PREVALENSI DEPRESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN NILAI HbA1C PADA PASIEN PRIA DENGAN DIABETES MELITUS DI RSUP SANGLAH DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KENDALI GLIKEMIK DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

Hasil HbA1C dan Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGASEM I PADA SEPTEMBER-OKTOBER 2013

HUBUNGAN SELF CARE DIABETES DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE 2 DI POLIKLINIK INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BADUNG

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

HUBUNGAN DIABETES SELF CARE MANAGEMENT DENGAN KONTROL GLIKEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS I UBUD

AZIMA AMINA BINTI AYOB

HUBUNGAN DISFUNGSI EREKSI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP KUALITAS HIDUP DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH PROVINSI BALI

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MELAKUKAN KONTROL LUKA ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS KUTA I KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

HUBUNGAN ANTARA KENDALI GLIKEMIK DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT NI KADEK AYU SUKMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Kedokteran Universitas Lampung

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

GAMBARAN POLA MAKAN TERHADAP TINGKAT GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGASEM I ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

KATA PENGANTAR. Denpasar, 27 Desember Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PREVALENSI DEPRESI DAN HUBUNGANNYA DENGAN NILAI HbA1C PADA PASIEN PRIA DENGAN DIABETES MELITUS DI RSUP SANGLAH DENPASAR Budi Ratna Aryani Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstrak Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang berpotensi mengalami komplikasi yang lebih berat. Hal inilah yang mengakibatkan banyak penderita DM mengalami depresi. Depresi yang dialami akan berdampak pada kurang terkontrolnya kadar gula darah pasien. Glycated Hemoglobin (HbA1C) adalah salah satu barometer untuk mengetahui apakah kadar gula darah seorang pasien cukup terkontrol atau tidak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM yang datang ke Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuisioner Diabetes Distress Scale (DDS) dan melihat hasil HbA1C pada rekam medik. Dari 29 sampel yang ikut serta dalam penelitian, 22 sampel mengalami depresi ringan dan 7 sampel mengalami depresi sedang-berat. Dari 29 sampel hanya 19 sampel yang diketahui nilai HbA1Cnya, 3 sampel memiliki nilai HbA1C baik, 4 sedang, dan 12 buruk. Kesimpulan dari penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dan nilai HbA1C (p=0,309). Kata Kunci: Diabetes Melitus, Depresi, HbA1C, Pria PREVALENCE OF DEPRESSION AND ITS CORRELATION WITH HbA1C VALUE IN MALE PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS IN RSUP SANGLAH DENPASAR Abstract Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease which may potentially lead to severe complications. This condition causes many people with DM have depression. Depression will have an impact on uncontrolled blood sugar levels of the patients. Glycated Hemoglobin (HbA1C) is a barometer to determine whether a patient s blood sugar level is adequately controlled or not. This study was conducted to determine prevalence of depression and its correlation with HbA1C value in male patients with DM who visited Polyclinic of Diabetic in RSUP Sanglah. This research was done by distributing Diabetes Distress Scale (DDS) questionnaires and analysed the result of HbA1C in the medical record of the patients. Of 29 samples, 22 of them experienced mild depression, and 7 moderate-severe depression. Of 29 samples only 19 samples with known HbA1C values. Three samples had good HbA1C values, 4 samples had moderate values and 12 samples had poor values. As conclusion, there was no significant correlation between depression and HbA1C values (p=0,309). Key Words: Diabetes Mellitus, depression, HbA1C, Male 1

PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi, gangguan toleransi insulin, atau gangguan sekresi insulin maupun keduanya. Pada tahun 2010, pasien DM di Indonesia mencapai angka prevalensi minimal 5 juta jiwa. Sedangkan di dunia prevalensi DM sekarang mencapai 230 juta jiwa. Pada tahun 2030 diperkirakan bahwa prevalensi DM di Indonesia akan meningkat hingga 21,3 juta jiwa. 1 DM merupakan salah satu penyakit kronik, yang kemungkinan besar tidak dapat disembuhkan, hal inilah yang menyebabkan sebagian besar penderita mengalami depresi. Beberapa penelitian telah membenarkan bahwa depresi memiliki hubungan yang erat dengan DM. 1,2,3 Sebuah penelitian di salah satu Rumah Sakit Pendidikan di Irlandia Utara pada tahun 2012 menyebutkan bahwa dari 80 pasien DM yang datang ke Bagian Endokrin, sebanyak 31 pasien (38,8%) mengalami gejala depresi, 20 pasien (25%) mengalami depresi ringan, 10 pasien (12,5%) mengalami depresi sedang, dan 1 pasien (1,3%) mengalami depresi berat. 4 Depresi yang dialami oleh pasien bisa berupa menurunnya minat dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-sehari, munculnya gangguan emosional, serta berkurangnya kepedulian terhadap penyakit DMnya itu sendiri, yang berefek pada kurang terkontrolnya kadar gula darah pasien. 5,6 HbA1C atau Glycated Hemoglobin atau 4Glycosylated Hemoglobin merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status gula darah jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Nilai HbA1C merupakan indikator penting untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien tersebut terkendali dengan baik atau tidak. 1 Seseorang yang melakukan tes harian dengan glucometer dan memperoleh hasil yang tinggi, merupakan implikasi dari nilai HbA1C yang tinggi pula. Sedangkan nilai HbA1C yang tinggi bila kadar gula darah terakumulasi secara berkepanjangan dari hasil pengukuran dengan glucometer sebelumnya. Nilai HbA1C yang tinggi ini mencerminkan kurangnya pengendalian DM. Setelah kadar gula darah normal menjadi stabil, nilai HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu. 1 Nilai HbA1C dikategorikan dalam nilai 2

HbA1C baik, sedang dan buruk. Dimana baik atau terkendali jika <6,5%, sedang jika 6,5-8%, dan buruk atau tak terkendali jika 8%. 1,4 Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengetahui seberapa besar prevalensi depresi dan hubungannya dengan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM. BAHAN DAN METODE Studi ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui prevalensi depresi dan nilai HbA1C pada pasien pria dengan DM yang datang ke Poliklinik Diabetes RSUP Sanglah Denpasar. Tingkat depresi dinilai dengan menggunakan Diabetes Distress Scale (DDS), dimana terdapat 17 pertanyaan yang mewakili kriteria depresi pasien DM. Tujuh belas pertanyaan tersebut dibagi dalam empat kategori yaitu bagaimana pandangan pasien terhadap keadaan fisik dan mentalnya (Emotional Burden), keluarga dan lingkungannya (Interpersonal Distress), dokter (Physician-Related Distress), dan kepatuhannya dalam menjalani terapi (Regimen-related Distress). Nilai HbA1C dilihat dari nilai HbA1C yang diambil dari rekam medik pasien. HASIL Pada penelitian ini diperoleh 29 sampel yang diambil secara consecutive, semua pasien pria dengan DM yang masuk kriteria inklusi dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dijadikan subjek penelitian. Karakteristik 29 sampel tersebut disajikan dalam Tabel 1. Dari 29 sampel tersebut kisaran umur 40-74 tahun, dengan rata-rata umur 57,52 tahun dan standar deviasi 9,425. Jumlah ratarata anak yang dimiliki adalah 2,97 (3 anak). Durasi menderita diabetes rata-rata 8,7893 tahun, namun hanya 28 pasien yang diketahui durasi penyakitnya. Dari 29 sampel, hanya 28 yang diperoleh data BMInya (Body Mass Index), 18 sampel memiliki BMI normal, 8 sampel preobese dan 2 sampel mengalami obesitas berdasarkan kriteria WHO. Lingkar Perut (LP) hanya 20 sampel yang diketahui LPnya dengan nilai rata-rata 92,20, 10 sampel memiliki lingkar perut normal. Hanya 14 sampel yang diketahui Lingkar Pinggang (LPi) dengan nilai rata-rata 93,21 6 sampel memiliki lingkar pinggang normal. Untuk tekanan darah hanya diperoleh dari 17 sampel,16 sampel yang memiliki tekanan darah normal, dan 1 sampel yang mengalami hipertensi. Kadar Gula darah Puasa (GDP) hanya 3

