kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

EFEKTIVITAS SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PETUGAS IPAL DI RSUD DR. M SOEWANDHIE SURABAYA

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

Sewage Treatment Plant

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WASTEWATER TREATMENT AT PT. X BY ACTIVE SLUDGE ( Pengolahan Limbah Cair PT. X Secara Lumpur Aktif )

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

Transkripsi:

1

2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawasenyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku. (Ditjen P2PL. 2011 : 9). Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar didalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibagi menjadi tiga tahapan tingkatan perlakuan pengolahan air limbah maka sistem pengolahan limbah cair diklasifikasikan menjadi pengolahan pendahuluan (pre treatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dan pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment). Setiap tingkatan treatment terdiri pula atas sub sub treatment yang satu dengan lainnya berbeda tergantung pada jenis parameter pencemar didalam limbah

3 cair, volume limbah cair dan kondisi fisik lingkungan. (Arief, M. Latar. 2012 : 54). Data Direktur Penyehatan Lingkungan, Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 dari 1.060 Rumah Sakit yang dibina Fasilitas Sarana Prasarana Pelayanan sebanyak 713 RS (67,26%) telah memiliki IPAL yang berfungsi dengan baik dan sebanyak 347 RS (32,74%) IPAL tidak berfungsi dengan baik. IPAL tidak berfungsi baik disebabkan : rusak, sulit mencari spare parts, RS belum memiliki tenaga terlatih, IPAL bermasalah teknis, pemeliharaan yang kurang baik. Berdasarkan Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Provinsi Banten (Hasil Wasdal Limbah Medis Tahun 2013) dari 50 Rumah Sakit/RSIA/Rumah Bersalin didapatkan 24 RS (49%) telah memiliki IPAL yang berfungsi dengan baik dan sebanyak 25 RS (51%) IPAL tidak berfungsi dengan baik. Untuk swapantau bulanan air limbah sebanyak 15 RS (30%) sudah melakukan swapantau bulanan air limbah, 19 RS (39%) belum melakukan swapantau bulanan air limbah sedangkan sisanya 16 RS (31%) belum rutin melakukan swapantau bulanan air limbah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2013 dari 28 Rumah Sakit yang berada di wilayah Kota Tangerang terdapat 7 Rumah Sakit yang tidak memenuhi syarat dalam hasil laboratorium outlet air limbah dengan konsentrasi

4 senyawa pencemar sangat bervariasi yaitu BOD 22-108 mg/l, COD 34 165 mg/l, Amonia 0,02 10,52 mg/l dan Fospat 0,47-15,79 mg/l. Rumah Sakit Medika Lestari didirikan pada tahun 1994 yang berawal dari sebuah klinik yang bernama Klinik Medika Lestari. Pada tahun 2009 berencana membangun Rumah Sakit dengan fasilitas jumlah tempat tidur 119 tempat tidur dengan berbagai fasilitas pelayanan medik dan penunjang medik yang berpotensi menghasilkan limbah cair. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Medika Lestari dibangun pada tahun 2010 dan baru dioperasikan pada tahun 2012. Dengan perkembangan tersebut mengakibatkan peningkatan volume limbah cair yang dihasilkan dari berbagai kegiatan didalamnya. Jenis air limbah Rumah Sakit Medika Lestari tidak mengandung logam berat seperti timbal (Pb), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Fixxer dan Developper yang terdapat dalam limbah cair radiologi karena limbah cair tersebut dipisahkan pembuangannya melalui pihak ke dua yaitu PT. Wastec Internasional. Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit Medika Lestari memiliki kapasitas 30 m 3 /hari dengan menggunakan proses aerobik metode lumpur aktif yang terdiri atas bak penyaringan, bak sedimentasi awal, bak anaerob, bak equalisasi, bak aerasi, dan bak sedimentasi akhir serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen.

5 Aerasi dalam beberapa jam dapat membuat perubahan dari BOD (Biological Oxygen Demand) terlarut menjadi biomassa mikrobal. Aerasi mempunyai dua tujuan yaitu memasok oksigen bagi mikroorganisme aerobik dan menjaga lumpur aktif agar selalu konstan melaksanakan kontak yang cukup antara flok dengan air limbah yang baru datang pada sistem pengolahan limbah. Air dikatakan tercemar, jika konsentrasi oksigen terlarut menurun dibawah batas yang dibutuhkan oleh kehidupan biota. Berdasarkan Seri Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ditjen P2PL. 2011 : 26) berbagai faktor dapat mempengaruhi kualitas limbah cair dalam proses pengolahannya seperti : media, ph, temperatur, beban BOD, mikroorganisme dan waktu tinggal (detention time) limbah cair. Waktu tinggal dalam pengolahan limbah cair diperlukan agar mikroorganisme dapat menguraikan bahan - bahan organik dan tumbuh di permukaan media dan membentuk lapisan biofilm atau lapisan berlendir sehingga cukup memadai untuk terselenggaranya proses yang diharapkan. IPAL RS. Medika Lestari sistem lumpur aktif baru 2 tahun beroperasi dengan 5 blower udara tetapi masih terdapat kendala diantaranya hasil parameter effluent air limbah masih diatas Nilai Ambang Baku Mutu KEPMENLH No. 58 Tahun 1995, limbah lumpur yang dihasilkan cukup besar, tidak adanya bak pengering lumpur serta tidak adanya pemantauan pertumbuhan bakteri pada parameter Mixed Liquor Suspended Solids

