I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat. Bawang. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas wilayah ± 6.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bendungan Way Rarem terletak di Kabupaten Lampung Utara, Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. tanaman khususnya padi (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2015).

1. BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TAHUN 2011/2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

BAB III LAPORAN PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA TASIKMALAYA,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat jiwa dan terdiri atas 28 kecamatan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB II KERANGKA TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM. 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI BUPATI LEBAK,

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

(REVIEW) RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT IRIGASI PERTANIAN TA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Resti Viratami Maretria, 2011 Perencanaan Bendung Tetap Leuwikadu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Selatan terletak antara sampai dengan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Saat dunia mengalami krisis bahan bakar, Indonesiapun ikut terkena imbasnya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

BAB I. PENDAHULUAN. persoalan dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduknya, target

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 50 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAN UPAYA PERBAIKANNYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama untuk menanggulangi dampak krisis ekonomi yang lebih parah lagi. Sejalan dengan hal tersebut, pembangunan pertanian saat ini adalah menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan, sehingga pertanian mengemban tugas penting untuk dapat terus meningkatkan hasil dan mutu produksi agar harga produk pertanian di pasaran dunia tetap dapat bertahan dan dapat semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak dan nelayan serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Pelaksanaan pembangunan pertanian yang bertujuan meningkatkan hasil-hasil pertanian harus dilakukan dengan strategi yang tepat agar dapat memberikan hasil yang semaksimal mungkin. Kegiatan peningkatan hasil-hasil pertanian tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan tanah dan air, karena keduanya merupakan faktor terpenting untuk kelangsungan hidup tanaman. Pentingnya pengelolaan tanah dan air secara baik memang telah diperhatikan oleh para petani dari dahulu sampai saat ini, terbukti dari ketahanan dan kemampuan mereka melakukan usahatani secara turun temurun dengan memanfaatkan tanah dan air yang mereka

2 miliki dengan memperoleh hasil yang wajar bahkan tidak sedikit yang hasilnya sangat menggembirakan (Kartasapoetra dan Mulyani, 1994). Wujud dari kepedulian masyarakat petani akan pentingnya pengelolaan tanah dan air adalah dengan terbentuknya lembaga-lembaga di bidang pertanian diantaranya adalah P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air). P3A merupakan salah satu bentuk kelompok tani di tingkat desa, yang didirikan dengan tujuan mengatur dan mengelola pengairan (irigasi) pada lahan pertanian agar berjalan dengan baik dan teratur. Menurut Hansen (1992), irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Air irigasi merupakan salah satu sarana penting dalam budidaya pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani, dengan demikian air irigasi harus dikelola dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien.. Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001 tentang irigasi menyatakan bahwa pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk mencapai tujuan pengelolaan irigasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 dan Peraturan No. 77 Tahun 2001 tersebut perlu dilakukan suatu kegiatan pemberdayaan P3A secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi kepada perkumpulan petani pemakai air merupakan upaya untuk mewujudkan agar pelayanan irigasi berorientasi kepada

3 kebutuhan petani dan untuk mendorong pemberdayaan masyarakat petani agar mampu mengelola air dan jaringan irigasi di wilayah kerjanya, serta menggali sumber pendapatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) terbaru No. 20 Tahun 2006 tentang irigasi yang menggantikan PP nomor 77 tahun 2001, merupakan salah satu ujung tombak untuk dapat memperbaiki pola pengelolaan irigasi di Indonesia. Peraturan pemerintah ini menitikberatkan pada pengelolaan dan pengembangan daerah irigasi, yang diharapkan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dapat semakin maju dan berkembang. Dukungan sektor pengairan terhadap program pengembangan prasarana pertanian yaitu rehabilitasi jaringan irigasi, pembangunan jaringan irigasi, rehabilitasi sawah, pencetakan sawah, pembangunan embung dan waduk serta rehabilitasi embung dan waduk. Selain itu untuk prasarana pengendalian banjir meliputi normalisasi sungai, pembangunan prasarana, pengendalian banjir, pompa banjir, pengamanan pantai, dan perkuatan tebing. Menurut Ditjen PLA (Pengelolaan Lahan dan Air) Program rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2003 seluas 431.102 ha meningkat 45,11% menjadi 625.579 pada tahun 2004. Peningkatan juga diikuti oleh pembangunan jaringan irigasi dari 125.687 hektar pada tahun 2003 menjadi 147.138 hektar di tahun 2004 yang berarti naik sebesar 17,07%. Salah satu bentuk pengelolaan irigasi adalah dengan dibentuknya P3A. Sejak tahun 2001 P3A tidak hanya menjadi wadah bagi para petani yang menggunakan dan memanfaatkan air irigasi untuk lahan persawahannya, tetapi P3A juga berperan sebagai mitra kerjasama dengan Pemerintah Daerah atau Dinas

