BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh: RIZNA PERICLESERI RUFI ATNA NIM: A

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu diantara upaya untuk meningkatkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dasar. Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberi ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 5 ayat 6 menyatakan bahwa kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pada pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi. Kemampuan yang disebutkan pada pasal 5 itu harus menjadi tujuan utama pelaksanaan pembelajaran di setiap sekolah dasar. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh, menegaskan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran 1

2 kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam pengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sedangkan untuk siswa lebih di dorong untuk memiliki rasa tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik terintegrative memberikan kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. Adanya penilaian dari semua aspek, sehingga penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja,tetapi dengan menggunakan penilaian autentik. Terkait dengan peranan guru dalam implementasi kurikulum, menurut Mulyasa bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kelas (actual). Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.

3 Menurut Silverius, guru adalah tokoh sentral pendidikan dalam upaya menyiapkan kader bangsa di masa depan, kunci sukses reformasi pendidikan. Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa, faktor guru mendapat perhatian yang pertama dan utama, karena baik-buruknya pelaksanaan suatu kurikulum pada akhirnya bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan arahan kurikulum tersebut. Dengan demikian guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sehingga guru harus menguasai peran dan tugasnya berdasarkan Undang Undang No. 20 tahun 2003 dan Undang Undang No. 14 tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, maka kinerja guru harus selalu ditingkatkan mengingat tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan kua litas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global yang semakin ketat. Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta penggunaan waktu. Terkait dengan tugas guru, menurut Cruickshank, Bainer dan Metcalf (1995) karakteristik yang dimiliki oleh guru yang efektif adalah: (1) Memiliki kepribadian yang memotivasi, (2) Berorientasi pada keberhasilan, (3) Memiliki sikap profesional.

4 Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan logis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Guru adalah sebuah jabatan profesi yang dalam tugasnya membutuhkan suatu keahlian khusus dibidangnya, memiliki komitmen dan tanggung jawab moral dalam mengantar para peserta didik pada dunia kehidupan yang lebih dewasa dan berguna bagi semua, memiliki kecintaan, keikhlasan, kepedulian pada profesi yang diembannya. Upaya profesionalisme guru memang berkaitan erat dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, artinya bahwa penngkatan hasil belajar siswa ditentukan oleh kualitas pembelajaran dan kualitas guru atau profesionalisme guru. Menurut Murwani (2006: 62) mengemukakan ba hwa dalam melakukan kegiatan mengajar guru harus memberikan kesempatan seluas -luasnya bagi siswa untuk belajar, dan memfasilitasinya agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya untuk belajar. Berdasarkan temuan Depdiknas mengenai data hasil identifikasi be rdasarkan aspek pembelajaran SD/MI dinyatakan bahwa: (1) Pembelajaran tidak mengacu pada indikator yang dibuat, sehingga tidak terarah, hanya mengikuti alur buku teks yang ada pada siswa; (2) Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak didukung oleh fasilitas yang memadai, sehingga berpengaruh pada kreativitas dan aktivitas

5 guru dalam KBM; (3) Metode pembelajaran di kelas kurang bervariasi, guru cenderung selalu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab; (4) evaluasi tidak mengacu pada indikator yang telah diajarkan, guru mengambil soal-soal dalam buku teks yang ada. (Depdiknas, 2007: 12) Permasalahan pembelajaran yang terjadi berdasarkan catatan lapangan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki pada kelas IV sebagai berikut: pada kegiatan awal, apersepsi yang dilakukan guru masih kurang sehingga masih terdapat siswa yang perhatiannya tidak terkondisi pada guru. Pada kegiatan inti dilakukan pembelajaran secara berkelompok dan tidak berkelompok, pembagian kelompok secara berhitung, bukan berdasarkan tingkat kemampuan kognitif, ras dan gender, jika pembelajaran dilakukan secara tidak berkelompok posisi duduk bergeser setiap hari. Siswa kebanyakan sibuk sendiri tidak memperhatikan guru, tidak mengerjakan tugas, bermain, bercanda dengan teman satu meja, bahkan mengantuk, sehingga suasana pembelajaran kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa dan tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal. Guru tidak menggunakan media yang menarik, sehingga siswa terlihat kurang antusias. Untuk mengantisipasi ketidak pahaman siswa, guru menghampiri setiap siswa yang belum paham untuk memberikan pengarahan. Guru kurang melibatkan peran siswa dalam penggunaan media. Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan bersama dengan siswa. Penghargaan diberikan kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik. Itulah gambaran pembelajaran kurikulum 2013 pada siswa kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki.

