Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Yeteriner 2002 PENGARUH TINGKAT ENERGI DAN PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT DALAM RANSUM TERHADAP PERSENTASE KARKAS DOMBA PERSILANGAN (Effect of Energy Levels and the Use of Palm Kernel Cake in the Ration on Carcass Percentage of Crossbred Sheep) LEO P. BATUBARA, MERUWALD DOLOKSARIBU dan JUNJUNGAN SIANIPAR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Utara ABSTRACT An experiment was conducted to study the effect ofenergy level and the usage of palm kernel cake in ration on growth and carcass percentage of crossbred and local ram lambs. Trial I were using St Croix. crossbred (SC) and Barbados blackbelly (BC) which were fed with two energy level ration (3,5 Mcal/kg and 2,9 Mcal/kg) on equal protein. Trial II, using local ram lambs and St Croix crossbred which were fed ration using palm kernel cake as substitution to trial I ration as much as 15; 30 ; and 45 percent. Digestible Energy ofration was 2,9 Mcal/kg and 15,8 % ofcrude protein content. Both trial using lamb rams with initial body weight 10-14 kg and were slauhgtered after body weight reach to 30; 35 ; 40 kg for carcass percentage examination. The results shows, the rations did not gave significant differences on body weight gains (P>0.05). All crossbred sheep (SC, BC, SCI) grow faster significantly compared to local sheep (P<0.05) and rations did not give significant differences on carcass percentage (P>0.05). The higher end bodyweight of sheep gave higher fat percentage and local sheep shows higher fat percentage compared to the crossbred sheep (P<0.05). Key words : Crossbred sheep, carcass percentage, palm kernel cake PENDAHULUAN Syarat ekspor menginginkan bobot badan hidup domba 35-40 kg dan diekspor dalam bentuk domba hidup. Bobot badan 35-40 kg kemungkinan sangat sulit dicapai oleh domba lokal walaupun dengan sistem pemberian pakan yang intensif dengan kualitas karkas yang baik. Upaya peningkatan produktivitas domba lokal melalui pelaksanaan sistem kawin silang telah dilakukan pada stasiun breeding Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Sei Putih. Pejantan St. Croix dan Barbados blackbally asal pulau-pulau Karibia digunakan sebagai pejantan dan disilangkan dengan domba lokal Sumatera. Hasil persilangan (F1) dari kedua pejantan ini menunjukkan efek heterosis yang dapat meningkatkan produktivitas domba lokal 40% lebih tinggi (GATENBY et,al. 1992). SANCHEZ dan POND (1990), melaporkan bahwa pertambahan bobot badan harian (ADG) domba persilangan lebih tinggi dari domba lokal Sumatera. Pemberian pakan yang intensif pada domba basil persilangan St. Croix dan Barbados Blackbally memberikan pertambahan bobot badan harian yang cukup tinggi yakni berturut-turut 127 g/hari dan 135 g/hari (BATUBARA et al., 1994). Pengaruh pemberian pakan intensif terhadap kualitas karkas domba hasil persilangan belum dilakukan. Dalam usaha penggemukan domba produksi seyogianya diarahkan untuk menghasilkan karkas dengan proporsi daging yang lebih tinggi disertai proporsi lemak serendah mungkin. Hal ini sangat ditentukan oleh kualitas dan jumlah pakan yang diberikan, umur dan bangsa temak, serta lama penggemukan. Untuk mencapai bobot badan standar ekspor 35-40 kg, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan alternatif sistem penggemukan yang efesien serta menghasilkan kualitas karkas yang baik. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu kegiatan I : ransum perlakuan menggunakan bahan pakan komersial (high cost ration) dengan 2 tingkat energi (RI DE 3,1 Mcal/kg dan R2 DE 2,9 Mcal/kg) pada tingkat kandungan protein kasar yang sama (15,80 %). Kegiatan II : dari hasil pengamatan kegiatan I diperoleh tingkat energi ransum cukup dengan DE 2,9 Mcal/kg. Berdasarkan basil ini disusim ransum perlakuan dengan menggunakan bahan pakan inkonvensional (low cost ration) yakni menggunakan bungkil inti sawit sebanyak 15%, 30%, dan 45 % dari ransum kegiatan I dengan DE 2,9 Mcal/kg, CP 15,8%. Breed domba yang digunakan pada masing-masing kegiatan adalah 1. Kegiatan I : SC (Backcross St. Croix - Lokal) ; BC (Bardabos x Lokal) ; S (Lokal) 128