diperoleh dari 22 sampel, yang berkisar antara 90-223 mg/dl. Sebanyak 13 sampel yang mengalami peningkatan gula darah. Sedangkan untuk kadar Gula Darah 2 Jam PP (GD 2 Jam PP) hanya diperoleh dari 26 sampel adalah berkisar antara 84-357 mg/dl 17 sampel yang mengalami peningkatan kadar gula darah. Data nilai HbA1C hanya diperoleh dari 19 sampel, 3 sampel yang memiliki nilai HbA1C baik, 4 sedang, dan 12 buruk. Kadar kolesterol hanya diperoleh dari 18 sampel, 5 sampel mengalami peningkatan kadar kolesterol. Nilai Low Density Lipoprotein (LDL) juga hanya diperoleh dari 18 sampel, 7 sampel mengalami peningkatan LDL. Nilai High Density Lipoprotein (HDL) diperoleh dari 19 sampel, 8 sampel memiliki nilai normal. Nilai Trigliserida hanya diperoleh dari 18 sampel, dan 2 sampel mengalami peningkatan trigliserida. Nilai Blood Urea Nitrogen (BUN) hanya diperoleh dari 21 sampel berkisar antara 8,0-41,0 dengan rata-rata 17,937 dan standar deviasi 8,7992. Nilai Serum Creatinin (SC) hanya diperoleh dari 19 sampel, dan 4 sampel mengalami peningkatan. Tabel 1. Karakteristik Sampel N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi Umur 29 40 74 57.52 9.425 Jumlah Anak 29 0 8 2.97 1.592 Durasi Diabetes 28.10 30.00 8.7893 8.29874 BMI 28 19.14 35.37 24.7464 3.64495 LP 20 76 111 92.20 10.436 LPi 14 82 112 93.21 7.547 Sistolik 17 110 170 127.71 14.343 Diastolik 17 63 9 78.88 7.322 GDP 22 90 223 148.23 46.834 GD 2 jam PP 26 84 357 233.09 66.006 HbA1C 19 5.60 13.48 9.1726 2.26836 Kolesterol 18 124 248 173.44 42.854 LDL 18 53 179 108.09 39.823 4

HDL 19 27 66 44.32 12.042 Trigliserida 18 63 249 114.04 43.198 BUN 21 8.0 41.0 17.937 8.7992 SC 19.72 9.80 1.6447 2.01120 Berdasarkan kuisioner Diabetes Distress Scale (DDS) yang dibagikan pada 29 sampel, terdapat 17 pertanyaan yang mewakili kriteria depresi pada pasien DM. Tujuh belas pertanyaan tersebut terbagi dalam 4 kategori yaitu Emotional Burden, Physician-Related Distress, Regimen- Related Distress, dan Interpersonal Distress. Dari masing-masing kategori dibagi menjadi dua tingkatan yaitu ringan jika score DDS <3 dan sedang-berat jika score DDS 3. Hasil perhitungan prevalensi depresi pada penderita DM berdasarkan kuisioner DDS disajikan dalam Tabel 2. Untuk tingkat depresi terdapat 22 sampel (75,9%) yang mengalami depresi ringan dan 7 sampel (24,1%) yang mengalami depresi sedang- berat. Jika dilihat dari masing-masing kategori maka dapat diperoleh hasil Emotional Burden terdapat 16 sampel (55,2%) yang mengalami gangguan ringan dan 13 sampel (44,8%) yang mengalami gangguan sedang-berat. Pada kategori Physician-Related Distress terdapat 20 sampel (69%) yang mengalami gangguan ringan dan 9 sampel (31%) yang mengalami gangguan sedang-berat. Pada kategori Regimen-related Distress terdapat 22 sampel (75,9%) yang mengalami gangguan ringan dan 7 sampel (24,1%) yang mengalami gangguan sedang-berat. Dan untuk kategori Interpersonal Distress terdapat 24 (82,8%) sampel yang mengalami gangguan ringan dan 5 sampel (17,2%) mengalami gangguan sedangberat. Tabel 2. Prevalensi Depresi pada Diabetes Depresi Kriteria Frequensi (N=29) Persentase (%) Ringan 22 75.9 Sedang-Berat 7 24.1 5

Emotional Burden Physicisian-related Distres Regimeon-related Distress Interpersonal Distress Ringan 16 55.2 Sedang Berat 13 44.8 Ringan 20 69 Sedang-Berat 9 31 Ringan 22 75.9 Sedang-Berat 7 24.1 Ringan 24 82.8 Sedang-Berat 5 17.2 Sebelum melakukan uji korelasi, perlu dilakukan uji normalitas data, untuk menentukan uji korelasi mana yang akan digunakan. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-wilk dan Kolmogorov-Smirnov. Diperoleh distribusi nilai HbA1C dan Emotional burden normal, namun variabel lain yaitu depresi, Physicisian-related Distres, Regimenrelated Distress, dan Interpersonal Distressmemiliki distribusi yang tidak normal. Sehingga uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Korelasi tingkat depresi dengan nilai HbA1C diuji dengan uji korelasi Spearman yang hasilnya disajikan dalam tabel 3. Status depresi, emotional burden, regimenrelated distress, dan interpersonal distress tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai HbA1C (p>0,05). Sedangkan kategori physician-related distress memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai HbA1C (p=0,035), nilai p < 0.05. Tabel 3. Uji Korelasi Depresi dan Nilai HbA1C Spearman' s rho HbA1C Correlation HbA1C Depresi Emotional Physician Regimen Interpersonal 1.000.246.146.485 *.235.452 Sig. (2-tailed)..309.552.035.333.052 N 19 19 19 19 19 19 6

