BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM PENINGKATAN KEMATANGAN EKSPLORASI KARIR SISWA

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB II LANDASAN TEORITIS

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini manusia dihadapkan pada suatu kehidupan masyarakat yang

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna baik bagi individu sendiri maupun masyarakat luas. Pendidikan bertujuan untuk merumuskan potensi yang dimiliki individu, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut. Pendidikan nasional berfungsi merumuskan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan menurut undang-undang menitikberatkan pada pengembangan potensi siswa. Pengembangan potensi ini mencakup bidang spiritual yakni menjadi individu yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bidang moral yakni berakhlak mulia, bidang intelektual yakni berilmu, cakap dan kreatif, serta bidang sosial yakni menjadi warga negara yang demokratis (Kemdikbud, 2013: 11). Tujuan pendidikan harus dicapai oleh setiap jenjang pendidikan, di antaranya adalah Sekolah Dasar (SD) / Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Salah satu jenjang 1

2 pendidikan formal adalah MA (Madrasah Aliyah) yang memiliki tujuan pendidikan sama dengan SMA. Adapun siswa MA seusia dengan siswa SMA. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan yang secara sadar memposisikan kemampuan siswa untuk mengeksplorasi, memilih, merencanakan dan mengambil keputusan untuk meraih masa depannya (Yusuf, 2006: 21). Tidak dapat dibayangkan jika pendidikan terlepas dari tanggung jawab guru BK. Siswa akan kehilangan arah dan mengalami masalah kepribadian dan karakter jika tidak ada peran guru BK sebagai pembimbing di sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai strategi layanan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal, maka secara umum layanannya harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia supaya mampu menjawab tantangan kehidupan masa depan (Suherman, 2007: 7). Layanan bimbingan dan konseling hendaknya membantu dan mempermudah siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, memilih dan membuat keputusan, serta dapat menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan karirnya sesuai dengan tuntutan lingkungan kehidupannya. Upaya dan strategi layanan bimbingan dan konseling hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan fungsi proses pendidikan, karakteristik dan kebutuhan perkembangan siswa serta kondisi lingkungan baik sekolah maupun masyarakat tempat siswa atau individu menjalani kehidupannya. Terdapat empat jenis bimbingan ditinjau dari bidang layanan individu terdapat empat jenis bimbingan, yaitu...bimbingan akademik, bimbingan pribadi sosial, bimbingan karir dan bimbingan keluarga (Nurihsan, 2006: 15). Keempat jenis bimbingan tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing dalam proses bimbingan konseling di SMA dan MA. Salah satu jenis bimbingan yang memiliki peranan penting dalam perencanaan kehidupan vokasi siswa di masa depan adalah bimbingan karir. Bimbingan karir adalah upaya bantuan terhadap individu supaya mengenal dan memahami dirinya dan mengembangkan masa depannya dengan bentuk kehidupan yang diharapkan (Nurihsan, 2006: 16).

3 Aspek yang sangat penting untuk dikembangkan dalam kaitannya dengan upaya membantu individu berkembang dalam bidang vokasi adalah aspek karir yaitu kemampuan memahami dirinya, mengenai dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan kehidupan yang diharapkannya, menentukan dan mengambil keputusan yang tepat serta bertanggung jawab, sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Tidak semua remaja dapat dengan mudah mengambil keputusan karir, dan banyak di antara siswa mengalami episode keraguan sebelum mantap pada suatu jalur karir. Keraguan tersebut termanifestasikan sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu ketika menentukan karir. Kesulitan-kesulitan ini dapat menjadikan individu menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan pada orang lain atau menunda dan menghindar dari tugas mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusannya tidak optimal. Siswa SMA berada pada masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun (Hurlock, 1980: 208). Siswa SMA telah memiliki minat terhadap pekerjaan yang ditandai dengan mulai memikirkan masa depan dengan sungguh-sungguh. Conger (Yusuf, 2006: 83) mengemukakan suatu pekerjaan bagi siswa SMA merupakan sesuatu yang secara sosial diakui sebagai cara untuk memenuhi kepuasan berbagai kebutuhan, mengembangkan perasaan eksis di masyarakat, dan memperoleh sesuatu yang diinginkan dan mencapai tujuan hidup. Pemilihan dan persiapan diri ke arah suatu pekerjaan atau karir merupakan persiapan remaja sebelum masuk ke dunia kerja serta merupakan tugas perkembangan remaja. Remaja idealnya memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Potensi-potensi yang dimaksud termasuk pengetahuan keterampilan, kreativitas, kemampuan dan sikap terhadap pekerjaan. Pembuatan keputusan tentang karir yang dipilih harus dipadukan antara pekerjaan dan karir yang dikehendaki dengan potensi-potensi pribadi yang dimiliki (Sukardi, 1987: 57). Remaja diharapkan dapat belajar bagaimana melepaskan diri dari