Seminar Nasional Tekwlogi Peternakan dan Veteriner 2002 2. Kegiatan 11 : SC I (62,5 % Lokal Sumatera, 37,5 St.Croix) ; S (Lokal Sumatera) Jumlah domba yang digunakan untuk setiap breed sebanyak 18 ekor, sehingga total domba yang diamati dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut: kegiatan 1 sebanyak 54 ekor dan kegiatan 2 sebanyak 36 ekor dengan umur 3-4 bulan dan bobot badan awal Tabel 1. Susunan pakan tambahan dari masing-masing ransom perlakuan 10-14 kg dan dikandangkan secara individu. Susunan pakan tambahan dari masing-masing kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Pemberian ransum berdasarkan berdasarkan bobot badan yaitu total kebutuhan sebanyak 3% bahan kering dari total bobot badan dengan jumlah pemberian 60% konsentrat dan 40% hijauan. Kegiatan penelitian Bahan Ransom ( % ) 1 2 Rl R2 R1 R2 R3 Bungkil inti sawit 0,00 0,00 15,00 30,00 45,00 Bungkil kelapa 3,25 14,51 10,00 5,00 2,50 Tepungjagung 77,06 20,16 13,33 8,33 0,00 Bungkil kedelai 6,43 3,99 3,50 3,33 0,83 Dedak halus 8,04 26,31 24,17 16,50 12,33 Molases 0,96 19,14 17,50 20,00 23,33 Tepung ikan 0,80 6,38 6,67 6,67 6,67 Tepung tulang 0,30 2,24 2,50 2,50 1,67 Garam 0,90 3,74 2,67 3,00 2,83 Kapur 1,18 2,20 3,33 3,33 3,33 Urea 0,77 0,18 0,17 0,17 0,33 Mineral 0,30 1,17 1,17 1,17 1,17 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Protein kasar 15,84 15,86 15,86 15,83 15,87 Digestible energi ( M.kal) 3,5 2,9 2,9 2,9 2,9 Pengumpulan data Pertambahan bobot badan harian adalah bobot badan akhir - bobot badan awal dibagi jumlah hari penelitian. Berdasarkan penimbangan bobot badan setiap 14 hari, dilakukan penyesuaian jumlah pemberian pakan untuk periode selanjutnya. Pada akhir penelitian setelah bobot badan domba mencapai bobot potong sesuai target penelitian yaitu bobot badan 30 kg; 35 kg dan 40 kg maka domba tersebut dipotong guna mengetahui persentase karkas terhadap bobot kosong dan persentase lemak karkas. Bobot kosong adalah domba yang dipotong setelah dikeluarkan bagian dalam (rumen, usus, ginjal, paru-paru dan hati). Berat karkas adalah bobot kosong setelah dikurangi kulit, kepala dan kaki. Persentase karkas adalah berat karkas dibagi bobot kosong dikah 100%. Lemak karkas adalah lemak yang diperoleh dari lemak di bawah kulit dan lemak di 129
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Yeteriner 2002 rongga perut. Persentase lemak adalah berat lemak dibagi karkas dikah 100%. Rancangan penelitian Kedua kegiatan penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design). Kegiatan I, sebagai perlakuan adalah breed (3) ; ransum(2) ; bobot akhir (3) ; dan ulangan (3). Kegiatan II, sebagai perlakuan adalah breed (2) ; ransum (3) ; bobot akhir (2) dan ulangan (3). yang diamati Intake bahan kering domba (glkgbw.75 ) ; kecernaan protein dan energi ; pertambahan bobot badan perekor/hari; persentase karkas dan lemak karkas pada bobot akhir 30, 35 dan 40 kg Analisis data Data dianalisis berdasarkan rancangan petak terpisah (spilt plot design) dan perbedaan antar perlakuan digunakan uji beds nyata jujur (STEEL dan ToRRIE, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering antar breed berbeda nyata (P<0,05) pads kegiatan I (tabel 2). Adanya perbedaan konsumsi bahan kering antar breed dapat diakibatkan oleh kemampuan dari masing-masing bangsa untuk bertumbuh sehingga domba yang lebih cepat tumbuh akan lebih banyak mengkonsumsi zat makanan untuk pembentukan jaringan baru dan penimbunan lemak. Demikian halnya terhadap konsumsi protein, semakin banyak konsumsi bahan kering maka konsumsi protein semakin meningkat. Konsumsi antara ransum tidak dijumpai perbedaan yang nyata (P>0,05), hal ini menunjukkan bahwa domba yang sedang bertumbuh akan cenderung untuk mengkonsumsi kebutuhannya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Hal yang sama, juga dijumpai pada kegiatan II, yaitu penggunaan bahan pakan inkonvensional (Bungkil Inti Sawit) seperti pada Tabe13. Substitusi Bungkil Inti Sawit sampai 45% dalam ransum menunjukkan konsumsi bahan kering domba persilangan juga nyata lebih tinggi dari lokal (P<0,05), namun konsumsi protein dan energi tercerna per-hari tidak berbeda nyata (P>0,05) antara kedua bangsa domba. Pengaruh breed terhadap pertambahan bobot badan pada kegiatan I berbeda nyata (P<0,05) (Tabel 4). Perbedaan pertambahan bobot badan ini dapat diakibatkan oleh faktor kebakaan, karena domba yang digunakan adalah domba persilangan yang mempunyai potensi genetik yang lebih tinggi dalam pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian GATENBY et al. (1993) bahwa penampilan produksi domba persilangan Barbados Blackbelly dan persilangan St. Croix 40% lebih tinggi dibanding lokal Sumatera. Lebih lanjut BATUBARA et al., (1994) mengemukakan pertumbuhan hasil silangan lokal Sumatera dengan St. Croix dan Barbados Blackbelly menunjukkan peningkatan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding lokal Sumatera. SIANIPAR et al., (1995) menyatakan bahwa bobot standar ekspor 30-40 kg bobot badan dapat dicapai dengan sistem pemberian pakan tambahan konsentrat 50-70% dalam ransum dengan lama penggemukan berkisar 120-180 hari. Tabel 2. Konsumsi harian/kg BW,'5 bahan kering, protein dan energi ransum (kegiatan I) Bahan kering (g) Protein kasar (g) Energi tercema (M.cal) Bredd BI/BC 691a 90a 2,8a HC 661 a 89a 2,8a S 559 b 69b 3,Oa R1 644a 81a 2,8a R2 627a 79a 2,7a Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) 130
