BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI TANAH WAKAF MUSHALLA AKIBAT LUAPAN LUMPUR LAPINDO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF. Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. bertentangan dengan ketentuan Syariah Islam.

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN HARTA WAKAF Emas DI DESA NEROH KECAMATAN MODUNG KABUPATEN BANGKALAN

BAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN TANAH WAKAF MUSHALLA DI DESA SIRING KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB III PROSEDUR PENDAFTARAN TANAH WAKAF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pendapat Imam Al-Sarkhasi (mazhab Hanafiyyah) tentang Istibdal harta

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB IV ANALISIS HUKUM EKSISTENSI WAKAF UANG DAN PROSES IKRAR WAKAF MENURUT UNDANG UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB IV. mensyaratkan kekekalan di dalamnya dengan membeli sesuatu harta yang lain

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENJUAL TANAH WAKAF MENURUT IBNU TAIMIYYAH SKRIPSI. Melengkapi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) OLEH ZURRYATI

BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

Tanab Wakaf. \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Tahun zou

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

RUISLAG BENDA WAKAF DALAM HUKUM POSITIF

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II WAKAF DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN IKRAR WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf menurut bahasa arab berarti al-habsu ( ) dan berarti mewakafkan harta karena Allah SWT 1. Sedangkan,

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah atau

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

TATA CARA DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 41 TAHUN 2004 TERHADAP PENERAPAN WAKAF BERJANGKA DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF MENURUT UU WAKAF NO 41 TAHUN 2004 PASAL 40 WAKAF NO 41 TAHUN 2004 PASAL 40

Anggaran dari negara juga diperbolehkan untuk mengontrak rumah bagi korban, bantuan. Negara Ganti Rugi Korban Lumpur Lapindo RP 1.

BAB I PENDAHULUAN. tidak pula diizinkan untuk dipindah milikkan 1. sangat lama dan sudah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB II KETENTUAN HUKUM MENGENAI TANAH WAKAF YANG BERALIH FUNGSI YANG PERALIHANNYA TIDAK SESUAI DENGAN AKTA IKRAR WAKAF SEBELUMNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 215 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa wakaf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.


BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP WAKAF ONLINE

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK OPER SEWA RUMAH KONTRAKAN

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

ANALISIS PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NO 1 TAHUN 2009 TERHADAP IMPLEMENTASI SETORAN WAKAF YANG DI BANK SYARIAH MANDIRI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP KEISTIMEWAAN SYAHADAH AL- ISTIFA>D{AH BERKENAAN DENGAN TIDAK TERPENUHINYA PERSYARATAN YANG TERTERA DALAM PASAL 24

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 4 TAHUN Tentang HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK ATAS TANAH

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

Oleh H.M. Cholil Nafis, Ph.D, Wakil Sekretaris Badan Wakaf Indonesia.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI RUMAH BERSTATUS TANAH WAKAF DI KARANGREJO BURENG KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI TANAH WAKAF MUSHALLA AKIBAT LUAPAN LUMPUR LAPINDO A. Analisis Terhadap Proses Ganti Rugi Tanah Wakaf Mushalla Akibat Luapan Lumpur Lapindo di Desa Siring Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Sebagaimana dijelaskan dalam bab III, bahwa ketentuan ganti rugi wakaf yang terkena dampak lumpur lapindo sebagaimana data yang telah diperoleh dilapangan, bahwasanya harta benda wakaf yang ada di Desa Siring sebelum adanya bencana lumpur lapindo telah berjalan sebagaimana mestinya, yakni dapat dipergunakan untuk kebaikan dan manfaatnya dapat dinikmati secara umum, baik itu harta wakaf berupa masjid, mushalla maupun gedung NU. Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa proses ganti rugi tanah wakaf berupa mushalla yang terjadi di Desa Siring Kecamatan Porong ini adalah melalui proses kesepakatan warga dengan pihak Lapindo yang dalam hal ini adalah Bajuri Edy yang dahulunya menjabat sebagai staf BPLS Bag. Sosial yang menangani masalah ganti rugi, menurut beliau sudah melalui musyawarah yang panjang ketika menentukan besarnya ganti rugi yang harus dibayarkan sehingga tercapailah harga yang menurut keduabelah pihak cukup adil. Dari dokumentasi yang diperoleh dari KUA Porong, bahwa terdapat 3 harta benda wakaf yang terkena dampak musibah lumpur Lapindo atau masuk dalam kawasan peta terdampak (seluruhnya berupa bangunan mushalla) dan ada 7 harta wakaf yang ditenggelamkan oleh luapan lumpur lapindo atau 82

