PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARGUMEN-BASED SAINS INQUIRY (ABSI)

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN

A. Nuryandi*, D. Rusdiana

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

Implementasi Model Pembelajaran Argumentasi Dialogis dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMA

BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL ARGUMENT- DRIVEN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR

2015 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI COMPETING THEORIES TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMA PADA MATERI ELASTISITAS

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS

PROFIL KETERAMPILAN BERARGUMENTASI SISWA SMP: PERBANDINGAN PADA DUA MODEL PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :

Kemampuan berpikir analitis mahasiswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri bebas

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pretest Perlakuan Posttest Observasi. Gambar 3.1. Desain penelitian the one-group pretest-posttest Keterangan : T 1 T 2

DESAIN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SERTA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAKISJAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

Ilham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY AND SCIENCE ISSUES PADA KETERCAPAIAN 3 RANAH HASIL BELAJAR SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 29

Evriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIANGET

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 2

DAFTAR PUSTAKA. pada Siswa SMP Kelass VIII. Tesis pada Universitas Negeri Semarang. [Online]. [9 Januari 2012].

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 3 p-issn /e-ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB III METODE PENELITIAN

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Transkripsi:

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA ABSTRAK: Agus Budiyono Dosen Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Islam Madura Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan model pembelajaran argument-based science inquiry terhadap peningkatan kemampuan berargumentasi siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain one group pretest posttest design. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI di MAN Pamekasan Jawa Timur dengan Sampel sebanyak satu kelas yang dipilih secara cluster random sampling dengan jumlah 34 siswa. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan berargumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah effect size dan <g>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran ABSI berpengaruh sangat besar terhadap kemampuan berargumentasi siswa dengan nilai effect size sebesar 5,80, serta meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dengan nilai <g> sebesar 0,85 atau berada pada kategori tinggi. Kata kunci: Pengaruh, model pembelajaran Argument-Based Science Inquiry (ABSI), Kemampuan berargumentasi. PENDAHULUAN Belajar fisika pada dasarnya adalah belajar pemahaman terhadap konsep, teori atau hukum-hukum fisika. Dalam mempelajari fisika tidak cukup dengan sekadar mengingatnya saja. Akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana cara memahami konsep, teori atau hukum-hukum tersebut. National Research Council (1996) mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA merupakan sebuah proses aktif di mana siswa harus melakukan sesuatu, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran fisika di sekolah harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung secara inkuiri sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Proses penemuan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para 84 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

ilmuwan melibatkan berbagai keterampilan ilmiah. Cara seperti ini dapat ditiru dan dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran fisika melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Pembelajaran inkuiri dengan kegiatan eksperimen akan melibatkan siswa secara langsung dalam berbagai aktivitas seperti mengajukan hipotesis, merencanakan sebuah eksperimen, memprediksi, menginterpretasi data, mengolah informasi dan membuat kesimpulan (Duran, 2014). Dengan begitu, pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sekadar dihafal, akan tetapi dipahami dan dikuasai secara lebih mendalam, serta bertahan lebih lama dalam pikiran. Selain pemahaman konsep, hal lain yang perlu dikembangkan adalah kemampuan argumentasi. Kuhn (2010) mengungkapkan Konsep ilmu sebagai argumen, dan pandangan bahwa terlibat dalam argumentasi ilmiah harus memainkan peran kunci dalam pendidikan sains. konsepsi sains sebagai argumen telah datang secara luas dan menganjurkan sebagai hal dasar pendidikan sains. tujuan pendidikan sains tidak hanya penguasaan konsep-konsep ilmiah, tetapi juga belajar bagaimana terlibat dalam wacana ilmiah. Untuk mencapai terlaksananya wacana ilmiah, siswa harus memiliki kemampuan argumentasi yang dalam pembelajarannya melatihkan siswa terbiasa berargumentasi. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa, argumentasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran fisika di kelas. Dengan adanya kemampuan berargumentasi yang dimiliki oleh siswa, maka proses pembelajaran di kelas akan lebih menarik karena siswa akan berpartisipasi aktif dalam kelas, baik dalam bentuk mengajukan pendapat, sanggahan, pertanyaan maupun menjawab pertanyaan guru. Untuk itu perlu adanya pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman inkuiri sekaligus melatih argumentasi siswa. Adapun pembelajaran tersebut adalah pembelajaran argument-based science inquiry (ABSI), yaitu sebuah model pembelajaran argumentasi yang mengintegrasikan inkuiri sains dalam pembelajaran. Pembelajaran ABSI memberikan kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan praktikum secara inkuiri, memberikan kesempatan melakukan diskusi kelompok kecil dan diskusi kelas sehingga siswa 85 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