4 bantuan orangtua dengan mendapatkan pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja di masa depan. Fenomena kematangan eksplorasi karir siswa yang masih rendah di SMA Negeri 11 Garut ditunjukkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada lima belas siswa. Siswa mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan bidang peminatan di sekolah karena tidak memiliki informasi yang cukup tentang bidang peminatan yang akan dipilihnya, belum mampu mengidentifikasi nilai-nilai yang harus unggul untuk dapat memasuki bidang peminatan di sekolah, dan belum mengetahui kelanjutan studi yang dapat dipilih di perguruan tinggi berdasarkan bidang peminatan siswa di SMA. Hasil wawancara yang dilakukan kepada guru BK SMAN 11 Garut tentang fenomena siswa ketika harus memilih bidang peminatan di awal kelas X adalah masih banyaknya siswa yang memilih bidang peminatan tertentu karena menuruti keinginan orang tua, ikut-ikutan teman, dan tidak mempertimbangkan potensi yang ada dalam dirinya, yaitu nilai akademik, minat, hobi, cita-cita, dan lain sebagainya. Hasil penyebaran angket kematangan eksplorasi karir kepada 134 siswa SMAN 11 Garut kelas X menunjukkan profil kematangan eksplorasi karir siswa pada kategori tinggi sebanyak 22 orang, sebanyak 87 siswa pada kategori sedang, dan sebanyak 25 siswa pada kategori rendah. Pencapaian aspek sikap mencapai tingkat kematangan eksplorasi karir yang lebih maksimal dibandingkan dengan aspek kompetensi. Hasil penelitian Abimanyu (1990: 86) menjelaskan siswa SMA kelas X masih belum memiliki kematangan eksplorasi karir karena terlalu cepat diminta untuk membuat keputusan. Penjurusan di kelas X diduga dapat memunculkan kasus-kasus yang berkaitan dengan itu, yang muaranya sebenarnya erat kaitannya dengan masih kurangnya informasi yang berhubungan dengan karir, khususnya tentang penjurusan.

5 Hasil penelitian Lathifah (2010: 93) terhadap siswa kelas X SMK Negeri 1 Cimahi menunjukkan 63,63% keterlibatan peserta didik dalam pemilihan dan penentuan pekerjaan yang diminati, 72,81% kemandirian siswa dalam pemilihan dan penentuan pekerjaan yang diminati, dan 72, 33% penentuan keputusan pekerjaan yang diminati oleh siswa. Herr & Creamer (Manrihu, 1986: 36) menyatakan kematangan karir menjadi tujuan dari perkembangan karir. Pengukuran kematangan karir dipandang perlu sebagai upaya untuk menilai kesiapan pribadi untuk mengambil keputusan sebagai cara untuk berperan serta dalam berbagai macam pengalaman pengembangan, khususnya karir dan berfungsi sebagai instrumen diagnostik dalam menentukan perlakuan, dan mengevaluasi tingkat strategi yang ditujukan untuk membantu pencapaian tujuan vokasional. Hasil penelitian Rauf (2006) di beberapa SMA Negeri Kota Pekanbaru Provinsi Riau menunjukkan siswa yang masuk ke dalam kategori matang (28,57%), kurang matang (59,52%), dan tidak matang (11,90%). Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukkan sebagian sampel yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi atau matang yaitu sebesar 84,2%, sebanyak 7,4% siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang sangat tinggi atau sangat matang, dan sisanya 8,4% berada pada kategori sedang atau cukup matang. Siswa SMA berada pada tahap eksplorasi jika dilihat dari teori perkembangan karir menurut Super. Winkel (1997: 579) mengatakan dalam eksplorasi karir individu memikirkan berbagai alternatif, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Siswa SMA pada tahap eksplorasi dapat lebih akurat menggambarkan peluang keberhasilan pada suatu pekerjaan di masa depannya (Sharf, 1992: 148). Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mencapai kristalisasi karir yang diminati. Kristalisasi merupakan periode siswa merumuskan kesempatan pekerjaan dan memahami hubungan antara perkembangan karir

