UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA STANDAR

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

Rena Marhaini Simbolon SMK Negeri 8 Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

HIDAYAT PRABAWA A54B0

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

Oleh Ayu* Sonedi** Kata kunci: Hasil belajar Ekonomi, Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

Raehanun 1, Rukayah 2, Ruli Hafidah 1. 1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2 Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Dewi Fatimah SDN Kayen Kabupaten Trenggalek

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK MENGGUNAKAN MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN ALAT PERAGA GAMBAR BERSERI

Dedi Kurniawan ABSTRAK

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

PENINGKATAN MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN

Fadhli Kamil Mutiara Ariani Rahman

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 24-31

Oleh: Liana Sulistiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai suatu pandangan hidup untuk mengembangkan karakterkarakter

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Menurut Kunandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MENULIS PARAGRAF MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY MAHASISWA SEMESTER 1B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Ekspositoris Siswa Kelas XI SMK Yapek Gombong dengan Metode Example Non-Example

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK TEKS BERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 1 SEDATI-SIDOARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Peningatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi Menggunakan Model Cooperative Think Pair Share Pada Siswa Kelas X C SMA Negeri 5 Singkawang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), Aktivitas, dan Hasil Belajar Siswa ABSTRACT

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUNAS Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Desember 2016, Volume 2 Nomor 1 (21-25)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MENULIS ISI PENGUMUMAN MELALUI METODE THINK PAIR SHARE (Penelitian Tindakan Siswa Kelas IV SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango)

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TPS MENGGUNAKAN LKS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGUNGKAPKAN INFORMASI SECARA LISAN TENTANG KELUARGA PELAJARAN BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 12 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013 Sri Palupi SMA Negeri 12 Medan ABSTRAK Subjek penelitian sebanyak 41 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa. Berdasarkan Observasi hasil penelitian persentase tingkat kemampuan berbahasa siswa meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa yang memiliki kemampuan berbahasa sangat baik, 61% siswa yang memiliki kemampuan berbahasa baik dan 14,6 siswa tingkat kemampuan berbahasa cukup. Persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan berbahasa siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. Dengan demikiandengan menggunakan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Kata Kunci : model pembelajaran TPS dan mengungkapkan informasi secara lisan PENDAHULUAN Latar Belakang Kurikulum nasional untuk mata pelajaran Bahasa Prancis berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam pelajaran Bahasa Prancis yang baik dan benar secara lisan dan tulis. Pembelajaran Bahasa Prancis yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek, yaitu menyimak (comprehenssion orale), berbicara (production orale), membaca (comprehenssion ecrite) dan menulis (production ecrite). Diantara keempat aspek tersebut dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada aspek berbicara (production ecrite). Aspek berbicara ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses berkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa belajar berkomunikasi. Berdasarkan pengalaman di lapangan (empiris) diketahui bahwa kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat siswa kelas XI IPA II SMA Negeri 12 Medan dalam proses pembelajaran masih rendah. Dari data yang ada menunjukkan dari hasil perolehan nilai tersebut dari jumlah siswa 226

41 orang, hanya 36,59% (15 siswa) yang mendapat nilai 60 ke atas (batas ketuntasan guru), sedangkan sisanya atau sebanyak 63,41% (26 siswa) mendapat nilai di bawah 60. Selain itu, dari tugas sebelumnya yang diberikan oleh guru tidak menampakkan adanya peningkatan kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat siswa. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan memahami wacana lisan berbentuk dialog tentang keluarga pada pelajaran Bahasa Prancis di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013?. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan memahami wacana lisan berbentuk dialog tentang keluarga pelajaran Bahasa Prancis kelas XI IPA 2 SMA Negeri 12 Medan tahun ajaran 2012/2013. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa: Sebagai bahan masukan agar siswa lebih kreatif lagi dalam menuangkan ide, gagasan serta pikirannya dalam berbicara. 2. Bagi Guru: Memberikan alternatif pilihan penggunaan teknik, sehingga guru lebih kreatif lagi dalam mengembangkan dan menggunakan teknik pembelajaran. 3. Bagi Sekolah: Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang disajikan tempat penelitian. 4. Sebagai bahan usul kenaikan pangkat satu tingkat. KAJIAN PUSTAKA Kemampuan Kemampuan adalah suatu kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang. Kemampuan adalah kata yang sudah mengalami afiksasi (pengimbuhan) denagan kata dasar mampu berarti sanggup. Di dalam kamus besar Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang ia lakukan. Menurut Chaplin (2009) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga ( daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins (2008) kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik. Berbicara oleh Mulgrave dalam Henry Guntur Tarigan (2007:15) adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhankebutuhan sang pendengar atau penyimak. Henry Guntur Tarigan (2007:15) mengatakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Bicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Selanjutnya bagaimana pula dengan pengertian bicara anak? Kalau kita mengamati anak bicara, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan bicara anak adalah suatu penyampaian maksud 227

