BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden dalam melaksanakan fungsi

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERSEPSI KARAKTERISTIK INDIVIDU TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN. (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

Arahan Presiden RI Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2015 Jakarta, 13 Mei 2015

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya kebutuhan audit tidak hanya terjadi pada sektor privat,

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration sampai pada new public service atau yang dikenal good governance menuntut pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang bertanggung jawab dan mengutamakan transparansi dalam setiap kegiatan pemerintah terutama di pemerintahan daerah. Namun, tujuan untuk terciptanya pemerintahan yang transparansi, akuntabilitas, serta partisipasi sepertinya masih sulit untuk dicapai. Hal ini dikarenakan masih banyak hambatan seperti meningkatnya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) baik itu di tingkat daerah maupun pusat serta adanya praktik-praktik pelanggaran hukum lainnya yang dapat menghambat peningkatan kualitas pelayanan bagi masyarakat. Hambatan-hambatan ini dapat diminimalisir dan dicegah dengan adanya pengawasan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Salah satu tindakan preventif yang dapat ditempuh untuk mencapai suatu pemerintahan yang transparansi, akuntabilitas, serta partisipasi yaitu dengan adanya pengawasan internal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal Pemerintah menjelaskan bahwa pengawasan internal merupakan seluruh proses kegiatan audit, reviu, 1

2 pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi, dan konsultansi terhadap penyelengaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Pengawasan internal yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) memiliki fungsi yang penting. Pengawasan internal berfungsi untuk memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan secara umum yaitu melalui kegiatan audit. Audit dapat memberikan hasil yang berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi unit organisasi yang diaudit (auditee) serta bagi masyarakat atau seluruh pihak yang berkepentingan ( stakeholders) apabila APIP memiliki kapabilitas dan kinerja yang baik. Pada tahun 2010, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah melaksanakan pemetaan kapabilitas APIP dengan menggunakan

3 pendekatan Internal Audit Capability Model (IA-CM). Dari hasil pemetaan diketahui bahwa 93% APIP masih berada pada level 1 (Initial), sedangkan sisanya 7% berada pada level 2 (Infrastructure). Hal ini menunjukkan rendahnya kapabilitas APIP di Indonesia yang disebabkan oleh beberapa hal antara lain, belum diterapkannya independensi dan objektivitas APIP, lemahnya manajemen APIP, kurangnya kebutuhan formasi auditor, kurangnya kegiatan pengembangan kompetensi sumber daya manusia, dan masih belum diterapkannya pelaksanaan audit sesuai dengan standar audit dan kode etik. Tidak diterapkan standar audit dan kode etik dalam pelaksanaan audit dapat menyebabkan pelaksanaan audit tidak memberikan nilai tambah bagi auditee dan kegiatan audit tersebut tidak berhasil. Pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar audit merupakan hal yang penting, karena standar audit merupakan acuan bagi auditor dalam melaksanakan audit, menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit, sebagai ukuran mutu minimal bagi auditor dalam melaksanakan audit, sebagai dasar keberhasilan pekerjaan audit, serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit. Kinerja auditor yang belum baik dapat dilihat dari tingginya skandal keuangan atau tingkat korupsi dan buruknya tata kelola pemerintahan di tingkat daerah karena auditor internal sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atau audit secara internal belum memiliki

4 kinerja yang baik sehingga belum mencapai fungsi dari pengawasan (audit) internal. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi yaitu Provinsi Maluku. Maluku termasuk daerah terkorup dengan menduduki peringkat ke 18 dari 33 Provinsi di Indonesia dan opini audit yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 5 tahun terakhir yaitu disclaimer. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari publik mengenai kinerja auditor internal pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan internal atau yang melakukan tindakan preventif terkait dengan meminimalisir praktik-praktik yang dapat merugikan masyarakat. Inspektorat sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang merupakan auditor internal pemerintah dituntut oleh para pengguna jasa maupun seluruh pihak yang berkepentingan ( stakeholders) untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memberikan jaminan kualitas dan nilai tambah bagi unit yang diaudit ( auditee), masyarakat maupun bagi seluruh stakeholders. Adanya pertanyaan, tuntutan, dan komplain terhadap kinerja auditor pemerintah menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja auditor pemerintah. Peningkatan kritik terhadap kinerja auditor yang disebabkan oleh banyaknya skandal keuangan seperti korupsi dan kegagalan auditor internal

