BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan kecerdasaanya. (Kurniasih,dkk, 2010). Namun, anak usia di bawah lima tahun (balita)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

1 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (FAO, 2006; Sedgh et.al., 2000; WHO, 2016). The

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Salah satu misi dalam rangka mewujudkan visi tersebut adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan IPTEK, pembangunan infra struktur yang maju, reformasi di bidang hukum dan aparatur negara, serta memperkuat perekonomian domestik. (Bappenas, 2011) Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak yang optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantítas yang baik. Bilamana zat gizi anak tidak terpenuhi, maka pertumbuhan atau kesehatan akan terganggu dan mempengaruhi status gizi anak (Depkes, 2012). Proses tumbuh kembang merupakan proses utama yang hakiki dan berkesinambungan, mulai dari konsepsi sampai dewasa, mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Indikator tumbuh kembang anak yang sering digunakan adalah pertumbuhan fisik yang salah satunya diukur dengan parameter antropometri.

2 Anak-anak usia sekolah tergolong kelompok rentan gizi karena membutuhkan zat gizi dalam jumlah besar untuk menyokong pertumbuhan mereka. Masa sekolah ini juga merupakan masa perkembangan fisik dan mental yang membutuhkan kerja otak yang optimal, yang salah satunya juga ditentukan oleh asupan gizi dan status gizi (Sadiaoetama,2008). Pertumbuhan fisik anak pada masa ini mengalami percepatan yang lebih perlahan dan menurun hingga masa puber (papalia,2003). Selain itu, dimasa ini, anak juga cenderung memiliki pola makan yang lebih beragam, seperti sering membeli makanan jajanan di luar rumah (Suci,2009). Sebagian besar waktu yang dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah, yaitu 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga, dan sebagainya, sehingga anak memerlukan energi lebih banyak (Kurniasih,2010). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 didapatkan prevalensi nasional anak usia 6-12 tahun dengan status gizi stunting 35.6%, kekurusan 12.2% dan kegemukan sebesar 9.2%. kondisi stunting lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi kekurusan dan kegemukan. Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan grafik pertumbuhan yang terhambat terjadi selama periode sebelum dan sesudah kehamilan karena kekurangan zat gizi dalam jangka panjang (Sedgh,2000). Kondisi stunting ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan world Health Organizaion (WHO,2010).

3 Akibat dari stunting dapat berdampak terhadap penurunan perkembangan kognitif dan produktifitas individu (Atmawikarta,2011). Hubungan antara kondisi stunting dengan rendahnya prestasi belajar anak sekolah sudah banyak diteliti. Penelitian pada tahun 2004 pada anak usia sekolah di Mexico menunjukkan adanya hubungan antara TB yang dinyatan dalam indeks TB/U dengan perkembangan anak di sekolah (Kondas et al,2004). Penelitian-penelitian cross-sectional maupun longitudinal sebelumnya di Kenya, Guetamala, Indonesia, Peru, Etiopia India, Vietnam, Chile, Filipina dan Jamaica menunjukkan kesimpulan yang sama (Grantham-McGregor et al.2007). Faktor penyebab stunting terdiri dari faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung disebabkan karena defisiensi zat gizi makro serta zat gizi mikro dan penyakit infeksi yang sering terjadi, seperti ISPA dan diare. Faktor tidak langsung seperti pendidikan, demografis, ketersediaan pangan dan pelayanan kesehatan (Taguri,2008). Kekurangan asupan zat gizi individu merupakan salah satu penyebab masalah zat gizi dan menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Defisiensi zat gizi makro memberi dampak terhadap penurunan status gizi dalam kurun waktu yang singkat tetapi defisiensi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) memberi dampak terhadap penurunan status gizi dalam waktu yang lebih lama (Astari,2006). Data FAO tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 854 juta orang meninggal karena kelaparan dan 820 jutanya berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Isnani,2009). Kemudian Survey

4 Kesehatan rumah tangga tahun 2004 menunjukkan 18% anak usia sekolah dan remaja usia 5-17 tahun berstatus gizi kurang (Hadi,2005). Dinas kabupaten Kumpar menyebutkan 22.1% anak baru masuk sekolah dasar mengalami gangguan pertumbuhan. Dengan bertambahnya umur, prevalensi ini semakin meningkat dan ditemukan baik pada perempuan maupun pada laki-laki(waspadji,2007). Defisiensi vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, sehingga juga mempengaruhi pertumbuhan sel. Karena itulah maka anak yang menderita defisiensi vitamin A akan mengalami kegagalan pertumbuhann (Almatsier,2001). Masalah defisiensi vitamin A berdasarkan survey nasional tahun 2006 bahwa ditemukan 14.6% anak balita mempunyai kadar serum retinol < 20 µg/dl (Herman,2007). Kegagalan pertumbuhan pada anak, selain disebabkan oleh defisiensi vitamin A, juga berhubungan dengan defisiensi zinc. Dikatakan bahwa manifestasi dari defisiensi zinc adalah gangguan pertumbuhan linear pada balita yang ditunjukkan dengan status stunting (Herman,2007). Survey nasional pada skala kecil di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Jawa dilaporkan bahwa prevalensi defisiensi zinc sekitar 6-39% (Atmarita,2005). Penelitian beberapa ahli menyebutkan angka defisiensi zinc pada anak-anak di Indonesia, 17% bayi dengan status marginal defisiensi zinc (Dijkhuizen,2007), pada survey nasional tahun 2006 ditemukan prevalensi defisiensi zinc pada balita sebesar 31.6% (Herman,2007). Prevalensi yang hampir sama juga ditemukan pada studi