6 Hal di atas didukung dengan data hasil pengamatan pada siswa di kelas IV. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ditemukan 10 siswa (40%) aktif dalam pembelajaran, dan 15 siswa (60%) tidak aktif dalam pembelajaran. Dalam pengumpulan tugas terdapat 19 siswa (76%) tepat waktu dalam mengumpulkan tugas dan 6 siswa (24%) tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Dari data hasil belajar siswa kelas IV yang berjumlah 25 siswa ditemukan 14 siswa (52,3%) mengalami ketuntasan belajar dari rata -rata ulangan harian yang telah mencapai KKM. Sedangkan 11 siswa (47,7%) mengalami ketidak tuntasan dalam pembelajaran dengan perolehan nilai dibawah KKM 70. Dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata -rata 73, 62. Berdasarkan gambaran di atas nampak bahwa (1) pembagian tempat duduk dan kelompok tidak didasarkan pada kemampuan kognitif, ras dan gender, (2) guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran atau teacher centered, (3) siswa belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kerja kelompok, (4) tidak disampaikan langkah-langkah pembelajaran secara berkelompok, (5) pemberian penghargaan didasarkan pada nilai terbaik individu, (6) belum menggunakan media pembelajaran, (7) rata-rata nilai hasil belajar siswa masih rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki belum optimal, sehingga diperlukan perbaikan. Mengingat pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk aktif, kreatif, inovatif dan mempunyai pengalaman langsung atau nyata, sehingga guru harus menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung untuk mempunyai pengalaman, aktif,

7 kreatif dan inovatif dalam memecahkan suatu masalah. Berdasarkan hal ini maka penulis bermaksud untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar. Gagasan utama dari pembelajaran tipe Problem Based Lea rning (PBL) bahwa dalam pembelajaran kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mempunyai suatu pengalaman dan mampu memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu pembelajaran Problem Based Learning (PBL) digunakan dalam pembelajaran untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan intelektual. Duch, Allen, dan White (2005) dalam Hamruni (2012: 14) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis masalah menyediakan kondisi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis serta memecahkan masalah kompleks dalam kehidupan nyata sehingga akan memunculkan budaya berpikir pada diri siswa. Penerapan metode PBL yang dipadukan dengan menggunakan media gambar untuk membantu dalam penyampaian materi pada saat pembelajaran berlangsung. Penggunaan media gambar dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran karena dapat menyajikan suatu objek yang tidak dapat disajikan secara nyata. Dan dalam penggunaan metode ini, guru dalam pembelajaran melibatkan siswa secara langsung untuk memcahkan masalah dan membuat kesimpulan dari apa yang dipelajari, sehingga siswa mempunyai pengalaman secara langsung dan lebih aktif.

8 Permasalahan yang ditemukan dan berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti me nduga tentang penggunaan metode yang kurang tepat serta belum digunakannya media pembelajaran yang menarik dan sesuai. Dengan demikian peneliti mengkaji permasalahan tersebut melalui penelitian tindakan kelas. Metode yang akan digunakan memiliki keunggulan yang sesui diterapkan di kelas, dengan demikian kekurangan selama proses pembelajaran dapat diatasi. Berdasarkan uaraian latar belakang maka peneliti memilih judul PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DEN GAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETIS 01 KECAMATAN BAKI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang variatif. 2. Pendekatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. 3. Keaktifan belajar siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran rendah. 4. Media pembelajaran yang digunakan belum maksimal. 5. Hasil belajar siswa rendah.

9 C. PEMBATASAN MASALAH Dari latar belakang tersebut di atas, agar permasalahan yang dikaji terarah, maka penelitian ini hanya membatasi masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning (PBL). 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki tahun Pelajaran 2014/ 2015. 3. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar. 4. Penelititan ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada tema Indahnya Negeriku khususnya subtema Keindahan Alam Negeriku D. PERUMUSAN MASALAH 1. Perumusan Umum Adapun rumusan masalah di atas dapat dirinci secara umum sebagai berikut: Apakah melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tema Indahnya Negeriku di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki? 2. Perumusan Khusus Adapun rumusan masalah di atas dapat dirinci secara khusus sebagai berikut:

10 a. Apakah melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan perilaku guru dalam pembelajaran tema Indahnya Negeriku di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki? b. Apakah melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan perilaku belajar siswa dalam pembelajaran tema Indahnya Negeriku di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki? c. Apakah melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar tema Indahnya Negeriku di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki? E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tema Indahnya Negeriku melalui Problem Based Learning (PBL)dengan menggunakan media gambar di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki. 2. Tujuan Khusus Berdasarkan tujuan umum di atas yang hendak dicapai dapat dirinci dalam tujuan khusus sebagai berikut:

11 a. Untuk mendeskripsiskan peningkatan perilaku guru dalam pembelajaran tema Indahnya Negeriku melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki. b. Untuk mendeskripsikan peningkatan perilaku belajar siswa dalam pembelajaran tema Indahnya Negeriku melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki. c. Untuk meningkatkan hasil belajar tema Indahnya Negeriku siswa kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki melalui Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media gambar. F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian dibagi menjadi dua kategori, yaitu teoritis/akademis dan praktis/fragmatis. Kegunaan teoritis/ akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Sedangkan kegunaan praktis/fragmatis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi (http://tesis-disertasi.blogspot.com/favicon.ico). Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

12 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran tema Indahnya Negeriku melalui Problem Based Learning (PBL) dan media gambar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar tema Indahnya Negeriku di kelas IV SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Baki. b. Bagi Siswa 1) Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran tema Indahnya Negeriku. 2) Dapat menambah pengalaman belajar siswa pada tema Indahnya Negeriku. 3) Dapat meningkatkan hasil belajar tema Indahnya Negeriku. 4) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada tema Indahnya Negeriku. c. Bagi Sekolah Dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan metode inovatif.