tertentu dengan mengucapkan bunyibunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar di sekitarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara dan berbahasa yaitu : faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik dan linguistik. a. Faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, juga organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan dan muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. b. Faktor psikologis yaitu memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilisasi emosi, tidak hanya berpengaruh terhadap keruntutan informasi yang dibicarakan. c. Faktor neurologis yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. d. Faktor semantik yaitu yang berhubungan dengan makna setiap simbol bahasa yang diucapkan mewakili maksud tertentu. e. Faktor linguistik atau penguasaan tentang hal kebahasaan seperti struktur kata dan kalimat sangat berperan akan pembentukan makna dalam kegiatan berbicara. Hal ini ditandai dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap seperti kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna. Pendapat di atas telah jelas, berhasil atau tidaknya anak dalam berbicara dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Faktor yang paling utama mempengaruhi kemampuan berbicara dan berbahasaadalah faktor linguistik. Adapun indikator kemampuan berbahasa adalah : meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Tipe Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lymn. Tipe ini 228 merupakan tipe yang sangat sederhana dan banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pembentukan pengetahuan oleh siswa. Dalam metode pembelajaran kooperatif, tipe ini termasuk ke dalam pendekatan struktural (Trianto, 2007:67). Pendekatan struktural menekankan penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Dengan menggunakan suatu prosedur atau struktur tertentu, para siswa dapat belajar dari siswa yang lain dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya dalam situasi non kompetisi sebelum mengungkapkannya di depan kelas. Menurut Spencer Kagan (dalam Zainal Aqib 2009:43) menyatakan bahwa Think Pair Share memberikan kesempatan kepada siswa memikirkan sendiri jawaban dari pernyataan yang kemudian berdiskusi dengan pasangannya untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di kelas. Model think pair and share merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok. Model Think Pair and Share berarti memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Sebagai contoh media pembelajaran kartu kata atau kalimat adalah media yang digunakan dalam pembelajaran yang berisi kata atau kalimat tunggal. Media pembelajaran ini berfungsi untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok. Misalnya, guru memberikan sebuah wacana rumpang, setiap siswa, kemudian setiap siswa memikirkan jawaban yang tepat untuk mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut dengan kata atau kalimat yang tepat. Kartu kata dan kartu

kalimat yang telah dibagikan dalam setiap kelompok dapat digunakan untuk mengisi kata atau kalimat yang hilang. Siswa saling bekerja sama untuk mengisi wacana rumpang tersebut. Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Langkah-langkah Penggunaan Pembelajaran dengan TPS (Think Pair Share) Menurut Munawaroh (2005: 31-32) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model Think Pair and Share adalah berikut ini: 1) Berpikir (thinking): guru mengajukan pertanyaan atau isu atau materi mengenai mata pelajaran tertentu dan siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri mengenai jawaban pertanyaan tersebut. 2) Berpasangan (pairing): selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan. Namun, jika tidak memungkinkan, maka kelas dapat dibentuk kelompok dengan anggota empat sampai lima orang. Interaksi 229 selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama. 3) Berbagi (sharing): pada langkah ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut atau kelompok tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain sehingga hampir setengah dari jumlah kelompok di dalam kelas mempunyai kesempatan untuk melaporkan hasil pekerjaan. Kerangka Berpikir Berdasarkan deskripsi teoritis yang telah dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengungkap hal-hal yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara lisan dengan kemudahan dan kepasihan yang memadai sehingga dapat dipahami oleh lawan bicara. Dalam berbicara, siswa dilatih berbicara secara jelas, memakai intonasi yang tepat urutan kata yang sistematis, menguasai pendengar dan berperilaku menarik. Beberapa standar kriteria berbicara yang harus dimiliki oleh siswa kelas XI IPA2 yaitu, dapat mengomentari persoalan, dapat memberikan saran atau pendapat yang ditanyakan kepadanya, berbicara dengan lafal, memakai urutan yang sistematis, intonasi yang tepat dan lancar. Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan struktur kegiatan pembelajaran gotong-royong. Model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran kooperatif ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Model Think Pair and Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Pembelajaran Bahasa Prancis

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Prancis dengan baik sehingga anak dalam kemampuan berbicaraa dan berbahasanya dapat memperluas pergaulan, serta pengembangan karir. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan guruan ini adalah sebagai berikut: setelah menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa dalam pelajaran Bahasa Prancis pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan berbicara dan berbahasa dalam pelajaran Bahasa Prancis dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2103/2014. Subjek dan Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 yang berjumlah 41 orang siswa di SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai kegiatan persiapan sampai pelaksanaan tindakan. Defenisi Operasional Variabel Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah : a) Kemampuan berbicara: suatu kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh individu untuk penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. b) Model TPS (Think Pair Share): berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, merupakan struktur kegiatan pembelajaran gotong-royong. Desain Penelitian Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengann menggunakan prosedur penelitian menurut Arikunto (2008:16) sebagai berikut: Gambar 1. Desain PTK Model Kemmis dan Targgat 230

