keuangan dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola sumber dayanya. Dalam perspektif tujuan kontrak, informasi laba dapat digunakan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan praktik corporate governance, juga dapat digunakan sebagai dasar untuk alokasi gaji dalam suatu perusahaan. Dalam perspektif pengambilan keputusan investasi, informasi laba penting bagi investor untuk mengetahui kualitas laba sebagai informasi. Oleh karena itu kualitas laba 6

menjadi perhatian bagi investor dan para pengambil kebijakan akuntansi serta pemerintahan. Laporan keuangan merupakan alat untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai tanggungjawab manajemen atas kinerjanya. Adanya tindakan manajemen yang melaporkan laba yang tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya mengakibatkan laba yang dihasilkan menjadi diragukan kualitasnya. Fenomena ini dapat merugikan banyak pihak pengguna laporan keuangan dimana masing-masing pihak mempunyai kepentingan tersendiri atas informasi dari laporan keuangan tersebut. Schipper dan Vincent (2003) mengatakan bahwa kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi. Saat ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Tercatat telah terjadi banyak skandal keuangan di perusahaan-perusahaan publik dengan melibatkan persoalan laporan keuangan yang pernah diterbitkannya. Skandal pelaporan keuangan sudah banyak terjadi, di luar negeri terdapat kasus skandal pelaporan akuntansi dengan melakukan manajemen laba, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al., 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Sementara menurut beberapa media masa, lebih banyak lagi 7

perusahaan-perusahaan non publik melakukan pelanggaran yang melibatkan persoalan laporan keuangan. Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat berdampak pada tidak maksimalnya tujuan yang dicapai pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Menurut Sofian et al. (2011), laba dianggap sebagai informasi yang paling signifikan yang dapat memandu dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Kualitas laba yang dihasilkan perusahaan mempengaruhi reaksi yang diberikan (Easton, 1989). Kualitas laba yang tinggi menunjukkan bahwa investor tertarik pada informasi laba (Molaei et al., 2012). Ketika keuntungan perusahaan meningkat, maka laba perusahaan dikatakan berkualitas (Hejazi et al., 2005). Pentingnya informasi laba yang terkandung di dalam laporan keuangan perusahaan menyebabkan para manajer melakukan berbagai cara untuk menyusun laporan keuangan seefektif mungkin baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal. Hal inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya asimetri 8

informasi antara pihak manajemen dan prinsipal yang dikenal sebagai konflik agensi. Konflik keagenan menyebabkan terjadinya sifat manajemen yang melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Jika hal ini terjadi maka berakibat pada rendahnya kualitas laba yang dihasilkan. Kualitas laba dapat didefinisikan sebagai kemampuan laba dalam menjelaskan informasi yang terkandung di dalamnya yang dapat membantu pembuatan keputusan oleh pembuat keputusan (Dechow et al., 2010). Rendahnya kualitas laba dapat mengakibatkan para penggunanya membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan. Laba yang tidak menunjukkan kebenaran informasi kinerja manajemen akan berdampak pada tidak maksimalnya tujuan yang dicapai oleh para penggunanya. Berdasarkan teori keagenan, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menjadikan kualitas laba sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kualitas informasi keuangan. Tingginya kualitas informasi keuangan berasal dari tingginya kualitas laporan keuangan. Bellovary et al. (2005) menyatakan bahwa kualitas laba adalah kemampuan laba dalam menentukan kebenaran laba perusahaan dan memprediksi laba yang akan datang dengan mempertimbangkan stabilitas perusahaan dan persistensi laba. Pentingnya informasi laba juga dijelaskan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 yang menyatakan bahwa laba selain digunakan untuk menilai kinerja manajemen juga dapat membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk menaksir risiko dalam suatu investasi atau kredit. 9

Menurut Penman dan Cohen (dalam Wibowo 2009), Laba tahun berjalan memiliki kualitas yang baik jika laba tersebut menjadi indikator yang meyakinkan untuk memprediksi laba masa mendatang, atau berhubungan secara kuat dengan arus kas operasi di masa mendatang (future operating cash flow). Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas dan komparabilitas atau konsistensi (Sutopo, 2009). Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan (Sutopo, 2009). Terdapat berbagai pengertian mengenai kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan di dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003) dalam Sutopo (2009) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu: Berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal, discretionary accruals (akrual abnormal/da), dan estimasi hubungan akrual-kas. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). Kualitas laba juga dapat berdasarkan keputusan implementasi Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kualitas laba, yakni: risiko sistematik atau beta, ukuran perusahaan, persistensi laba, struktur modal, kualitas 10

auditor, likuiditas, kualitas akrual dan good corporate governance. Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil. Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan yang pertama adalah dapat menentukan kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal, kelebihan kedua ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam berbagai kontrak yang terkait dengan operasional perusahaan dan kelebihan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba (Sawir, 2004). Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri (Lisa dan Jogi, 2013). Menurut Setiyadi (2007) ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah tenaga kerja yang merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu, tingkat penjualan yang merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, total utang yang merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu dan total asset yang merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu. Jang, dkk. (2007) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi kualitas laba adalah ukuran perusahaan, struktur modal, persistensi laba, pertumbuhan laba, 11

likuiditas, kualitas akrual yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Ukuran perusahaan berhubungan dengan kualitas laba sebab semakin besar ukuran suatu perusahaan maka kelangsungan usaha perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tak perlu melakukan praktik manipulasi laba. Suatu perusahaan dikatakan berkualitas apabila laba yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan laba yang sesungguhnya dan menggambarkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya. Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan, yaitu antara modal yang dimiliki bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan (Fahmi, 2013:179). Struktur modal diukur dari tingkat leverage (Hossain et al., 2012). Struktur modal yang diukur dengan leverage merupakan suatu variabel untuk mengetahui seberapa besar asset perusahaan dibiayai oleh utang perusahaan. Utang yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan (Keshtavar et al., 2013). (Purwanti (2010) menganalisis pengaruh volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, leverage, siklus operasi, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan likuiditas terhadap kualitas laba dengan hasil penelitian leverage berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset perusahaan. Rasio ini dapat melihat sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. 12