6 dengan konsep diri dalam menentukan pendidikan yang relevan (Osipow, 1983:157). Tugas perkembangan karir tersebut sesuai dengan standar kompetensi kemandirian siswa yang dikeluarkan oleh ABKIN (2007: 47). Siswa SMA harus mencapai kemandirian dalam wawasan dan persiapan karir. Tugas ini terinternalisasi ke dalam tiga tahap: (1) pengenalan, yaitu dengan mempelajari kemampuan diri, peluang dan ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas yang terfokus pada pengembangan alternatif karir yang lebih terarah; (2) akomodasi, merupakan internalisasi nilai-nilai yang melandasi pertimbangan pemilihan alternatif karir; dan (3) tindakan, yaitu mulai mengembangkan alternatif perencanaan karir yang mempertimbangkan kemampuan, peluang, dan ragam karir. Paparan di atas menyiratkan yang dimaksud karir bagi siswa SMA adalah menentukan pilihan bidang peminatan, yaitu suatu pengambilan pilihan dan keputusan oleh siswa dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Siswa yang memiliki kematangan eksplorasi karir pada kategori rendah belum dapat terlibat penuh dalam proses pemilihan jalur bidang peminatan. Siswa cenderung memilih bidang peminatan tidak berdasarkan pada potensi dirinya, paksaan orangtua, atau mengikuti temantemannya. Siswa SMA mengalami kebingungan, ketidakpastian dan stres dalam melakukan eksplorasi dan pemilihan karir (Santrock, 2003: 485). Ketidaktepatan dalam pemilihan bidang peminatan tentu akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang akan dihadapi oleh siswa. Salah satu konsekuensinya siswa akan mengalami hambatan dalam melaksanakan tahapan perkembangan karir selanjutnya. Siswa tidak akan optimal dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah. Pengambilan keputusan siswa dalam peminatan diasumsikan memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai informasi karir, sehingga ia mempunyai

7 sikap dan kemampuan yang lebih baik dalam mengambil keputusan (Wicaksono, 2007:3). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glaize dan Myrick (1984: 168) menyimpulkan siswa yang diberi informasi pekerjaan yang lengkap, melihat dunia kerja lebih realistik dan makin berusaha mengembangkan karirnya. Bandura dan Schunk (1984:121) membuktikan dengan meyakinkan adanya hubungan antara peningkatan pemecahan masalah dengan sistem pemberian informasi pekerjaan bagi sekelompok siswa. Crites (Dillard, 1985: 33) mengidentifikasikan dimensi-dimensi dalam mengukur kematangan eksplorasi karir, yaitu...they are involvement in the choice process, orientation toward work, independence in decision-making, preference for career choice factors, and conceptions of the choice process.... Pencapaian kematangan eksplorasi karir dapat diukur melalui kelima indikator, yaitu melibatkan diri dalam proses pemilihan karir, memiliki orientasi terhadap pekerjaan, memiliki kebebasan dalam pengambilan keputusan, memiliki kemampuan dalam mempertimbangkan suatu pilihan, dan memiliki konsep dalam memilih karir. Layanan bimbingan karir bertujuan untuk membantu siswa supaya memperoleh penyesuaian diri dan pemecahan masalah karir yang dihadapi. Siswa akan memperoleh bantuan melalui bimbingan karir, yaitu: (1) pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya; (2) pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan; (3) persiapan matang untuk memasuki dunia pekerjaan dan kehidupan; (4) penempatan yang sesuai dengan bidang-bidang kehidupan tertentu; (5) memecahkan masalah-masalah khusus sehubungan dengan pekerjaan dan polapola kehidupan lainnya; (6) penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap karir (Surya, 1988:4). Layanan bimbingan karir diperlukan sebagai bagian integral dari bimbingan dan konseling yang dapat membantu siswa mengatasi dan menuntaskan permasalahan-permasalahan karir sehingga siswa memiliki