Seminar Nasional Tekwlogi Peternakan dan Veteriner 2002 Tabel 3. Konsumsi harian/kg BWo, ' 5 bahan kering, protein dan energi ransum (kegiatan 11) Bahan kering (g) Protein kasar (g) Energi tercema (M.cal) Bredd SC, 720 a 92a 2,6a S 617 b 68a 2,8a RI 734 a 91 a 2,7a R2 721 a 89a 2,8a R3 710a 78a 2,7a Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Tabel 4 : Rataan pertambahan bobot badan harian domba selama penelitian (kegiatan 1) n Pertambahan bobot badan (g/h/ekor) Simpangan Baku Breed BC 18 98a 6,4 SC 18 95a 6,4 S 18 79b 6,4 RI 27 95a 6,4 R2 27 91a 6,4 Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh ransum penelitian terhadap pertambahan bobot badan harian tidak dijumpai perbedaan yang nyata (P>0,05). Pengaruh breed terhadap pertambahan bobot badan berbeda nyata (P<0,05). Hal yang sama diperoleh pada kegiatan penelitian II dimana pengaruh breed terhadap pertambahan bobot badan berbeda nyata (P<0,05) dan pengaruh substitusi bungkil inti sawit sampai 45% dalam ransum tidak memberikan perbedaan pertambahan bobot badan yang nyata (Tabel 5). Perbedaan pertumbuhan ini akibat potensi genetik yang dimiliki. Peningkatan bobot tubuh secara normal mengikuti pola yang sesuai dengan penambahan umur, hal ini dapat menggambarkan perubahan kandungan zat makanan yang dibutuhkan dan biasanya pada hewan muda terjadi pertumbuhan yang lebih cepat.
SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Tabel 5 : Rataan pertambahan bobot badan harian domba selama penelitian (kegiatan 11) n Pertambahan bobot badan (g/h/ekor) Simpangan Baku Breed SC, 18 94a 7,8 S 18 79b 7,8 R1 12 87a 7,8 R2 12 85a 7,8 R3 12 82a 7,8 Keterangan : Hurufyang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Hubungan bobot badan terhadap persentase karkas dan lemak dari masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 berikut. Data memperlihatkan bahwa bobot badan yang semakin tinggi cenderung meningkatkan persentase karkas pada breed domba yang sama. Akan tetapi berdasarkan analisis statistik perbedaan ini tidak nyata (P>0,05). Demikian juga terhadap breed dan interaksi antar breed dan target bobot akhir tidak dijumpai perbedaan yang nyata. Namun secara data terlihat persentase karkas domba Lokal Sumatera lebih rendah dibanding dengan domba persilangan St. Croix dan Barbados BlackBelly. Hal yang sama juga dijumpai pada kegiatan 11 dimana substitusi bungkil inti sawit sampai 45% dalam pakan tambahan menunjukkan bahwa bobot badan yang semakin meningkat akan diikuti dengan peningkatan persentase karkas demikian juga terhadap persentase lemak karkas (Tabel 7). Meningkatnya persentase lemak karkas adalah adanya suatu kecenderungan bahwa semakin besar bobot badan akan mengakibatkan meningkatnya penimbunan terhadap lemak, karena tingkat pertumbuhan mulai mencapai dewasa. Pengaruh ransum terhadap persentase karkas dan persentase lemak karkas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05), hal ini memperlihatkan bahwa domba yang mengkonsumsi pakan tambahan konsentrat ini dapat memacu pertumbuhannya. Umumnya domba-domba yang digunakan sampai selesai penelitian ini adalah domba much yang umur maksimum masih 11 bulan. Berdasarkan umur ini basil penelitian GATENBY et al. (1993) masih dikategorikan umur mulai mencapai dewasa, setelah umur mulai mencapai dewasa tingkat pertumbuhan bobot badan akan semakin menurun dan pada umur ini mulai dinamakan umur penggemukan dan akan terjadi penimbunan lemak dalam tubuh. Perbedaan genetik berpengaruh terhadap pembentukan lemak tubuh dan pembentukan lemak tubuh sangat menyolok sekali selama periode penggemukan. Pengaruh ransum terhadap persentase karkas dan lemak karkas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata(p>0,05) baik pada kegiatan I dan kegiatan II. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat energi pakan tambahan untuk domba pertumbuhan cukup sebesar 2,9 Mkal/Kg ransum dan bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai bahan substitusi sampai 45% dari pakan tambahan selama kandungan protein dan energi dicukupi.