Perusahaan yang baik semestinya mempunyai modal lebih besar dari pada utang. Tingkat rasio leverage yang tinggi berarti perusahaan menggunakan utang yang tinggi pula dan ini berarti profitabilitas perusahaan akan meningkat, namun disisi lain utang yang tinggi akan meningkatkan risiko kebangkrutan. Kreditur lebih menyukai rasio ini bernilai rendah karena semakin rendah rasio ini maka akan semakin besar perlindungan terhadap kerugian peristiwa likuidasi, sedangkan bagi para pemegang saham mengharapkan tingkat leverage yang besar dengan tujuan laba akan dapat ditingkatkan. Scott (2009) menunjukkan bahwa penggunaan utang akan direspon negatif oleh investor karena investor akan beranggapan bahwa perusahaan akan lebih mengutamakan pembayaran utang daripada pembayaran dividen. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka kualitas labanya semakin rendah karena adanya indikasi bahwa pihak manajemen perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal mengakibatkan munculnya potensi konflik yang dapat memengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mashayekhi dan Bazaz (2010) menemukan bahwa ukuran dari kualitas mekanisme good corporate governance adalah seberapa efektif mekanisme 13

tersebut dalam mengurangi konflik keagenan antara pemilik dan direksi. Muid (2009) meneliti pengaruh corporate governance terhadap kualitas laba dan menemukan bahwa 2 mekanisme good corporate governance yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif pada kualitas laba, dan dua mekanisme lainnya yaitu dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh pada kualitas laba. Tuwentina (2014) meneliti pengaruh good corporate governance pada kualitas laba, ditemukan bahwa good corporate governance dengan Corporate Governance Perception Index (CGPI) tidak berpengaruh pada kualitas laba. Menurut Meeampol et al. (2013), Good Corporate Governance merupakan faktor yang krusial dari seluruh gambaran dalam sebuah organisasi baik swasta, publik atau nirlaba sebagai indikasi tata kelola perusahaan yang baik yang secara langsung dapat memberikan nilai ekonomi pada orang terkait. Istilah good corporate governance lebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan sebagai suatu praktik pengelolaan perusahaan dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan stakeholders. Dengan penerapan good corporate governance, maka diharapkan pengelolaan sumber daya perusahaan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan diterapkannya lima prinsip good corporate governance yang baik, yaitu: transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness. Bistrova dan Lace (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik akan meminimalisasi adanya manipulasi laporan keuangan. 14

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan pada kualitas laba? 2) Bagaimana pengaruh leverage pada kualitas laba? 3) Bagaimana pengaruh good corporate governance pada kualitas laba? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk memperoleh bukti empiris dan menjelaskan pengaruh ukuran perusahaan pada kualitas laba. 2) Untuk memperoleh bukti empiris dan menjelaskan pengaruh leverage pada kualitas laba. 3) Untuk memperoleh bukti empiris dan menjelaskan pengaruh good corporate governance pada kualitas laba. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini mampu memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage, dan good corporate governance pada kualitas laba. Teori keagenan merupakan teori yang menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak 15

yang memberi wewenang dengan pihak yang menerima wewenang dalam bentuk kontrak kerjasama. Kontrak kerjasama yang dilakukan dapat menimbulkan konflik keagenan yang disebabkan oleh kepentingan yang saling bertentangan antara prinsipal dan agen yang akan berakibat pada rendahnya kualitas laba. Untuk mengatasi dan meminimalisasi konflik keagenan menimbulkan biaya yang disebut dengan biaya agensi, merupakan biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan sehingga dapat dicapainya kualitas dalam pelaporan informasi keuangan perusahaan. Teori pesinyalan merupakan pemberian sinyal oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi, yang dilakukan dengan memberikan informasi mengenai laporan keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang mampu menghasilkan laba yang lebih berkualitas 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan perusahaan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas laba perusahaan. Penelitian ini dapat sebagai bahan evaluasi bagi prinsipal dan agen untuk saling bekerjasama sehingga dapat menghasilkan laba yang berkualitas dan juga bagi regulator untuk dapat memperbaiki Good Corporate Governance yang ditetapkan agar dapat meningkatkan kualitas penilaian dari The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) untuk kualitas tata kelola perusahaan. 16

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan. Gambaran dari masing-maisng bab adalah sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan Secara ringkas diuraikan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini meliputi latar belakang, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan objek penelitian yang meliputi teori keagenan, teori pesinyalan, kualitas laba, ukuran perusahaan, leverage dan good corporate governance. Bab III : Metode Penelitian Bab ini memuat identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini membahas gambaran umum Bursa Efek Indonesia dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran 17

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran bagi kepentingan perusahaan yang diteliti. 18