5 dalam melaksanakan perannya sebagai pihak yang melakukan tindakan preventif. Porter (1993) mempertegas bahwa lingkungan audit yang penuh dengan kritikan terhadap kinerja auditor sudah merupakan karakteristik dari lingkungan audit saat ini. Menurut Porter, penyebab meningkatnya kritikan terhadap profesi audit karena kesenjangan harapan terhadap kinerja audit. Kesenjangan terhadap kinerja audit merupakan kesenjangan antara masyarakat maupun pengguna jasa auditor terhadap auditor dan kinerja auditor seperti yang dirasakan oleh masyarakat maupun pengguna jasa auditor (Porter:1993). Pada lingkungan sektor publik Indonesia, tuntutan dari masyarakat terkait dengan kinerja auditor pemerintah baik internal maupun eksternal merupakan hal yang tidak lazim dan menunjukkan adanya kesenjangan harapan terhadap kinerja auditor. Beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian Yuliati dkk (2007) menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan harapan ( expectation gap) antara auditor pemerintah dan pemakai laporan keuangan pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor dalam mengomunikasikan hasil audit. Halim dan Rusliyawati (2008) memberikan bukti di lingkungan sektor publik bahwa terdapat kesenjangan harapan ( expectation gap) antara auditor eksternal pemerintah dengan pengguna laporan keuangan terkait dengan independensi, pelaporan, akuntabilitas, maupun kompetensi auditor. Hutabarat dan Yuyetta (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat expectation gap antara

6 auditor Inspektorat dan para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar dari sisi akuntabilitas, independensi, dan bukti audit. Namun, terdapat expectation gap antara auditor Inspektorat dan para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar dari sisi materialitas audit. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai expectation gap dengan judul Expectation Gap Antara Persepsi Auditor Internal dan Auditee Terhadap Kinerja Auditor Internal Terkait dengan Pelaksanaan, Hasil, dan Tindak Lanjut Audit (Studi Pada Pemerintah Provinsi Maluku) 1.2 Rumusan Masalah Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi dan selama 5 tahun terakhir memperoleh opini disclaimer dari Badan Pengawasan Keuangan (BPK). Hal ini menimbulkan pertanyaan dari publik mengenai kinerja auditor internal pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan internal atau yang melakukan tindakan preventif terkait dengan meminimalisir praktik-praktik yang merugikan masyarakat. Terlebih lagi, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menunjukkan bahwa sebagian besar auditor internal pemerintah berada pada

7 level 1 ( initial). Hal ini menunjukkan terdapat kelemahan dalam organisasi audit internal pemerintah yang akan berdampak pada kinerjanya. Adanya kritikan terkait dengan kinerja Inspektorat Provinsi Maluku selaku auditor internal menunjukkan ketidakpuasan auditee maupun masyarakat terhadap kinerja Inspektorat selaku auditor internal pemerintah. Inspektorat diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi auditee sehingga auditee dapat mencapai tujuannya. Jika harapan auditee terkait dengan kinerja Inspektorat dapat dicapai oleh Inspektorat, maka hal ini akan memperkecil kesenjangan terhadap kinerja antara kedua pihak. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pemaparan di atas maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat expectation gap antara persepsi auditor internal dan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait dengan pelaksanaan audit? 2. Apakah terdapat expectation gap antara persepsi auditor internal dan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait dengan hasil audit? 3. Apakah terdapat expectation gap antara persepsi auditor internal dan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait dengan tindak lanjut audit?

8 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk menguji secara empiris expectation gap antara persepsi auditor internal dan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait dengan pelaksanaan audit. 2. Untuk menguji secara empiris expectation gap antara persepsi auditor internal dan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait dengan hasil audit. 3. Untuk menguji secara empiris expectation gap antara persepsi auditor internal dan auditee terhadap kinerja auditor internal terkait dengan tindak lanjut audit. 1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi mengenai kesenjangan terhadap kinerja auditor internal di lingkungan sektor publik sehingga dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan kinerja auditor internal pemerintah dalam hal pelaksanaan, hasil, dan tindak lanjut audit. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Pemerintah Provinsi Maluku

9 Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang expectation gap antara persepsi auditor internal Inspektorat Provinsi dan auditee terhadap kinerja auditor internal sehingga Pemerintah Provinsi Maluku dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan untuk membuat suatu kebijakan yang terkait dengan kinerja Inspektorat Maluku sehingga nantinya akan memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Provinsi Maluku. 2. Inspektorat Provinsi Maluku Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa gambaran dan masukan terkait harapan dan persepsi auditee terhadap kinerja Inspektorat Provinsi Maluku. 3. Akademisi Penelitian ini dapat menambah referensi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian tentang expectation gap dilingkungan sektor publik. 1.7 Sistematika Penulisan Kerangka penulisan ini disusun dalam 5 bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan penelitian, beberapa penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan kerangka pemikiran teoretis. BAB 3 METODE PENELITIAN Menguraikan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, definisi operasional dan pengukuran variabel, teknik pengujian data dan teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Menguraikan dan menjelaskan hasil penelitian, yang kemudian dibahas untuk menjawab masalah-masalah penelitian. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran sebagai sumbangan pemikiran bagi semua pihak.