I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

Penentuan jenis outlet untuk pertumbuhan mikroalga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan

I. PENDAHULUAN. yaitu ± ,42 Km (Dahuri dkk, 2011). Di laut, tumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus segera ditanggulangi. Eksploitasi secara terus-menerus terhadap bahan

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TESIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pesatnya perkembangan industri di berbagai daerah di tanah air

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam habitat akuatik/perairan maupun terestrial/daratan. Keanekaragaan

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. sering digunakan oleh seluruh manusia di dunia ini. Menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pengaruh Konsentrasi Nutrien dan Konsentrasi Bakteri Pada Prosduksi Alga Dalam Sistem Bioreaktor Proses Batch

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

I. PENDAHULUAN. memerlukan area yang luas untuk kegiatan produksi. Ketersediaan mikroalga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

I. PENGANTAR. (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies ikan air tawar dan ikan air laut yang. dibudidayakan mempunyai nilai ekonomis penting.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

(Prof. Dr. Ir.Yonny Koesmaryono, MS) (Dr.Ir.Mujizat Kawaroe, M.Si) NIP NIP

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus sp. yang Dibudidayakan Pada Media Limbah Cair Tapioka

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

I. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok dengan bakteri dan jamur (Cambra dan Aboal, 1992 dalam Febrianty,

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan akumulasi emisi karbondioksida (CO 2 ). Kelangkaan bahan bakar fosil

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan, terutama setelah berkembangnya kawasan industri baik dari sektor pertanian maupun sektor teknologi industri. Salah satu industri di Indonesia yang semakin berkembang adalah industri pengolahan karet. Perkembangan industri karet memberikan dampak yang positif sebagai salah satu agroindustri potensial sebagai penghasil devisa negara. Saat ini produksi karet alam di Indonesia melebihi 3 juta ton per tahun dan akan terus ditingkatkan lagi mengingat potensi lahan yang ada mencapai 2,5 juta hektar. Pendapatan devisa dari komoditi karet ini pada tahun 2006 mencapai US $ 4,3 milyar dan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, karet menyumbang devisa dari 25% hingga 40% terhadap total ekspor produk perkebunan (Neraca, 2015) Namun dalam proses pengolahan karet olahan seperti karet remah menghasilkan limbah cair yang bersumber dari tahap koagulasi, penggilingan dan pencucian. Limbah tersebut mengandung bahan organik yang berasal dari serum dan partikel karet yang belum terkoagulasi (Utomo dkk, 2012). Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan penanganan akan berpotensi mencemari lingkungan perairan. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2014), setiap industri memiliki

2 kewajiban yang harus dipenuhi untuk mengendalikan pencemaran dan buangan limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi. Karakteristik limbah cair karet menunjukkan limbah cair karet remah mengandung bahan organik dan nutrien yang tinggi sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai media pertumbuhan mikroalga. Mikroalga merupakan salah satu tumbuhan air mikroskopik yang diduga memiliki peran dalam mendegradasi polutan dalam limbah cair karet. Hal ini didukung dengan pendapat yang dinyatakan oleh Palmer (1985) bahwa mikroalga yang tumbuh pada limbah cair karet adalah mikroalga yang memiliki peran yang penting dalam proses dekomposisi limbah cair karet. Menurut Loehr (1974), alga dapat menyimpan kelebihan nutrien dalam masa selnya, oleh karena itu dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil beberapa nutrien N dan P yang terdapat pada hasil buangan atau limbah cair. Bahan organik pada kolam limbah cair karet remah dimetabolisme oleh bakteri dengan produk akhir dari metabolisme tersebut adalah karbondioksida, ion amonium, ion nitrat dan ion fosfat. Mikroalga mendapatkan energi dari sinar matahari dan menggunakan bahan anorganik seperti CO 2, amonium atau fosfat untuk pertambahan selnya. Sistem penanganan limbah cair dengan memanfaatkan mikroalga merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah limbah cair, karena penanganannya mudah, murah, dan di dalam limbah cair cukup tersedia nutrien yang dibutuhkan mikroorganisme tersebut serta ramah lingkungan. Sistem ini diharapkan dapat memberikan kontribusi solusi untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan dapat menurunkan kandungan bahan organik pada limbah cair

3 karet remah. Selain itu, hasil dari sistem penanganan secara biologis tersebut berupa biomasa yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi sumber energi baru berupa biodiesel. Nannochloropsis sp. merupakan salah satu jenis mikroalga yang memiliki potensi sebagai bahan baku alternatif pembuatan biodiesel karena memiliki kandungan minyak sekitar 31-68% (Chisti, 2007). Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam optimasi pertumbuhan mikroalga pada limbah cair karet remah ini adalah Open Ponds System. Nannochloropsis sp. ini akan dikultivasi pada limbah cair karet remah yang berasal dari kolam yang berbeda. Limbah cair yang digunakan berasal dari kolam Fakultatif II, kolam Aerobik I, dan kolam Aerobik II sebagai media pertumbuhan Nannochloropsis sp. Ketiga jenis kolam yang digunakan memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan kandungan bahan organik. Bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair ini berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti nutrien N dan P yang diperlukan Nannochloropsis sp. untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi pertumbuhan mikroalga pada limbah cair karet remah untuk mendapatkan media limbah cair karet yang paling berpotensi sebagai media pertumbuhan Nannochloropsis sp. B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jenis outlet limbah cair karet remah yang cocok untuk pertumbuhan mikroalga dengan sistem Open Ponds.