83 masuk kawasan dalam peta (berupa 5 mushalla, 1 masjid dan 1 gedung NU), baik harta benda wakaf tersebut telah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Sebagaimana diketahui bahwa musibah lumpur Lapindo tidak hanya merugikan masyarakat secara materi, tapi juga secara psikis sangat berpengaruh bagi masyarakat yang menjadi korban akibat luapan lumpur lapindo tersebut. Hal ini juga yang menjadikan pihak BPLS memberikan harga yang sangat berlebih pada ganti rugi tersebut, dengan ketentuan untuk tanah wakaf mushalla yang tidak bersertifikat proses ganti ruginya disamakan dengan tanah warga yang ada sekitar yakni sebesar Rp. 1.000.000 permeternya, padahal secara umum harga tanah di Desa Siring adalah Rp. 40.000 permeternya, maka menurut Bajuri Edy ini sudah lebih dari cukup karena BPLS juga melihat dari sisi dampak sosial dan psikis yang terjadi dari musibah ini. Jika kita cermati secara seksama, harta wakaf yang menjadi dampak lumpur Lapindo tentunya membutuhkan penggantian, itu dimaksudkan agar harta wakaf dapat kembali dinikmati dan difungsikan lagi sebagaimana mestinya. 1 Dari kondisi tersebut, bisa dipahami bahwa pihak BPLS juga menyadari akan keadaan yang menimpa Desa Siring ini, dengan adanya ganti rugi tersebut, menurut BPLS sama sekali tidak keberatan karena ini memang solusi jitu yang telah disepakati dengan masyaerakat khususnya pihak na>z} ir yang mushallanya terkena dampak dari musibah ini. Pihak na>z {ir yang dalam hal ini adalah Paimin menyatakan bahwa proses ganti rugi tersebut menurut beliau sudah layak, karena beliau berdua juga menyadari bahwa mushallanya memang berstatus wakaf secara lisan tetapi tidak secara administratif, artinya walaupun mushallanya tidak bersertifikat tetapi 1 Bajuri Edy, Wawancara, Kantor DIKNAS Jatim, 11 Januari 2013.

84 pihak BPLS tetap memberikan gantirugi secara layak sebagimana pergantian yang dilakukan terhadap harta benda warga. 2 Sebagaimana diketahui bahwa mushalla yang ada di Desa Siring ada 8 bangunan, akan tetapi hanya ada 1 mushalla saja yang bersertifikat wakaf, justru yang ada sertifikatnya ini belum mendapatkan dana ganti rugi sampai saat ini, hal tersebut disebabkan karena masih terkendalanya proses administrasi terhadap harta benda wakaf. Para na>z{ir sangat bersyukur karena pihak BPLS mampu diajak kerjasama dan bermusyawarah untuk mendapatkan solusi yang tepat terkait ganti rugi harta wakaf ini. Adapun mekanisme ganti rugi harta benda wakaf (belum bersertifikat) termasuk juga tanah mushalla akibat luapan lumpur Lapindo tersebut disamakan dengan ganti rugi terhadap harta benda warga yaitu berupa pembayaran awal (uang muka) 20%, sedangkan 80% sisa akan dibayar di kemudian waktu. Seperti yang disebutkan dalam pasal 15 ayat (2) pada Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Badan Penaggulangan Lumpur Sidoarjo: Pembayaran bertahap yang dimaksud, seperti yang telah disetujui dan dilaksanakan pada daerah yang termasuk dalam peta area terdampak 4 Desember 2006, 20% (dua puluh perseratus) dibayarkan dimuka dan sisanya dibayarkan paling lambat sebulan sebelum masa kontrak rumah 2 (dua) tahun habis. Proses tersebut dirasa proses yang sangat relevan, karena proses pembayaran tersebut mempunyai kekuatan hukum yang dapat dipertanggung jawabkan, yakni berupa Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Badan Penaggulangan Lumpur Sidoarjo. Akan tetapi mengingat bengitu banyaknya daerah yang mendapatkan ganti rugi, sehingga peraturan presiden tersebut diperbaharui atau mengalami perubahan hingga ke-4 kalinya pada tahun 2 Paimin, Wawancara, Desa Siring, 12 Januari 2013.