4 Pengairan dalam pengelolaan irigasi sehingga peranan P3A dalam pengelolaan air irigasi sangat besar. Menurut Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Indonesia sudah mulai dikembangkan dari tahun 2001, data yang tersedia menunjukkan P3A sudah berkembang di 28 Propinsi. Secara rinci data jumlah P3A yang sudah berkembang, sedang berkembang, dan belum berkembang di Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Indonesia Tahun 2003 2007 Tahun Status P3A Sudah Berkembang (kelompok) Sedang Berkembang (kelompok) Belum Berkembang (kelompok) Jumlah (klmpk) 2003 6.985 18.868 15.224 41.077 2004 7.988 20.370 14.381 42.739 2005 8.458 21.088 14.157 43.703 2006 8.382 20.106 12.977 41.465 2007 8.067 21.013 14.770 43.784 Sumber: Ditjen PLA, 2008 Tabel 1 Menunjukkan secara nasional jumlah P3A mengalami peningkatan pada tahun 2003 2007 dan menurun pada tahun 2006, serta mengalami peningkatan kembali pada tahun 2007. Pertumbuhan P3A dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. P3A sudah berkembang 2. P3A sedang berkembang 3. P3A belum berkembang Organisasi P3A di Propinsi Lampung telah dibentuk sejak tahun 1970 dengan nama Way Sebuai (Rusmialdi, dkk 1989). Jumlah P3A yang sudah berkembang di Propinsi Lampung pada tahun 2007 adalah sebanyak 104 P3A, P3A yang

5 sedang berkembang sebanyak 647 P3A, dan P3A belum berkembang sebanyak 172 P3A. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat sendiri memiliki 6 GP3A yang tersebar di 8 kecamatan. Kabupaten Tulang Bawang Barat banyak memiliki P3A, hal ini dikarenakan Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki lahan yang potensial dalam pengembangan pertanian, selain itu sebagian besar sungai yang mengalir dari barat ke timur berpotensi untuk pengembangan irigasi, antara lain Way Tulang Bawang., dan memiliki luas areal tanah sawah teknis dengan jumlah yang cukup luas sehingga banyak terdapat organisasi P3A yang berkembang. Luas areal tanah sawah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini; Tabel 2. Luas areal tanah sawah menurut jenis pengairan per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2003-2007 (Ha) Kecamatan Pengairan Teknis Non PU Tadah Pasang Lebak Jumlah (ha) (ha) Hujan (ha) Surut (ha) (ha) (ha) TB. Udik 1.494-425 - - 1.919 Tumijajar 4.674 72,5 190 - - 4.936 TB. Tengah 2.136-450 - - 2.586 Lambu Kibang - - 139 - - 139 Pagar Dewa - - - - - 0 Way Kenanga - - 9 - - 9 Gunung Terang 60-1.188-131 1.379 Gunung Agung - - - - - 0 Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (data sebelum pemekaran Kabupaten Tulang Bawang, 2007) Tabel 2 Menunjukkan bahwa areal tanah sawah terluas yang menggunakan jenis pengairan irigasi teknis adalah Kecamatan Tumijajar. Selanjutnya areal sawah irigasi teknis terluas kedua adalah Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Sebagian