6 (MLSS) khususnya pada bak aerasi. Hal tersebut berpengaruh pada proses pengolahan sehingga akan menentukan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada limbah cair yang dihasilkan. Oleh sebab itu, maka perlu diteliti dan dikaji mengenai hubungan waktu tinggal (detention time) pada bak aerasi dan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada proses IPAL sistem lumpur aktif di Rumah Sakit Medika Lestari. 1.2 Identifikasi Masalah Sebagaimana gambaran diatas bahwa keberadaan BOD (Biological Oxygen Demand) dalam air limbah yang dihasilkan melebihi baku mutu dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan terutama pada kehidupan air dan tanaman air karena oksigen terlarut didalam air menurun. IPAL RS. Medika Lestari sistem lumpur aktif baru 2 tahun beroperasi dengan 5 blower udara tetapi masih terdapat kendala diantaranya hasil parameter effluent air limbah masih diatas Nilai Ambang Baku Mutu KEPMENLH No. 58 Tahun 1995, limbah lumpur yang dihasilkan cukup besar, tidak adanya bak pengering lumpur serta tidak adanya pemantauan pertumbuhan bakteri pada parameter Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS) khususnya pada bak aerasi. Hal tersebut berpengaruh pada proses pengolahan sehingga akan menentukan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada limbah cair

7 yang dihasilkan. Oleh sebab itu, maka perlu diteliti dan dikaji mengenai hubungan waktu tinggal (detention time) pada bak aerasi dan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada proses IPAL sistem lumpur aktif di Rumah Sakit Medika Lestari. 1.3 Pembatasan Masalah Sehubungan dengan adanya keterbatasan data, dana, dan waktu maka perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah yang akan dikaji. Berdasarkan kondisi yang terjadi, maka permasalahan yang ada dibatasi pada hubungan waktu tinggal (detention time) pada bak aerasi, kualutas effluent BOD (Biological Oxygen Demand) dan proses IPAL di Rumah Sakit Medika Lestari pada tahun 2012-2014. 1.4 Perumusan Masalah Bagaimanakah hubungan waktu tinggal (detention time) dengan kualitas effluent BOD (Biological Oxygen Demand) pada proses pengolahan air limbah sistem lumpur aktif di Rumah Sakit Medika Lestari pada tahun 2012 2014?. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran mengenai waktu tinggal (detention time) dengan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada proses

8 pengolahan air limbah sistem lumpur aktif di Rumah Sakit Medika Lestari. 1.5.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1. Melakukan analisa terhadap waktu tinggal (detention time) air limbah pada bak aerasi berdasarkan kapasitas bangunan IPAL dan volume yang dihasilkan. 2. Melakukan analisa terhadap kualitas effluent BOD (Biological Oxygen Demand) setelah proses IPAL di Rumah Sakit Medika Lestari. 3. Melakukan analisa hubungan waktu tinggal (detention time) pada bak aerasi dengan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada proses pengolahan air limbah sistem lumpur aktif di Rumah Sakit Medika Lestari. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan dan menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman khususnya mengenai instalasi pengolahan air limbah rumah sakit serta mampu meningkatkan daya analisis terhadap masalah yang ada.

9 1.6.2 Bagi Rumah Sakit Sebagai tambahan informasi, bahan evaluasi dan masukan kepada manajemen rumah sakit untuk meningkatkan efektivitas kinerja instalasi pengolahan air limbah. 1.6.3 Bagi FIKES Esa Unggul Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi, referensi kepustakaan yang dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan maka ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pada waktu tinggal dalam bak aerasi, kualitas effluent BOD (Biological Oxygen Demand) serta hubungan waktu tinggal (detention time) pada bak aerasi dengan kualitas BOD (Biological Oxygen Demand) pada proses pengolahan air limbah di Rumah Sakit Medika Lestari.