85 2012, yang hal tersebut terjadi demi untuk menyelesaiakan proses ganti rugi terhdap para korban lumpur. B. Analisis Terhadap Tinjauan Hukum Islam Tentang Ganti Rugi Tanah Wakaf Mushalla Akibat Luapan Lumpur Lapindo Di Desa Siring Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa wakaf merupakan amal ibadah yang tidak akan terputus pahalanya sekalipun orang yang mewakafkannya telah meninggal dunia. Adanya perwakafan juga sangat membantu dalam menstabilkan kehidupan bermasyarakat, maka selayaknya harta wakaf tidak sampai punah sehingga manfaatnya dapat dinikmati seara berkepanjangan dan terus-menerus. Oleh kerena itu, harta wakaf haruslah harta yang tahan lama. Namun, jika harta wakaf tersebut karena suatu hal y a n g b i s a menjadikan harta benda wakaf menjadi punah, usang atau tidak dapat lagi di ambil manfaatnya, maka harta benda wakaf tersebut dapat di jual ataupun di tukar dengan harta yang lebih produktif dan lebih mendatangkan manfaat. 3 Pemanfaatan terhadap tanah wakaf itu juga harus sesuai dengan tujuan awal diwakafkannya tanah tersebut, walaupun wakaf diperuntukkan untuk kemaslahatan umat, akan tetapi harus diwujudkan sesuai dengan tujuan awal wa>qif ketika mewakafkannya. Adapun ketentuan untuk menjual atau menukar tanah wakaf yang telah rusak atau usng dengan harga yang lebih produktif 3 Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, 57.

86 untuk bisa diambil manfaatnya yang lebih besar daripada membiarkannya tetap ada meskipun dalam keadaan yang tidak layak untuk dipergunakan lagi sebagaimana mestinya. 4 Peralihan terhadap harta wakaf tidak diperbolehkan meskipun dalam keadaan yang bagaimanapun, seperti yang dijelaskan pada pasal 40 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa dalam kondisi yang bagaimanapun harta benda wakaf tidak dapat dialihkan dapat bentuk peralihan yang lain, baik itu peralihan berupa penjualan, sita jaminan ataupun diwariskan. Namun dalam kondisi tertentu harta wakaf dapat dialihkan dalam bentuk peralihan yang sesuai manakala harta wakaf tidak lagi sesuai dengan tujuan wakaf semula ataupun digunakan untuk kepentingan umun dengan izin tertulis dari Mentri Agama, seperti halnya yang tertera dalam pasal 41. 5 Dalam hal penjualan tanah wakaf, jika ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Wakaf, maka pelaksanaan penjualan boleh dilakukan dengan berbagai ketentuan. Dalam pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Wakaf mengharuskan adanya izin tertulis dari Mentri Agama atau pejabat yang ditunjuknya melalui prosedur yang sudah ditentukan. Sedangkan dalam pasal 4 Faishal Haq, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, 57. 5 Departemen Agama KANWIL Jatim, Undang- Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, 21-22.

87 50 mengharuskan harta benda penukar harus mempunyai nilai jual obyek wakaf yang sama dengan harta semula. Jadi bila bertentangan atau tidak mengikuti ketentuan diatas, maka penjualan tersebut batal sendirinya demi hukum. 6 Pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Wakaf : Nilai dan manfaat harta benda penukar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf b dihitung sebagai berikut: 1. Harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurangkurangnya sama dengan NJOP harta benda wakaf; dan 2. Harta benda penukar berada di wilayah yang strategis dan mudah untuk dikembangkan. Berkaitan dengan awal mula terjadinya luapan lumpur lapindo yang karena adanya campur tangan manusia yang berakibat bencana luapan lumpur secara terus menerus di Porong-Sidoarjo, maka hal ini tidak sama dengan menjual harta wakaf yang diakibatkan harta wakaf tidak berfungsi karena telah using atau kurang produktifnya harta wakaf. Namun, harta wakaf tersebut harus diganti oleh orang yang telah merusaknya, walaupun orang tersebut adalah wa>qif sendiri. Adapun penggantian atas tanah wakaf itu haruslah penggantian dengan ketentuan yang selayaknya diterima oleh na>z{ir atas penggantian berupa 6 Ibid., 103-105.