Depresi Correlation Emotional Correlation Physician Regimen Interperson al.246 1.000.848 **.695 **.746 **.591 ** Sig. (2-tailed).309..000.000.000.001.146.848 ** 1.000.440 *.480 **.338 Sig. (2-tailed).552.000..017.008.073 Correlation.485 *.695 **.440 * 1.000.499 **.436 * Sig. (2-tailed).035.000.017..006.018 Correlation.235.746 **.480 **.499 ** 1.000.684 ** Sig. (2-tailed).333.000.008.006..000 C orrelation.452.591 **.338.436 *.684 ** 1.000 Sig. (2-tailed).052.001.073.018.000. *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). PEMBAHASAN Dari 29 sampel yang menjawab kuisioner DDS, diperoleh hasil bahwa terdapat 22 sampel (75,9%) yang mengalami depresi ringan dan 7 sampel (24,1%) yang mengalami depresi sedangberat. Nilai HbA1C hanya diperoleh dari 19 sampel. Kisaran nilai HbA1C adalah dari 5,60-13,48. Tiga sampel memiliki nilai HbA1C baik, 4 sedang dan 12 buruk. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman tidak ditemukan adanya hubungan antara tingkat depresi dengan nilai HbA1C pasien. Hal ini berbeda dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satu penelitian pada tahun 2010 (n=463) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara HbA1C dengan tingkat depresi yang juga dinilai dengan 7

kuisioner DDS. 8 Penelitian lain pada tahun 2011 (n=70) menyatakan bahwa terdapat peningkatan nilai HbA1C pada pasien DM dengan gejala depresi dibanding pasien tanpa gejala depresi (p=0,008). 2 Perbedaan yang terjadi bisa dikarenakan sedikitnya jumlah sampel yang ikut serta dalam penelitian. Dan kurang lengkapnya data yang diperoleh dari hasil 29 sampel tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan nilai HbA1C pada pasien pria DM di RSUP Sanglah, Denpasar. Dari empat kategori depresi yang mewakili adanya depresi pada pasien pria dengan DM, hanya tingkat kepercayaan terhadap dokter yang memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai HbA1C, semakin rendah tingkat kepercayaan pasien terhadap dokter maka semakin tinggi nilai HbA1Cnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Kusniyah Y, Nursiswati, Rahayu U. Hubungan Tingkat Self Care dengan Tingkat HbA1C pada Klien DM Melitus Tipe 2 di Poliklinikklinik Endokrin RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung. UNPAD. 2010. 2. Papelbaum M, Moreira RO, Coutinho W, Kupfer R, Zagury L, et al. Depression, Glycemic Control and Type 2 DM. Diabetology Metabolic Syndrome. 2011. 3:26. 3. Tarno. Hubungan antara Cemas, Depresi dan Kadar Gula Darah serta Reduksi Urin Penderita DM Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004 : 7-18. 4. Mathew CS, Dominic M, Isaac R, Jacob JJ. Prevalence of Depression in Consecutive Patients with Type 2 DM Mellitus of 5-year Duration and its Impact on Glycemic Control. Indian J Endocrinol Metab. 2012 Sep;16(5):764-8. 5. Persaud R. Men and depression. The Royal College of Psychiatrists. 2007. 6. Marcus M, Yasamy MT, van Ommeren M, Chisholm D, Saxena S. Depression a Global Public Health Concern. WHO Department of Mental Health and Substance Abuse. 2012. 7. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis 8

Edisi ke-3. Sagung Seto. 2008 : 88, 313. 8. Fisher L, Glasgow RE, Strycker LA. The Relationship Between Diabetes Distress and Clinical Depression With Glycemic Control Among Patients With Type 2 Diabetes. Diabetes Care. Mei 2010; 33 (5) : 1034-6. 9