4 C. Kerangka Pemikiran Limbah cair agroindustri pada umumnya kaya akan hara N (nitrat), P (fosfat), C (karbon), dan S ( sulfat), karena terdapat bahan organik yang berasal dari serum dan partikel karet yang belum terkoagulasi (Utomo dkk, 2012). Serum lateks terdiri atas air, karbohidrat dan inosotol, protein dan senyawa nitrogen, asam nukleat dan nukleosida, ion anorganik, dan ion logam (Utomo dkk, 2012). Karakteristik limbah cair karet menunjukkan limbah cair karet remah mengandung bahan organik dan nutrien sehingga memiliki potensi menimbulkan dampak negatif terhadap organisme yang ada di perairan lingkungan pabrik. Limbah cair karet remah yang kaya akan unsur hara (N, P, dan K) dapat dijadikan salah satu alternatif pengganti air laut bersih sebagai media tumbuh Nannochloropsis sp. tanpa penambahan pupuk. Selain itu, karakteristik limbah cair karet remah dari beberapa kolam limbah seperti ph, salinitas, dan kebutuhan nutrien telah memenuhi syarat tumbuh Nannochloropsis sp. Pada kolam inlet Rubber trap dan outlet IPAL Anaerobik memiliki ph yang asam sehingga Nannochloropsis sp. diasumsikan tidak dapat tumbuh, sedangkan ph untuk outlet IPAL atau kolam Aerobik II memiliki ph 7,82 (Utomo, 2008). Diduga ph untuk kolam Fakultatif II dan Aerobik I memiliki nilai ph yang mendekati nilai ph pada kolam Aerobik II serta ketiganya memiliki salinitas 0 o / oo, maka mikroalga Nannochloropsis sp. dapat tumbuh pada ketiga media limbah cair karet remah. Namun pada kolam Fakultatif II mengandung bahan organik yang lebih tinggi, sehingga kolam tersebut lebih berpotensi sebagai media yang optimal untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. Kegiatan kultivasi Nannochloropsis sp.

5 pada limbah cair karet dapat dilakukan dengan sistem Open ponds dimana kegiatan dilakukan di ruang terbuka tanpa dinding, beratap transparan untuk memanfaatkan cahaya matahari. Sistem ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisis instalasi pengolahan air limbah karet dengan harapan Nannochloropsis sp. dapat diaplikasikan untuk penanganan limbah cair karet. Pengendalian limbah cair secara hayati menggunakan mikroalga dianggap lebih ramah lingkungan. Mikroalga juga memiliki kandungan minyak cukup besar dan dapat digunakan sebagai salah satu bahan utama penghasil bahan bakar (Lubis, 2014). Mikroalga menghasilkan biomassa yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi baru, diharapkan mampu memberikan solusi masalah krisis energi. Pemanfaatan mikroalga sebagai bahan baku biofuel khususnya biodiesel dapat dijadikan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat, dimana konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sendiri di Indonesia tahun 2014 menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral mencapai 34.696.383 Kilo Liter. Hal ini mendorong upaya penyediaan bahan bakar alternatif dari sumber nabati ini, diharapkan mampu mengurangi ketergantungan BBM tersebut. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif pengganti solar yang ke depan akan sangat penting dalam mengatasi masalah krisis energi di Indonesia. Biodiesel umumnya diproduksi dari sumber daya hayati yang mengandung lemak tinggi, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga seperti Nannochloropsis sp. mempunyai kandungan lipid sekitar 31-68% (Chisti, 2007). Dengan kandungan lipid yang tinggi, maka Nannochloropsis sp. berpotensi sebagai sumber energi atau bahan bakar nabati.

6 IPAL Rubber Trap I Limbah cair pabrik karet remah mengandung N, P, C, dan S agar tidak mencemari lingkungan Rubber Trap II Anerobik I Anerobik II Fakultatif I Efluen memenuhi baku mutu PerMenLH No 5/MENLH/2014 Sinar Matahari dan CO 2 Fakultatif II Karakteristik limbah cair yang diduga cocok untuk media kultivasi Aerobik I Nannochloropsis sp. Aerobik II Kaya Minyak 31-68% (Chisti, 2007) Sumber bahan baku biofuel khususnya biodiesel Krisis Energi di Indonesia *Diharapkan mampu mengatasi Sumber Energi Gambar 1. Diagram alir pemanfaatan limbah cair karet