88 sejumlah uang tersebut, yang pemanfaatannya nanti akan diwujdkan sebagaimana bentuk wakaf semula, sehingga bisa digunakan sebagai sarana ibadah bagi warga sekitar. Wakaf merupakan amalan yang pahalanya kekal dan bisa terus mengalir bagi orang yang mewakafkannya ( wa>qif) walaupun telah meninggal dunia, selama harta wakaf tersebut masih dimanfaatkan di jalan Allah sebagaimana mestinya. Sebagaimana dijelaskan bahwa kedudukan harta wakaf itu menjadi milik Allah, namun ada juga yang mengatakan bahwa harta wakaf beralih menjadi milik orang yang menerima wakaf. Ini adalah pendapatnya Imam Sayafi i, golongan Syafi iyah dan Imam Hanbali. Sedangkan menurut Imam Hanafi harta wakaf tetap menjadi milik orang yang mewakafkan. Proses ganti rugi terhadap tanah wakaf Mushalla yang diakibatkan musibah luapan lumpur Sidoarjo, dalam hal tersebut dapat dipersamakan dengan pendapat Imam Syafi i dan para pengikutnya adalah sebagai berikut: 1. Ketika kedudukan harta wakaf menjadi milik orang yang menerima wakaf, maka penggantiannya adalah dengan sejumlah uang, yang mana uang tersebut dapat dia belanjakan sesuai dengan kemauan dia. 2. Jika harta wakaf menjadi milik Allah, maka substansi penggantiannya adalah dengan uang. Namun uang tersebut haruslah dibelanjakan sesuai dengan harta semula. Dengan kata lain, penggantiannya yaitu menggunakan relokasi tanah, karena harta wakaf semula yakni berupa tanah.

89 Terlepas dari kedudukan harta wakaf milik siapa, penggantian memang harus ada manakala harta wakaf dirusak oleh seseorang, baik kerusakan yang ditimbulkan orang lain maupun wa>qif sendiri. Dan penggantian harta wakaf itu dapat berupa uang ataupun relokasi tanah. Ganti rugi yang dilakukan terhadap tanah warga, termasuk juga di dalamnya terdapat tanah wakaf itu juga harus sesuai dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), artinya penggantian yang diterima na>z}ir atau pengelola wakaf yang berupa uang atau penggantian relokasi tanah itu harus sesuai dengan nilai jual obyek pajak yang berlaku pada saat itu, dan yang menentukan adanya nilai jual obyek pajak adalah Mentri Pertahanan. Adapun pergantian terhadap tanah wakaf mushalla yang telah terlaksana di Desa Siring ialah ganti rugi berupa uang secara keseluruhan yang diterima na>z}ir atau pengelola wakaf, selanjutnya uang tersebut di wujudkan kembali seperti kehendak wa>qif saat dulu mewakafkannya. 7 Terkait dengan ganti rugi tanah wakaf mushalla (berupa benda tidak bergerak) di Desa Siring tersebut, kita dapat menganalisanya berdasarkan pendapat para ulama mazhab. Terhadap benda yang tidak berupa Masjid, selain mazhab Syafi iyah membolehkan menukarnya, apabila tindakan tersebut benarbenar sangat diperlukan. Namun mereka berbeda dalam menentukan persyaratan. Ulama Hanafiyah membolehkan penukaran benda wakaf tersebut 7 Gandu Suyatno, Wawancara, Desa Bringin, 11 Januari 2013.