Seminar Nasional Teknologi Peiernakan dan Veteriner 2002 Tabel 6 : Persentase karkas dan lemak berdasarkan breed domba, target bobot badan akhir dan perlakuan ransum (kegiatan 1) n Persentase karkas terhadap bobot kosong Persentase Lemak karkas Breed/bobot akhir SC 30 6 81,2 4,5 35 6 82,6 5,8 40 6 83,9 8,4 BC 30 6 81,6 3,1 35 6 82,5 6,2 40 6 83,7 9,3 S 30 6 78,3 8,2 35 6 79,8 10,6 40 6 81,6 12,5 R 1 30 9 78,6 5,0 35 9 79,8 7,8 40 9 81,5 9,6 R2 30 9 78,6 5,6 35 9 79,2 7,9 40 9 80,6 10,2 Tabel 7 : Persentase karkas dan lemak berdasarkan breed domba, target bobot badan akhir dan perlakuan ransum (kegiatan II) Breed/target bobot akhir n Persentase karkas terhadap bobot kosong Persentase Lemak karkas SC, 30 9 79,7 6,7 35 9 80,9 7,9 S 30 9 68,3 9,4 35 9 70,1 12,3 R 1 30 6 78,6 7,6 35 6 79,7 10,6 R2 30 6 80,1 7,9 35 6 81,3 12,2 R3 30 6 77,8 8,2 35 6 80,3 12,9 133
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan sebanyak 60% dari kebutuhan domba dengan kandungan protein kasar 16%, kandungan energinya cukup 2,9 Mkal/Kg. Bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan substitusi pakan tambahan sampai sebanyak 45% selama kandungan protein dan energi dicukupi. Untuk tujuan komoditas ekspor domba hasil persilangan lebih dapat diandalkan karena bobot badan sampai 40 Kg dapat dicapai pada umur yang lebih muda serta mutu karkas yang lebih baik dibanding domba lokal. DAFTAR PUSTAKA BATUBARA. L, JUNJUNGAN SIANIPAR, S. KARO-KARO, PETER M.HORNE dan KEv1B POND. 1994. respon empat genotif domba terhadap suplementasi energi ransum. Proc. Seminar Sain dan Teknologi Petemakan, Balai Penelitian Temak Ciawi, jilid 11. GATENBY, R. M, D. PITONO, E. ROMJALI, G.E. BRADFORD, H. sakul dan S.E. SINULINGGA. 1992.Crossbreedin g of Sumatera Thein Tailed ewes with tri breeds of Hair Sheep, Small Ruminant Collaborative Research Support Program, Sungai Putih. Annual Report 1991-1992. GATENBY, R. M., E. ROMJALI, M. DOLOKSARIBU, L.P. BATUBARA and G.E. BRADFORD, 1993. Long-term productivity of Sumatera Thin-tail and Virgin Island Crossbred ewes at Sei Putih, North Sumatra. SR-CRSP. Working paper 142. SANCHEZ. M.D dan K.R.POND, 1990. Nutrition of sheep that are integrated with rubber tree production systema. Proc. Of a workshop on research methodologies. Medan, North Sumatera, Indonesia. SIANIPAR.J, L.P. BATUBARA, S. ELIESER, A.MISNIWATY dan P.M. HORNE. 1995. Penggunaan solid sawit dalam pakan tambahan untuk domba, Jumal Penelitian Petemakan Sungai Putih. Vol. 1(5) : 31-36 STEEL. R. G. D., dan T. H. TORRIE.1991. Principles and Procedures Of Statistics. Mc. Graw-Hill. Inc., NewYork