5 tahun 2005 di Kedung Jati-Grobogan pada anak SD ditemukan anak yang mengalami defisiensi zinc sebesar 33.3% (Hagnyonowati,2005). Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak selain vitamin A dan Zinc asupan gizi yang diperlukan salah satunya yaitu kalsium. Kecukupan asupan kalsium dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, genetik dan etnis (West,2000). Survey data nasional di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar anak berusia diatas 8 tahun di Amerika Serikat gagal untuk mencukupi nilai asupan kalsium yang direkomendasikan. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak akan meningkatkan risiko tulang pada anak, sehingga anak tidak dapat mencapai pertumbuhan tulang secara optimal (Mason,2007). Whsack dan Frisch yang pertama kali melaporkan bahwa asupan kalsium yang tinggi memiliki efek pencegahan rapuhnya tulang pada anak laki-laki dan perempuan (Moriwaki,1999). Asupan kalsium yang cukup sejak masa anak-anak dan remaja sangat dibutuhkan untuk perkembangan puncak massa tulang (Sadiaoetama,2008). Kurang gizi mikro (vitamin A, zinc dan kalsium) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian kronis (stunting) (Bhutta,2008). Sekitar 43% anak-anak di seluruh dunia menderita stunting. Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Nutrition and Health Surveillance (NSS) tahun 2001 yaitu 46.6% (Lapriore,2004). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas 2010) didapatkan prevalensi stunting pada anak usia 6-12 tahun di Indonesia sebesar 35,6%.

6 Melihat masih tingginya angka prevalensi kejadian stunting pada anak usia 6-12 tahun di Indonesia maka penulis tertarik untuk menganalisis asupan Sen (Zn), kalsium (Ca) dan Vitamin A dengan kejadian stunting pada anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun di Indonesia. B. Identifikasi Masalah Prevalensi kejadian stunting di Indonesia pada tahun 2010 lebih tinggi (35.6%) dibandingkan kejadian wasting (12.2%) dan kegemukan (9.2%) (Riskesdas,2010). Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat perkembangan anak muda dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Studi menujukkan bahwa anak pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa (Unicef,2002). Penelitian yang dilakukan oleh Picauly (2013) mengenai analisis determinan dan pengaruh stunting terhadap prestasi belajar anak sekolah di wilayah Kupang dan Sumba Timur,NTT diperoleh hasil siswa yang stunting lebih banyak memiliki prestasi belajar yang kurang, sedangkan siswa yang tidak stunting lebih banyak memiliki prestasi belajar baik. Usia sekolah dasar merupakan usia emas ke-dua bagi pertumbuhan anak baik fisik maupun mental yang berpengaruh bagi masa depan. Keadaan gizi kurang seperti stunting yang dialami oleh anak usia sekolah akan memengaruhi kemampuan daya tangkap anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan akan memengaruhi prestasi belajarnya.

7 Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Almatsier (2001) yang mengatakan bahwa kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. Kejadian stunting pada anak usia sekolah dasar tidak hanya berdampak pada anak usia sekolah dasar sendiri, tetapi juga berdampak pada bangsa dan negara. Hal ini menuntut adanya perhatian yang lebih besar disertai penanganan yang tepat terhadap masalah gizi tersebut. C. Pembatasan Masalah Karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian ini hanya untuk menganalisis asupan Seng (Zn), kalsium (Ca) dan vitamin A pada anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun diindonesia tahun 2010. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada perbedaan asupan seng (Zn), kalsium (Ca) dan Vitamin A dengan kejadian stunting dan normal pada anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun di Indonesia pada tahun 2010.

8 E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini mempelajari perbedaan asupan seng (Zn), kalsium (Ca) dan vitamin A pada anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun dengan kejadian stunting di Indonesia pada tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010. b. Mengidentifikasi tinggi badan dan status gizi TB/U anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010. c. Mengidentifikasi asupan seng (Zn), kalsium (Ca) dan vitamin A anak usia sekolah dasar usia 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010. d. Menganalisis rata-rata asupan seng (Zn), kalsium (Ca) dan Vitamin A menurut jenis kelamin pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010. e. Menganalisis hubungan asupan seng (Zn), kalsium (Ca), Vitamin A dengan Usia pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010. f. Menganalisis rata-rata asupan seng (Zn), kalsium (Ca) dan Vitamin A menurut status gizi TB/U pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010. g. Menganalisis rata-rata status gizi (TB/U) menurut jenis kelamin pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Indonesia tahun 2010.

9 h. Menganalisis faktor usia, asupan zinc, kalsium dan vitamin A sebagai determinan status gizi (TB/U) pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Indonesia. 3. Manfaat Penelitian a. Bagi Masyarakat Untuk menambah informasi dan pengembangan program gizi masyarakat khususnya untuk anak usia sekolah dasar 7-12 tahun. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk lebih mendalami kesadaran akan konsumsi makanan dengan pedoman gizi seimbang baik pada orang dewasa maupun anak-anak agar dapat menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia. b. Bagi Institusi Pendidikan Khususnya Universitas Esa Unggul Sebagai bahan untuk melengkapi kepustakaan dan dapat menjadi referensi umum bagi penelitian sejenis dan memberikan kontribusi pada pengembangan kajian ilmu kesehatan khususnya dibidang ilmu gizi. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan khususnya bidang ilmu gizi yang diperoleh selama perkuliahan.