dilatih berargumentasi yang argumentasinya tersebut didasarkan atas hasil kegiatan inkuiri sains. dengan kata lain pembelajaran ABSI dapat memfasilitasi kegiatan penyelidikan dan membangun argumentasi siswa. Demirbag dan Gunel (2014) melaporkan bahwa pembelajaran ABSI mampu meningkatkan hasil belajar siswa, kemampuan argumentasi dan kemampuan menulis. Lebih lanjut, Demircioglu dan Ucar (2012) melaporkan bahwa penggunaan argumen berbasis inkuiri efektif lebih meningkatkan kualitas argumentasi siswa dibandingkan penggunaan metode konvensional. METODOLOGI Pada penelitian ini digunakan metode penelitian pre-exsperiment dengan desain The One-Group Pretest- Postest Design (Sugiyono, 2012). Desain tersebut menggunakan 2 kali pengukuran yaitu sebelum eksperimen (pretest) dan setelah eksperimen (posttest) dengan soal yang sama. Desain ini hanya menggunakan satu kelas eksperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol. O 1 X O 2 Gambar 1 : The One-Group Pretest- Posttest Design Keterangan : O 1 : Pretes kemampuan berargumentasi siswa O 2 : posttest kemampuan berargumentasi siswa X : Perlakuan berupa materi elastisitas menggunakan model pembelajaran ABSI. Metode ini digunakan mengetahui hasil perlakuan dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan setelah diberi perlakuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI peminatan IPA di MAN Pamekasan Kabupaten Pamekasan Jawa Timur sebanyak satu kelas dengan jumlah 34 siswa (satu kelas eksperimen) dari delapan kelas yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam menentukan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak kelas, yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi karena kedelapan kelas XI di MAN Pamekasan dianggap homogen (Sugiono, 2012). Kemampuan berargumentasi siswa diukur menggunakan tes kemampuan berargumentasi pada materi elastisitas. Tes yang digunakan 86 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

berupa tes uraian. Soal tes tersebut menuntut siswa mampu membuat sesuai dengan permasalahan, menyajikan data dan menganalisis data, memberikan pembenaran, memberikan dukungan atau sanggahan terhadap permasalahan. Keempat 87 Vol. 4, No. 1, Juni 2016 indikator tersebut sesuai dengan indikator yang dikembangkan oleh Toulmin dalam Robertshaw dan Campbell (2013). Adapun rubrik penilaian pada tes kemampuan argumentasi ini dapat dijelaskan pada tabel 1. Table 1. Rubrik penilaian Tes Kemampuan Argumentasi No Kemampuan argumentasi Skor dan kriteria Unsur Aspek 1 2 3 1 Klaim Akurasi Klaim sepenuhnya Klaim sebagian tidak akurat akurat akurat 2 Data Kecukupan data Menyertakan data tetapi tidak relevan 3 Pemben aran 4 Dukung an Kualitas data Kualitas pembenaran Kualitas dukungan Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran ABSI terhadap kemampuan berargumentasi siswa pada Data ada tetapi tidak dianalisis Pembenaran menjelaskan hubungan antara data dan tidak Dukungan melandasi pembenaran tidak Menyertakan data, tetapi tidak cukup Data sebagian dianalisis Pembenaran menjelaskan hubungan antara data dan sebagian Dukungan melandasi pembenaran sebagian Klaim sepenuhnya Menyertyakan data yang cukup Data sepenuhnya dianalisis Pembenaran menjelaskan hubungan antara data dan sepenuhnya Dukungan melandasi pembenaran sepenuhnya (Muslim, 2014) materi elastisitas digunakan perhitungan dengan menggunakan effect size. Perhitungan Effect size