90 dalam tiga hal, a) apabila wakif memberi isyarat akan kebolehan menukar tersebut ketika mewakafkannya, b) apabila benda wakaf itu tidak dapat lagi dipertahankannya, dan c) jika kegunaan benda pengganti wakaf itu lebih besar dan lebih bermanfaat. 8 Sedangkan Ulama Hanabilah lebih tegas lagi. Mereka tidak membedakan apakah benda wakaf itu berbentuk Masjid atau bukan Masjid. Ibn Taimiyah misalnya, mengatakan bahwa benda wakaf boleh ditukar atau dijual, apabila tindakan ini benar-benar sangat dibutuhkan. Misalnya, suatu Masjid yang tidak dapat lagi digunakan karena telah rusak atau terlalu sempit, dan tidak mungkin diperluas, atau karena penduduk suatu desa berpindah tempat, sementara di tempat yang baru mereka tidak mampu membangun Masjid yang baru. 9 Argumentasi yang dikemukakan Ibn Taimiyah sangat praktis dan rasional. Pertama, tindakan menukar atau menjual benda wakaf tersebut sangat diperlukan. Lebih lanjut Ibn Taimiyah mengajukan contoh, seseorang mewakafkan kuda untuk tentara yang sedang berjihad fi> sabi>lillah, setelah perang usai, kuda tersebut tidak diperlukan lagi. Dalam kondisi seperti ini, kuda tersebut boleh dijual, dan hasilnya dibelikan suatu benda lain yang lebih bermanfaat untuk diwakafkan. Kedua, karena demi maslahatan yang lebih besar, seperti masjid dan tanahnya yang dianggap kurang bermanfaat, dijual 8 Ibid. 9 Ibid., 520.

91 untuk membangun masjid baru yang lebih luas dan lebih baik. 10 Dalam hal ini, mengacu kepada tindakan Umar bin Khattab, ketika ia memindahkan Masjid Kufah dari tempat yang lama ke tempat yang baru. Us\man kemudian melakukan tindakan yang sama terhadap Masjid Nabawi. 11 Lebih jauh ia mengemukakan argumentasi, bahwa tindakan tersebut ditempuh adalah untuk menghindari kemungkinan timbulnya kerusakan atau setidaknya penyia-nyiaan benda wakaf itu. Berdasarkan pendapat para ulama mazhab terhadap proses ganti rugi tanah wakaf mushalla di Siring diperbolehkan, karena ganti rugi terhadap tanah wakaf mushalla yang tanahnya tidak dapat dipertahankan, tidak bisa dimanfaatkan lagi secara maksimal sebagaimana mestinya, jika kegunaan benda pengganti wakaf itu lebih besar dan lebih bermanfaat dan sangat diperlukannya untuk diwujudkan sebagai benda wakaf yang bisa dimanfaatkan seperti semula untuk sarana beribadah. Dan juga untuk menghindari agar tanah yang diwakafkan itu tidak terbengkalai dan sia-sia. Terkait dengan pro-kontra ganti rugi tanah wakaf yang terkena lumpur Lapindo, Ketua PWNU Jatim dan juga sebagai pengasuh Ponpes al-husna KH. Ali Maschan Moesa angkat bicara. Beliau mengatakan, ada beberapa pendapat tentang wakaf. Di antaranya para ulama berpendapat bahwa wakaf yang memiliki arti berhenti ini, tidak bisa dipindahkan dan dijual. Namun, dalam 10 Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah, Juz III, Beirut: Dar al-fikr, t.th., 530. 11 Ibid., 531-532.