Prosedur Penelitian Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa tes awal, refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru Bahasa Prancis dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Prancis Kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2103/2014. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif yang berupa pengisian lembar observasi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk mengetahui kemampuan berbicara dan berbahasa siswa secara individu berdasarkan observasi dapat digunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2009: 133): f Pį = x100 n Pį = persentase hasil pengamatan f = jumlah skor hasil observasi n = jumlah skor maksimal Hasil pengukuran ketuntasan kompetensi siswa yang telah ditetapkan oleh SMA Negeri 12 Medan Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai 60 dari indikator kemampuan Tidak Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai 60 dari indikator kemampuan Dari uraian di atas dapat diketahui siswa yang kurang, cukup, baik dan sangat baik dalam pembelajaran dapat diketahui dari persentase perbandingan hasil belajar masing-masing individu yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa Dalam % Rentang Nilai (%) 85% - 100% 70% - 84% 55% - 69% Kriteria Sangat Cukup 0% - 54% Kurang Dan untuk menentukan persentase kemampuan siswa secara klasikal dapat dicari dengan rumus: f P = x100% n Di mana : P = jumlah persentase siswa yang mengalami perubahan F = jumlah siswa yang tuntas n = jumlah siswa keseluruhan Secara individual dikatakan memiliki kemampuan belajar jika Pį dan P 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila P 80%. HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian selama 2 siklus (4 pertemuan) dapat disimpulkan bahwa penerapan TPS (Think Pair Share) pada Pelajaran Bahasa Prancis dapat meningkatkan Kemampuan berbicara dan berbahasa siswa baik secara individual maupun secara klasikal. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus II. 231

Tabel 1. Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Tingkat Kemampuan Berbahasa Pada (Pertemuan I dan II) dan (Pertemuan I dan II) Ko de Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II Sis wa % Kategor i % Kategori % Kategori % Kategori 1 66,7% Cukup 73,1% 73,1% 87,5% Sangat 2 70,8% 73,1% 73,1% 84,4% 3 33,3% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 75% 4 41,7% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 75% 5 75% 76,9% 76,9% 87,5% Sangat 6 41,7% Kurang 61,5% Cukup 61,5% Cukup 75% 7 33,3% Kurang 57,5% Cukup 57,5% Cukup 71,9% 8 45,8% Kurang 66,7% Cukup 66,7% Cukup 75% 9 95,8% Sangat 92,3% Sangat 92,3% Sangat 87,5% Sangat 10 33,3% Kurang 61,5% Cukup 61,5% Cukup 75% 11 33,3% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 65,6% Cukup 12 50% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 71,9% 13 75% 76,9% 76,9% 90,6% Sangat 14 62,5% Cukup 65,4% Cukup 65,4% Cukup 84,4% 15 62,5% Cukup 65,4% Cukup 65,4% Cukup 84,4% 16 70,8% 65,4% Cukup 65,4% Cukup 87,5% Sangat 17 58,3% Cukup 53,8% Kurang 53,8% Kurang 65,6% Cukup 18 50% Kurang 46,2% Kurang 46,2% Kurang 65,6% Cukup 19 45,8% Kurang 42,3% Kurang 42,3% Kurang 68,8% Cukup 20 50% Kurang 50% Kurang 50% Kurang 68,8% Cukup 21 45,8% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 71,9% 22 41,7% Kurang 46,2% Kurang 46,2% Kurang 75% 23 41,7% Kurang 46,2% Kurang 46,2% Kurang 75% 24 41,7% Kurang 50% Kurang 50% Kurang 78,1% 25 50% Kurang 50% Kurang 50% Kurang 65,6% Cukup 26 87,5% Sangat 84,6% Sangat 84,6% Sangat 93,8% Sangat 27 45,8% Kurang 53,8% Kurang 53,8% Kurang 78,1% 28 45,8% Kurang 53,8% Kurang 53,8% Kurang 81,3% 29 100% Sangat 100% Sangat 100% Sangat 100% Sangat 30 58,3% Cukup 69,2% Cukup 69,2% Cukup 90,6% Sangat 31 50% Kurang 65,4% Cukup 65,4% Cukup 78,1% 32 54,2% Kurang 66,7% Cukup 66,7% Cukup 81,3% 33 41,7% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 78,1% 232