merupakan ukuran besarnya kekuatan hubungan antara sebuah variabel bebas dengan variabel terikat (Cohen, 1998). Yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah kuat lemahnya peningkatan kemampuan memahami dan kemampuan berargumentasi siswa. Kuat lemahnya peningkatan kemampuan memahami dan kemampuan berargumentasi tersebut mengambarkan besar kecilnya kontribusi penerapan model ABSI dalam meningkatkan kemampuan memahami dan kemampuan berargumentasi. Effect size dihitung menggunakan rumus (Cohen, 1998) sebagai berikut: Keterangan: M : Rata-rata skor tes SD : Standar deviasi skor tes Nilai effect size (d) yang diperoleh kemudian diintepretasi dengan menggunakan kriteria di bawah ini: Tabel 2. Interpretasi effect size Effect size Interpretasi d < 0,2 Sangat Kecil 0,2 d < 0,5 Kecil 0,5 d < 0,8 Sedang 0,8 d<1,0 Besar d 1,0 Sangat Besar (Cohen, 1998) Adapun analisa data yang digunakan mengetahui peningkatan kemampuan berargumentasi siswa pada materi elastisitas digunakan data skor rata-rata <g> yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut. <g> Keterangan: <S S S post m ideal S pre pre <g> : skor rata-rata gain yang dinormalisasi <S post > : skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa <S pre > skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa skor maksimum ideal S m ideal Sedangkan kategori <g> disajikan pada Tabel 3. Tabel 3.Kategori Tingkat <g> Batasan N-gain Kategori <g> > 0,70 Tinggi 0,30 <g> 0,70 Sedang <g> < 0,30 Rendah (Hake, 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan berargumentasi diperoleh melalui tes kemampuan berargumentasi yang dilakukan di awal (pretest) dan di akhir (posttest). Tes kemampuan berargumentasi ini terdiri 88 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

dari 6 bagian soal uraian yang mengacu pada indikator kemampuan berargumentasi materi elastisitas yang terdiri dari konsep modulus elastisitas, hukum Hooke, dan hukum Hooke pada rangkaian seri dan paralel. Indikator kemampuan berargumentasi yang digunakan dalam tes yaitu;, data, pembenaran dan dukungan yang terdapat pada setiap bagian soal. Pengaruh penerapan model ABSI terhadap kemampuan berargumentasi siswa secara umum digunakan perhitungan effect size (d). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data seperti Tabel 4. Tabel 4. Ukuran Effect Size Kemampuan berargumentasi Aspek Tes Awal Tes Akhir (%) (%) Rata-rata 64,41 94,61 Standar Deviasi 2,92 6,75 Effect Size (d) 5,80 (Sangat besar) Berdasarkan hasil perhitungan effect-size memberikan kesimpulan bahwa kekuatan pembelajaran model ABSI dalam meningkatkan kemampuan berargumentasi sangat besar pengaruhnya dengan Effect Size (d) sebesar 5,80. Dari data tersebut terlihat bahwa, sangat besar pengaruhnya dengan penerapan model ABSI terhadap kemampuan berargumentasi siswa. Berarti secara implisit memberikan indikasi bahwa penerapan model ABSI memiliki makna penting dan tidak dapat diabaikan pengaruhnya terhadap kemampuan berargumentasi siswa. Hal tersebut karena setiap tahapan pembelajaran model ABSI memuat kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada tumbuhnya kemampuan berargumentasi. Lebih lanjut rekapitulasi hasil pretest, posttest dan <g> kemampuan berargumentasi disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi Kemampuan berargumentasi Kemampuan Kelas Eksperimen Pretest Posttest <g> Skor Maksimum 60 87 Skor Minimum 53 56 Skor Rata-Rata 57,97 85,15 0.85 Skor Rata-Rata (%) 64,41 94,61 85 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa skor rata-rata pretest siswa kelas eksperimen 57,97 (64,41% dari skor ideal 90). Skor rata-rata posttest kelompok eksperimen sebesar 85,15 (94,61% dari skor ideal 90), dan skor rata-rata <g> kemampuan berargumentasi sebesar 0.85 (85% dari 89 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