6 besar sawah di Kecamatan Tumijajar mendapatkan sumber air yang berasal dari bendungan Way Rarem. Data luas areal sawah menurut jenis pengairan di Kecamatan Tumijajar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas areal sawah menurut jenis pengairan per desa di Kecamatan Tumijajar Desa Irigasi teknis (ha) Tadah hujan (ha) Dayasakti 511 10 Gunung Timbul 259 6 Makarti 571 15 Sumber Rejo 269 10 Gunung Menanti 0 10 Margo Mulyo 591 40 Margo Dadi 666 47 Dayamurni 537 6 Daya Asri 699 6 Murni Jaya 571 40 Jumlah 4.674 190 Sumber : BPP Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, 2007 Tabel 3 Menunjukkan bahwa Desa Margo Dadi memiliki luas areal persawahan yang menggunakan pengairan irigasi teknis dan tadah hujan terluas di Kecamatan Tumijajar. Sebagian besar petani di Desa Margo Dadi menanami lahan pertanian mereka dengan padi sawah, hal ini dikarenakan lahan pertanian mereka mendapatkan pasokan air dari jenis pengairan irigasi yang berasal dari waduk Way Rarem. Irigasi teknis adalah sistem pengairan yang menggunakan sumber pengairan dari sebuah bendungan/waduk/sungai dan memiliki sistem pengairan yang lebih modern, sedangkan lahan tadah hujan adalah lahan yang menggunakan sumber pengairan yang berasal dari air hujan.

7 Sebagian besar areal persawahan di Kecamatan Tumijajar merupakan persawahan yang mendapatkan pasokan pengairan irigasi teknis yang berasal dari bendungan/waduk Way-Rarem yang terletak di Kabupaten Lampung Utara. Bendungan Way Rarem diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun 1984, di bangun bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan saluran irigasi di persawahan, melainkan juga menghidupkan dunia pariwisata.. Di Kecamatan Tumijajar terdapat 3 GP3A, salah satunya yaitu GP3A Sumber Tirta, nama-nama GP3A yang terdapat di Kecamatan Tumijajar dapat dilihat pada Tabel 4 berikut; Tabel 4. Jumlah Anggota GP3A di Kecamatan Tumijajar, 2007 Nama GP3A Jumlah Anggota (jiwa) Sumber Tirta 1.014 Sido Nyawah 1.008 Makmur Jaya 1.016 Sumber : BPP Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, 2007 Tabel 4 Memperlihatkan nama-nama serta jumlah anggota dari masing-masing GP3A yang terdapat di Kecamatan Tumijajar. GP3A-GP3A tersebut dibentuk untuk ikut serta melaksanakan pengelolaan air dan jaringan irigasi yang tersedia secara berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Sumber Tirta adalah salah satu GP3A yang cukup maju dan berkembang di Kecamatan Tumijajar, GP3A ini mempunyai wilayah kerja yang meliputi D.I (Daerah Irigasi) Way Rarem saluran sekunder Margomulyo 1 5 ka/ki, dengan luas areal baku 874 ha. GP3A Sumber Tirta adalah GP3A yang memperoleh beberapa penghargaan di tingkat propinsi dan bahkan tingkat nasional. Pada tahun 2004 GP3A ini pernah

