I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera Barat, potensi yang mungkin untuk dikembangkan adalah dari sektor perkebunan, selain sektor lainnya seperti pertambangan dan jasa. Sektor perkebunan merupakan penyumbang yang cukup besar bagi pendapatan daerah Sumatera Barat (21,7%). Dari sektor perkebunan, komoditi yang memberikan sumbangan pendapatan yang cukup potensial adalah kayu manis yang memberikan nilai ekspor terbesar kedua setelah karet. Kayu manis (Cinnamomum burmanii) yang dalam perdagangan lebih dikenal sebagai casiavera merupakan tanaman asli Indonesia dan sebagian besar ditanam di daerah Sumatera Barat. Kayu manis Indonesia cukup disukai di luar negeri karena memiliki aroma yang khas. Produk utama dari tanaman kayu manis adalah kulit kering kayu manis yang digunakan sebagai rempah-rempah untuk penyedap makanan. Dari kulit kayu manis juga dapat dihasilkan beberapa produk lain seperti bubuk kayu manis, minyak atsiri kayu manis dan oleoresin kayu manis yang banyak digunakan dalam industri makanan minuman, farmasi dan kosmetika. Pasaran produk kayu manis terutama adalah Amerika Serikat yang mengimpor sekitar 80% dari jumlah kulit kayu manis yang tersedia untuk ekspor. Negara pengimpor lainnya adalah negara-negara di Eropa Barat, Kanada dan Singapura. Hanya sedikit dari produksi kayu manis yang digunakan untuk pasaran dalam negeri. Volume ekspor dan nilai ekspor kayu manis mengalami fluktuasi. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor mutu, karena tingkat mutu akan menentukan harga dan penerimaan oleh konsumen di luar negeri. Perkembangan volume dan nilai ekspor kayu manis dari pelabuhan Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
2 Tabel 1. Perkembangan volume ekspor dan nilai ekspor kayu manis Tahun Volume ekspor (Ton) Nilai ekspor (US $000) 2004 8.896,00 5.270,00 2005 6.033,76 3.522,14 2006 8.888,86 6.104,14 2007 10.231,39 7.791,11 2008 10.231,39 7.791,11 Sumber : Badan Pusat Statistik (2008) Sebagai daerah penghasil kayu manis yang cukup potensial, perkembangan luas lahan dan produksi kayu manis di Sumatera Barat hanya sedikit mengalami peningkatan. Kecilnya peningkatan luas areal dan produksi kayu manis disebabkan karena penanaman kayu manis masih dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal yang relatif kecil. Selain itu tanaman kayu manis masih dianggap sebagai usaha sampingan yang belum memberikan pendapatan yang besar bagi petani sehingga sulit diharapkan petani akan melakukan perluasan lahan dan peningkatan produksi. Perkembangan luas lahan dan produksi kayu manis Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan luas lahan produksi kayu manis Tahun Luas lahan (Ha) Produksi (Ton) 2002 52.259 21.375 2003 57.611 42.248 2004 57.623 43.389 2005 57.638 45.886 2006 57.300 35.407 2007 57.800 35.231 Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia (2008)
3 Pengembangan kayu manis di daerah Sumatera Barat diarahkan pada perluasan areal penanaman kayu manis yang dikelola oleh rakyat. Akan tetapi permasalahan yang dihadapi saat ini yaitu rendahnya mutu kulit kayu manis serta kurangnya informasi pasar pada tingkat petani, dan belum adanya industri pengolahan kayu manis. Keadaan ini menyebabkan petani tidak menganggap tanaman kayu manis sebagai usaha yang produktif untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara. Untuk memperluas daya saing komoditi kayu manis di pasar ekspor, maka diperlukan usaha untuk diversifikasi produk dengan memproduksi kayu manis dalam bentuk olahan, sehingga tidak hanya diekspor dalam bentuk gulungan kulit kering kayu manis seperti yang selama ini dilakukan. Karena itu pengembangan agroindustri pengolahan kayu manis menjadi strategis baik untuk menghadapi persaingan pasar maupun untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi komoditi kayu manis. Sehingga pada akhirnya petani kayu manis akan semakin merasakan manfaat kegiatan produksinya. Dengan berkembangnya industri makanan dan minuman maka telah dikembangkan produk bubuk kayu manis, sedangkan minyak atsiri kayu manis telah lama diproduksi terutama di Ceylon dan Cina. Di Indonesia produksi minyak atsiri kayu manis baru dalam taraf pengembangan. Harga minyak atsiri kayu manis selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun harganya relatif tinggi dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. Melihat besarnya potensi kulit kayu manis di daerah Sumatera Barat, maka perlu dikaji kelayakan pendirian industri pedesaan untuk pengolahan minyak atsiri kayu manis. Dengan adanya industri olahan kayu manis, baik dalam bentuk industri skala kecil atau menengah, akan memberikan kepastian pasar bagi petani sehingga akan mendorong petani untuk lebih meningkatkan produksi dengan menambah luas areal penanamannya. Selain itu pihak industri juga dapat melakukan pembinaan mutu bagi petani dengan memberikan penekanan terhadap standar mutu tertentu bagi kulit kayu manis yang dihasilkan oleh petani, sehingga diharapkan petani akan berusaha memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan dengan harga jual yang lebih baik.
4 Agar bisa berkembang, industri pedesaan sebagai industri kecil menengah yang berada di desa memerlukan dukungan teknologi yang baik. Pemilihan teknologi yang sesuai dengan lingkungan sosial masyarakat akan sangat menunjang usaha tersebut. Tingkat teknologi yang dibutuhkan tergantung pada sumberdaya (alam dan manusia), kemampuan teknologi yang dimiliki oleh industri, modal dan keadaan sosial masyarakat sekitar. Dengan demikian pendayagunaan potensi industri kecil dapat dilaksanakan sejalan dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji potensi pengembangan industri pengolahan kulit kayu manis. 2. Menentukan teknologi proses yang tepat untuk industri pengolahan kulit kayu manis. 3. Menetapkan tingkat kelayakan yang menguntungkan untuk pengembangan industri pengolahan kulit kayu manis. Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian pengembangan industri pengolahan kayu manis di daerah Sumatera Barat meliputi : 1. Melakukan kajian diversifikasi produk kayu manis. 2. Analisis struktur biaya dalam usaha pengolahan kayu manis yaitu pengkajian pada struktur biaya usaha tani dan pengolahan pasca panen kayu manis pada tingkat petani, analisis tata niaga dan harga pada tingkat petani, pedagang pengumpul dan pihak eksportir. 3. Kajian teknologi proses pengolahan kayu manis ditinjau dari segi teknis dan skala indsutri 4. Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan pendirian industri pengolahan kayu manis.
5 Hipotesis Pengembangan industri pengolahan kayu manis pada skala kecil dapat meningkatkan pendapatan petani kulit kayu manis.