skor ideal 1) yaitu berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model ABSI ampuh meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa. Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Demirbag dan Gunel (2014), yang melaporkan bahwa model ABSI dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa. Sedangkan perbandingan skor rata-rata <g> siswa pada tiap indikator kemampuan berargumentasi ditunjukkan oleh Diagram berikut. Diagram Perbandingan skor rata-rata <g> Tiap Indikator Kemampuan Berargumentasi Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa, keempat indikator kemampuan berargumentasi memiliki nilai <g> yang berbeda. Untuk kemampuan memberikan yaitu sebessar 0,95, kemampuan menyajikan dan menganalisis data sebesar 0,96, kemampuan melakukan pembenaran sebesar 0,73, sedangkan kemampuan memberikan dukungan sebesar 0,89. Dari keempat indikator kemampuan berargumentasi tersebut yang <g> terendah yaitu pada kemampuan pembenaran serta <g> tertinggi berada pada kemampuan memberikan. Indikator, rata-rata <g> sebesar 0,95. Siswa terfasilitasi pada tahapan eksplorasi pemahaman sebelum pembelajaran. Siswa mengajukan dan menjawab sebuah 90 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

dari peristiwa demontrasi yang disajikan oleh guru berkenaan dengan materi yang akan dibahas. Lebih lanjut, indikator juga terfasilitasi pada tahapan bertukar pikiran dan membandingkan interpretasi data dalam kelompok kecil. Setiap siswa pada kelompok mengajukan didiskusikan dalam kelompoknya. Hal ini memberikan peluang kepada siswa mengekplorasi pengetahuan yang diketahui pada saat melakukan praktikum pada tahap sebelumnya. Selanjutnya juga terfasilitasi pada tahapan eksplorasi pemahaman setelah pembelajaran. Siswa memberikan akhir berdasarkan hasil diskusi kelas sehingga menjadi kesimpulan akhir. Pada Indikator data, rata-rata <g> sebesar 0,96. Siswa terfasilitasi pada tahapan partisipasi aktif dalam kegiatan praktikum. Siswa mengumpulkan data dari kegiatan praktikum yang selanjutnya diinterpretasikan kedalam tabel serta data tersebut dianalisis sebagai penguatan dari yang diajukan. Kemampuan memberikan data serta mampu menganalisisnya ini yang menyebabkan <g> paling tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Adapun indikator pembenaran, rata-rata <g> sebesar 0,73. Pada indikator pembenaran ini siswa terfasilitasi pada tahapan menulis pengertian individu kegiatan praktikum. Siswa menghubungkan hasil data yang diperoleh pada kegiatan praktikum dengan yang diajukan. Selain itu indikator pembenaran ini juga terfasilitasi pada tahapan membandingkan ide-ide sains dengan buku teks atau sumber lainnya melalui diskusi kelas. Sedangkan indikator dukukungan, rata-rata <g> sebesar 0,89. Siswa terfasilitasi pada tahapan bertukar pikiran dan membandingkan interpretasi data dalam kelompok kecil. Siswa mencoba memberikan dukungan berdasarkan teori, hukum dan persamaan terkait materi yang didiskusikan dalam kelompok kecil. Selain itu indikator dukungan ini juga terfasilitasi pada tahapan membandingkan ide-ide sains dengan buku teks atau sumber lainnya melalui diskusi kelas. Pada diskusi kelas ini perwakilan siswa memberikan dukungan terhadap yang diajukian berdasarkan 91 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