8 menerima penghargaan sebagai juara kedua lomba Perkumpulan Petani Pemakai Air tingkat propinsi, kemudian pada tahun 2005 GP3A Sumber Tirta memperoleh penghargaan sebagai juara ketiga sarasehan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A) tingkat Propinsi Lampung, dan peringkat ini kembali diraih oleh GP3A Sumber Tirta pada tahun 2006. Selain penghargaan tersebut GP3A ini pernah diberi kepercayaan untuk mewakili Lampung di tingkat nasional, dan memperoleh penghargaan sebagai GP3A peringkat kedelapan tingkat nasional. GP3A Sumber Tirta memiliki jumlah anggota sebanyak 6 P3A, yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ; Tabel 5. Daftar anggota GP3A Sumber Tirta Daerah Irigasi (DI) Way Rarem,2007 GP3A P3A Anggota Luas Areal(ha) Wilayah Kerja Sumber Tirta Tirta Nadi 92 Desa Margo Dadi Mugi rahayu 167 Desa Dayamurni Tri Tirta 79 Desa Sumber Rejo Setia Karya 186 Muji rahayu 89 Sido makmur 114 Sumber : AD/ART GP3A Sumber Tirta Tabel 5 Menunjukkan P3A yang menjadi anggota dari GP3A Sumber Tirta, luas areal lahan sawah dari setiap anggota, serta wilayah kerja dari masing-masing anggota. Setiap P3A anggota memiliki luas areal yang berbeda-beda, wilayah kerjanya mencakup 3 desa yaitu Margo Dadi, Dayamurni, dan Sumber Rejo. Maju dan berkembangnya suatu P3A tidak terlepas dari pembayaran IPAIR yang dilakukan secara rutin oleh anggotanya, karena dana yang terkumpul merupakan sumber keuangan bagi GP3A. Tanpa adanya dana tersebut GP3A tidak dapat

9 menjalankan fungsinya sebagai organisasi yang membantu petani dalam pemenuhan kebutuhan air irigasi. GP3A Sumber Tirta merupakan gabungan P3A yang aktif, hal ini dapat dilihat dari jumlah iuran yang secara rutin di bayar oleh para anggotanya. Jumlah IPAIR per tahun periode 2004 2009 yang terkumpul dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR) GP3A Sumber Tirta, 2009 Muji Rahayu (Rp) Sido Makmur (Rp) Jumlah Iuran Tirta Mugi Nadi Rahayu (Rp) (Rp) Tri Tirta (Rp) Setia Karya (Rp) Tahun Jumlah 2004 900.000 1.000.000 700.000 1.100.000 750.000 1.450.000 5.900.000 2005 800.000 950.000 750.000 950.000 800.000 1.400.000 5.650.000 2006 700.000 900.000 800.000 1.200.000 750.000 1.500.000 5.850.000 2007 750.000 975.000 750.000 1.000.000 700.000 1.400.000 5.575.000 2008 700.000 900.000 850.000 1.000.000 800.000 1.475.000 5.725.000 2009 650..000 975.000 750.000 950.000 750.000 1.470.000 5.545.000 Sumber : Arsip GP3A Sumber Tirta, 2009 Tabel 6 memperlihatkan jumlah iuran yang terkumpul dari masing-masing P3A anggota. Jumlah iuran mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, perbedaan jumlah tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor. Gagal panen, padi diserang hama dan penyakit, serta kekeringan adalah beberapa faktor penyebabnya. Pelaksanaan pembayaran IPAIR pada gabungan P3A Sumber Tirta di Desa Margo Dadi Kecamatan Tumijajar tentunya tidak terlepas dari peranan para anggota P3A itu sendiri, yaitu berperan dalam mendayagunakan potensi air irigasi yang tersedia di dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan untuk kesejahteraan masyarakat.

10 Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah : 1) Bagaimana tingkat peranan anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan IPAIR? 2) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan peranan anggota P3A dalam pengelolaan IPAIR? B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui : 1) Tingkat peranan anggota P3A dalam kegiatan pengelolaan IPAIR, 2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan peranan anggota P3A dalam pengelolaan IPAIR. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai : 1) Bahan pertimbangan bagi Bamus IPAIR, GP3A dan Dinas Pengairan dalam menentukan kebijaksanaan pelaksanaan IPAIR di Propinsi lampung pada umumnya dan di Kabupaten Tulang Bawang Barat khususnya. 2) Bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lain yang sejenis 3) Tambahan wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masyarakat