92 kondisi seperti yang terjadi di kawasan Porong tersebut, beliau memiliki pendapat yang berbeda. Menurutnya tanah wakaf tersebut bisa saja diganti tanah atau uang. Tanah atau uang pengganti wakaf itu nantinya diserahkan kepada orang yang berhak menerima wakaf. Jadi yang berhak mengatur dan membelanjakan adalah orang yang menerima wakaf. Di sana juga ada kantor NU, nanti yang ngatur juga orang NU tegas Ali Maschan. Kemudian setelah mendapat ganti wakaf dari Lapindo, orang yang berhak menerima wakaf harus memanfaatkan ganti tersebut sesuai dengan wujudnya wakaf semula. Mengenai warga yang sudah tidak bisa kumpul untuk memanfaatkan wakaf tersebut, tidak masalah. Inti dari wakaf, bermanfaat untuk kepentingan Agama dan masyarakat luas. Tidak harus digunakan oleh penduduk yang sebelumnya tinggal di sekitarnya. 12 Sebagaimana uraian penjelasan tersebut di atas, maka dapat di simpulkan bahwa ganti rugi tanah wakaf mushalla yang dilakukan dengan sistem jual beli tanah warga oleh BPLS yang terjadi di Desa Siring menurut perspektif h u k u m i s l a m Ibn Taimiyah mengatakan bahwa benda wakaf boleh ditukar atau dijual, apabila tindakan ini benar-benar sangat dibutuhkan. Misalnya, suatu Masjid yang tidak dapat lagi digunakan karena telah rusak atau terlalu sempit, dan tidak mungkin diperluas, atau karena 12 BWI, Tanah Wakaf bisa diganti Tanah atau Uang, http://bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=109:tanah-wakaf-bisadiganti-tanah-atau-uang&catid=1:beritawakaf&itemid=134&lang=ar, Diakses 6 Januari 2013.

93 penduduk suatu desa berpindah tempat, sementara di tempat yang baru mereka tidak mampu membangun Masjid yang baru. 13 Argumentasi yang dikemukakan Ibn Taimiyah sangat praktis dan rasional. Pertama, tindakan menukar atau menjual benda wakaf tersebut sangat diperlukan. Kedua, karena demi maslahatan yang lebih besar, seperti masjid dan tanahnya yang dianggap kurang bermanfaat, dijual untuk membangun masjid baru yang lebih luas dan lebih baik. 14 Sedangkan jika ditinjau dari penggantiannya, maka penggantian yang di terima na>z{ir, baik penggantian berupa uang atau relokasi tanah samasama diperbolehkan karena untuk menjaga dari kemusnahan dan terbengkalainya tanah yang terkena dampak dari luapan lumpur Sidoarjo, sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan tujuan awal si wa>qif dalam mewakafkannya. Hal itu di maksudkan agar harta wakaf tetap eksis dan tetap memberikan manfaat bagi ketentuan umum, sehingga harta wakaf yang diwakafkan oleh wa>qif tidak menjadi sia-sia danwa>qif akan tetap mendapatkan pahala yang terus mengalir dari tetapnya harta wakaf tersebut, karena wakaf itu juga memiliki keistimewaan tersendiri. Adapun harta wakaf dapat dioperasikan sebagai pendukung dalam pembangunan ekonomi umat Islam kerana memiliki beberapa ciri berikut : 13 Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah, 530. 14 Ibid., 520.

94 1. Keunikan wakaf pada konsep pemisahan di antara hak pemilikan dan manfaat penggunaannya. Pewakafan harta menyebabkan kuasa pemilikan hartanya akan terhapus daripada harta tersebut. Wakaf secara prinsipnya adalah satu kontrak berkekalan dan pewakaf tidak boleh lagi memiliki harta itu dengan apapun alasannya sekalipun, kecuali sebagai pengurus harta wakaf. Secara majazinya harta wakaf adalah menjadi milik Allah SWT. 2. Wakaf adalah sedekah berterusan yaitu bukan saja membolehkan wa>qif mendapat pahala berterusan, tetapi penerima mendapat faedah berterusan. Dengan itu pihak yang bergantung wakaf boleh mengatur perancangan kewenangan peruntukannya dengan berkesan untuk jangka panjang. Disamping itu pihak pewakaf tidak perlu bimbang mungkin berlaku sabotase seperti pengubahan status wakaf tanahnya oleh pemerintah kerana kaidah fikih menyatakan: Syarat pewakaf adalah seperti nas} Syara. 3. Penggunaan harta wakaf adalah untuk kebajikan dan perkara-perkara yang diharuskan oleh Syara. Oleh karena itu tidak diwajibkan menentukan golongan yang mendapat manfaat daripada wakaf, dengan menyebutkan: Saya wakafkan harta ini kerana Allah. Ciri ini membolehkan pengembangan harta wakaf kepada berbagai bentuk model sebagaimana ia menempati objek wakaf. 15 15 Wikipedia, Wakaf, http://id.wikipedia.org/wiki/wakaf, Diakses 26 Desember 2012.