teori, hukum dan persamaan yang sudah menjadi dukungan hasil diskusi kelompok. Sedangkan siswa lainnya mencatat hasil diskusi kelas sebagai dukungan akhir. Model pembelajaran ABSI maupun model yang berorientasi pada argumentasi siswa memberikan dampak yang baik terhadap kemampuan berargumentasi siswa. Santoso dan supriadi (2014), Siswanto, Kaniawati dan Suhandi (2014), Muslim (2014) serta Demircioglu dan Ucar (2012) melaporkan bahwa pembelajaran berbasis argumentasi dapat memberikan dampak yang baik terhadap kemampuan berargumentasi peserta didik. PENUTUP Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh penerapan model pembelajaran argument-based science inquiry (ABSI) terhadap kemampuan berargumentasi siswa, maka dapat dapat ditarik kesimpulan bahwa model argument-based inquiry science (ABSI) memberikan pengaruh yang sangat besar pada kemampuan berargumentasi siswa yaitu dengan effect siza (d) sebesar 5,80. DAFTAR PUSTAKA Cohen, J. (1998). Statistictical power analysis for the behavioral science, Second Edition. New Jersery USA: Lawrence Erlbaum Associate. Demirbag, M. & Gunel, M. (2014). Integrating Argument-Based Science Inquiry with Modal Representations: Impact on Science Achievement, Argumentation, and Writing Skills. Educational Sciences: Theory and Practice 14(1), hlm. 386-391. Demircioglu, T & Ucar, S. (2012). The Effect of Argument- Driven Inquiry on Pre- Service Science Teacher s Attitudes and Argumentation Skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences 46 (2012), hlm.5035-5039. Driver, R. Newton, P. & Osbome, J. (2000). Establishing The Norms of Scientific Argumentation in Classrooms. Science Education. 84 (3), hlm. 287-312. Dunst, C.J., Deborah, W.H., & Carol, M.T. (2004). Guedelines for calculating effect sizes for practice-based research syntheses. Centerscope, 3 (1), hlm. 1-10. 92 Vol. 4, No. 1, Juni 2016

Duran, M. (2014). A Study on 7th Grade Student s Inquiry and Communication Competencies. Procedia- Social and Behavioral Sciences. 116 (2014), hlm. 4511-4516. Hake, R.R. (1998).Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Kuhn, D. (2010).Teaching and Learning Scienceas Argument. Issues and Trends. hlm. 810-824. Muslim. (2014). Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi Calon Guru Fisika. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan. National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press. Robertshaw, B. & Campbell, T. (2013). Constructing Arguments: Investigating Pre-Service Science Teacher s Argumentation Skills in a Socio-Scientific Context. Science Education International Journal. 24 (2), hlm. 195-211. Nasional Kimia. UNESA, hlm. C-134-C-143 Siswanto, Kaniawati, I & Suhandi, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Menggunakan Metode Saintifik Untuk Meningkatkan Emampuan Kognitif Dan Keterampilan Berargumentasi Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 10 (2), Hlm. 104-116. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Santoso & Supriadi. (2014). Pembelajaran Penalaran Argumen Berbasis Peta Konsep Meningkatkan Kemampuan memahami Kimia. Prosiding Seminar Nasional Kimia. UNESA, hlm. C-134-C-143. Siswanto, Kaniawati, I & Suhandi, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Menggunakan Metode Saintifik Untuk Meningkatkan Emampuan Kognitif Dan Keterampilan Berargumentasi Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 10 (2), Hlm. 104-116. Santoso & Supriadi. (2014). Pembelajaran Penalaran Argumen Berbasis Peta Konsep Meningkatkan Kemampuan memahami Kimia. Prosiding Seminar 93 Vol. 4, No. 1, Juni 2016