34 45,8% Kurang 53,8% Kurang 53,8% Kurang 75% 35 50% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 75% 36 62,5% Cukup 69,2% Cukup 69,2% Cukup 81,3% 37 87,5% Sangat 84,1% Sangat 84,1% Sangat 100% Sangat 38 41,7% Kurang 57,7% Cukup 57,7% Cukup 81,3% 39 33,3% Kurang 50% Kurang 50% Kurang 75% 40 37,5% Kurang 53,8% Kurang 53,8% Kurang 75% 41 66,7% Cukup 73,1% 73,1% 90,6% Sangat Ju 2.224,8 2.560,2 2.864,4 3.247,1 ml ah Rat 54,3% 62,4% 69,9% 79,2% a rat a Kat ego ri Kurang Cukup Keterangan : Sangat : 85% - 100% : 70% - 84% Cukup : 55% - 69% Kurang : dibawah 55% Dari data pada tabel rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa rata rata skor peningkatan kemampuan berbahasa siswa secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 Pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 54,3% (Kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase rata rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 62,4% (Cukup). Pada siklus II pertemuan I, persentase rata rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 69,9% () dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata rata nilai tingkat kemampuan berbahasa mencapai 79,2% (). Tabel 2. Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Berbahasa Siswa Secara Klasikal Pada (Pertemuan I dan II) dan (Pertemuan I dan II) No. Kategori Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % 1 Sangat 4 9,8% 4 9,8% 9 22% 10 24,4% 2 4 9,8% 5 12,2% 11 26,8% 25 61% 3 Cukup 7 17,1% 19 46,3% 13 31,7% 6 14,6% 4 Kurang 26 63,4% 13 31,7% 8 19,5% 0 0% Jumlah 41 100% 41 100% 41 100% 41 100% 233

Hasil data di atas pada kemampuan berbahasa di siklus I pada pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan, begitu pula di siklus II pada pertemuan 1 dan 2 juga sangat mengalami peningkatan yakni sebagai berikut: 1. Pada kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 24,4% atau sebanyak 10 orang siswa. 2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 61% atau sebanyak 25 orang siswa. 3. Pada kriteria cukup mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan I dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 14,6% atau sebanyak 6 orang siswa. 4. Sedangkan untuk kriteria kurang mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 0% atau tidak ada siswa yang kurang dalam hal berbicara. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dilihat perubahan tingkat kemampuan berbahasa siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus I pertemuan II dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 12,2% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus II pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 22% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 19,5% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan berbahasa siswa meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 61% siswa tingkat kemampuan berbahasa baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan berbahasa cukup. Tabel 3. Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbahasa Siswa Secara Klasikal (Pertemuan I & II) dan (Pertemuan I & II) No Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbahasa Siswa pertemuan I pertemuan II pertemuan I prtemuan II Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % 1 Tuntas 65% 10 24,4% 17 41,5% 24 58,5% 41 100% 2 Tidak tuntas 65% 31 75,6% 24 58,5% 17 41,5% 0 0% Jumlah 41 100% 41 100% 41 100% 41 100% 234

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan berbahasa siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada Pelajaran Bahasa Prancis dapat meningkatkan kemampuan berbicara (production orale) siswa di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan baik secara individual maupun klasikal. KESIMPULAN a. Penggunaan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa siswa pada Pelajaran Bahasa Prancis di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012 / 2013. b. Penelitian dibagi menjadi II siklus tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, peneliti menggunakan analisis data observasi. c. Hasil penelitian berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru: Rata rata skor peningkatan kemampuan berbahasa siswa secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata rata nilai tingkat kemampuam berbicara siswa adalah 54,3% (Kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase rata rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 62,4% (Cukup). Pada siklus II pertemuan I, persentase rata rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 69,9% () dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata nilai tingkat kemampuan berbahasa mencapai 79,2% (). Perubahan tingkat kemampuan berbahasa siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus I pertemuan II dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 12,2% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus II pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 22% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 19,5% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan berbahasa siswa meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa tingkat 235

kemampuan berbahasa sangat baik, 61% siswa tingkat kemampuan berbahasa baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan berbahasa cukup. Dan persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan berbahasa siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. SARAN 1. Guru harus menggunakan bermacam macam variasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. dalam metode mengajar, teknik mengajar maupun strategi mengajar. 2. Guru harus menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan sesuai dengan materi yang diajarkan. 3. Guru harus lebih giat dalam memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan minat belajar siswa 4. Guru harus melakukan pendekatan secara emosional kepada para siswa agar disenangi dan dikagumi oleh para siswa. DAFTAR PUSTAKA SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana Tarigan, Henry Guntur. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakata : Kencana. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990), Kamus Besar Bahasa Prancis cetakan 3, Jakarta : Balai Pustaka Sekilas tentang penulis : Sri Palupi, S.Pd. adalah Guru Bahasa Prancis pada SMA Negeri 12 Medan Aqib, Zainal., Maftuh, M., Sujak., Kawentar. 2009. Penelitian Tindkan Kelas untuk Guru SMP, 236