8 kematangan eksplorasi karir. Penelitian difokuskan pada penggunaan layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa SMA kelas X. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Latar belakang penelitian menggambarkan fenomena-fenomena permasalahan karir pada siswa SMA. Permasalahan-permasalahan karir pada siswa SMA yaitu kematangan eksplorasi karir yang masih rendah. Permasalahan yang muncul apabila siswa tidak tepat dalam mengambil keputusan bidang peminatan di sekolah diantaranya adalah siswa tidak dapat menjalani proses pembelajaran di kelas secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sering tidak hadir pada pelajaran-pelajaran tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan kemampuannya, tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan akhirnya pencapaian nilai akademik yang buruk. Secara psikologis siswa SMA tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Remaja mengalami ambivalensi kemerdekaan, pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa; pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual (Supriatna & Budiman, 2009: 18). Remaja harus mampu menjawab Siapa saya? Apa saya? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karir masa depan saya? Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh remaja. Jika ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup,

9 termasuk pengambilan keputusan karir. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan karirnya sehingga karir masa depan penuh dengan harapan. Pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya atau peer group yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas. Layanan bimbingan karir diperlukan sebagai bagian integral dari bimbingan dan konseling yang dapat membantu siswa SMA mengatasi dan menuntaskan permasalahan-permasalahan karir sehingga siswa memiliki kematangan dalam eksplorasi karir dan dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah kematangan eksplorasi karir dan layanan bimbingan karir sebagai sebuah upaya penanggulangan, maka rumusan masalah penelitian adalah kematangan eksplorasi karir yang dialami oleh siswa membutuhkan penanganan yang sesuai dari Guru BK atau konselor. Permasalahan kematangan eksplorasi siswa berimplikasi terhadap permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian, yaitu (1) identifikasi terhadap profil kematangan eksplorasi karir siswa sebagai data acuan bagi perumusan intervensi layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi siswa, dan (2) pengujian secara empirik terhadap keefektifan rumusan intervensi layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa. C. Pertanyaan Penelitian

10 Pertanyaan penelitian secara umum yaitu Apakah layanan bimbingan karir efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi siswa? Pertanyaan penelitian dijabarkan secara spesifik menjadi: 1. Seperti apa rancangan layanan bimbingan karir berdasarkan profil kematangan eksporasi karir siswa SMA kelas X? 2. Bagaimana rumusan layanan bimbingan karir yang efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir untuk siswa SMA kelas X? D. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah tersusunnya layanan bimbingan karir yang efektif dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir siswa. Tujuan khusus penelitian adalah: 1. Merancang layanan bimbingan karir berdasarkan profil kematangan eksplorasi karir siswa dan implementasinya untuk meningkatkan kematangan eksplorasi karir siswa SMA kelas X. 2. Menganalisis keefektifan layanan bimbingan karir dalam peningkatan kematangan eksplorasi karir untuk siswa SMA kelas X. E. Manfaat Penelitian Dari segi teoritis, hasil penelitian ini memberikan manfaat yaitu: 1. Penelitian ini dapat menambah khazanah konsep dan teori tentang kematangan eksplorasi karir bagi keilmuan bimbingan dan konseling. 2. Penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada supaya dapat memberi gambaran tentang kematangan eksplorasi karir siswa khususnya siswa SMA. Dari segi praktik, hasil penelitian ini memberikan manfaat yaitu:

11 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru bimbingan dan konseling mengadaptasi layanan bimbingan dan konseling karir di Sekolah Menengah Atas yang dihasilkan dari profil kematangan karir dan mengembangkan layanan bimbingan karir yang tepat untuk meningkatkan kematangan eksplorasi karir siswa SMA kelas X. 2. Bagi Prodi Bimbingan dan Konseling Kondisi nyata di lapangan berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa semakin beragam dan menuntut penanganan yang tepat. Namun terkadang guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing kurang jeli dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa tersebut, oleh karena itu Prodi Bimbingan dan konseling sebagai suatu lembaga pendidikan yang menyiapkan guru pembimbing dalam menyusun kurikulum terutama mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir dapat memfokuskan untuk melatih mahasiswa tentang teknik identifikasi dan penanganan permasalahan siswa secara tepat sehingga mahasiswa sebagai calon guru pembimbing dapat lebih kompeten dalam menangani masalah-masalah karir peserta didik, khususnya masalah yang berkaitan dengan kematangan eksplorasi karir siswa. F. Struktur Organisasi Tesis Bab I tesis berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II berisi kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Bab III berisi metode penelitian. Bab IV mendeskripsikan hasil penelitian yang selanjutnya dituangkan ke dalam pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi simpulan dan saran.

12