BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. membahas mengenai hasil yang ingin dicapai. Selanjutnya, dengan tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. tim audit. Auditor dituntut untuk mampu memberikan hasil pemeriksaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2008 disebut

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan daerah merupakan sesuatu hal

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor pemerintahan merupakan pihak yang sangat berperan dalam pengawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance), upaya pemulihan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah. Upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BAB I PENDAHULUAN. BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi di dalam mempertanggungjawabkan segala aktivitas finansial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penulisan. Latar belakang penelitian menjelaskan mengenai perihal

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Awalnya bersifat terpusat kemudian mulai mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I tahun 2015, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya potensi kehilangan keuangan Negara/Daerah Rp.33,46 triliun, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 10.154 temuan yang memuat 15.434 permasalahan, yang meliputi 7.890 (51,12%) permasalahan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan senilai Rp.33,46 triliun. Dari masalah ketidakpatuhan tersebut sebanyak 4.609 permasalahan yang berdampak pada pemulihan keuangan Negara/Daerah/Perusahaan Negara atau berdampak finansial senilai Rp.21,62 triliun. Sedangkan pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 2.537 masalah berdampak finansial senilai Rp.9,87 triliun yang terdiri atas masalah yang mengakibatkan kerugian Negara/Daerah senilai Rp,710,91 miliar, potensi kerugian Negara/Daerah senilai Rp.1,15 triliun dan kekurangan penerimaan senilai Rp.8 triliun. Dari kondisi tersebut dapat dilihat bahwa Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) belum dapat mendeteksi dini tingkat kecurangan yang berpotensi mengakibatkan kerugian Negara/Daerah dalam pelaksanaan audit kinerja atas penyelenggaraan program program pemerintah pada instansinya masing - masing. Selain itu, adanya tuntutan untuk mewujudkan good governance dan clean governance, mengharuskan pemerintah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dari laporan keuangan pemerintah. Kondisi tersebut 1 1

sejalan dengan pernyataan Mardiasmo (2009;20) bahwa akuntabilitas publik adalah tanggung jawab pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu peran yang memungkinkan auditor dapat bertindak sebagai konsultan yang berfungsi sebagai pemberi deteksi dini dalam mengidentifikasi kecurangan (Sardjono, 2007). Peran tersebut dilakukan oleh auditor internal yang membantu pihak manajemen untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal organisasi telah dikembangkan dengan tepat dan seluruh operasi perusahaan telah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis (Haron et al., 2004). Penguatan fungsi pengawasan intern pemerintah perlu terus dilakukan untuk mendukung peningkatan kinerja pemerintah melalui manajemen penyelenggaraan pemerintahan yang sehat dan kuat, sehingga dapat dijadikan sebagai modal dalam mengatasi persoalan-persoalan bangsa. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Pemerintah telah menargetkan peningkatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di tahun 2019 berada pada Level 3 dari skor Level 1-5. Sementara itu, kondisi tingkat kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menurut laporan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada Rapat Kerja Nasional Pengawasan Intern Pemerintah di Kantor Pusat BPKP, sebagian besar (85,23%) masih berada pada Level 1. Pada level yang demikian ini terkandung risiko bahwa Aparat Pengawasan Intern Pemerintah belum dapat secara optimal memberikan nilai tambah di bidang pengawasan intern bagi keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. 2

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kapabilitas oleh BPKP pada 474 APIP K/L/D per 31 Desember 2014, sebanyak 404 APIP atau 85,230/0 berada pada Level l, 69 APIP atau 14,56% berada pada Level 2, dan baru satu APIP atau 0,21% yang berada pada Level 3. Presiden Republik Indonesia dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 13 Mei 2015 juga mengarahkan agar dalam lima tahun ke depan (tahun 2019) APIP dapat memberikan jaminan tata kelola pemerintahan yang baik dalam hal pencegahan korupsi, dan dapat memberikan penilaian terhadap efisiensi, efektifitas, ekonomis, dan akuntabilitas dalam pemerintahan, baik Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Untuk itu, Presiden Republik Indonesia menginstruksikan kepada Kepala BPKP dapat memperbaiki kondisi APIP menjadi 85% di Level 3 dan 1% di Level 1 pada tahun 2019, sebagaimana dalam RPJMN 2015-2019 ditargetkan kapabilitas APIP berada pada Level 3 pada tahun 2019. Salah satu upaya peningkatan kapabilitas tersebut dengan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dengan melakukan sertifikasi terhadap pegawai negeri sipil yang akan menduduki jabatan fungsional auditor. Dengan adanya tingkat kompetensi yang disyaratkan diharapkan auditor dapat melakukan pendeteksian lebih dini terhadap tindakan tindakan penyimpangan yang dapat berpotensi menyebabkan kerugian Negara/Daerah sehingga nantinya dapat meningkatkan level kapabitilas APIP. Menurut Peraturan Kepala Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER 1274/K/JF/2010 tentang Pendidikan, Pelatihan Dan Sertifikasi Auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, menyebutkan bahwa sertifikasi auditor adalah proses penilaian kompetensi, kinerja dan kemampuan profesi atas keahlian/keterampilan seseorang di bidang pengawasan 3

intern pemerintah menurut disiplin keilmuan, keterampilan, kefungsian dan/atau keahlian di bidang pengawasan intern pemerintah. Sertifikasi auditor dimaksudkan untuk memberikan jaminan tertulis atas penguasaan kompetensi dibidang pengawasan intern pemerintah sebagai tanda kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sebagai auditor dan dengan tujuan untuk menentukan kelayakan dalam memenuhi syarat kompetensi sebagai Auditor. Adapun sasaran sertifikasi auditor adalah terwujudnya pegawai yang mempunyai sertifikat auditor yang dapat melaksanakan tugas-tugas pengawasan intern pemerintah secara profesional, efisien, efektif, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Inspektorat Kota Lhokseumawe yang merupakan bagian dari Aparat Pengawas Pemerintah (APIP) mempunyai kewajiban untuk mendukung target pemerintah pusat dalam RPJMN. Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan level kapabilitas Inspektorat Kota Lhokseumawe, salah satunya dengan melaksanakan audit pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Lhokseumawe. Audit internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan di dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sistem pengendalian intern organisasi. Adams (1994) dalam Putri (2011) menjelaskan bahwa kualitas internal yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi dan objektifitas dari staf internal auditor tersebut. Standar Audit Intern Pemerintah yang dikeluarkan oleh Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia pada pernyataan standar umum 2013 Sertifikasi Jabatan Serta Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan, dimana auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan/atau sertifikat lain dibidang pengawasan intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan 4

professional berkelanjutan (continuing professional education). I Gusti Agung Rai (2010) memberikan definisi audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomis, efisiensi dan efektifitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik. Temuan hasil audit kinerja Inspektorat Kota Lhokseumawe tidak terlepas dari peran serta tim audit yang bertugas dalam mendeteksi kerugian Negara/Daerah. Peran auditor intern pemerintah dalam pengawasan pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan telah diatur oleh peraturan perundangundangan. Karena itu peran auditor sangat dituntut untuk memberikan hasil pemeriksaan yang berkualitas sehingga mampu mendeteksi kecurangan lebih awal sehingga tingkat temuan kerugian Negara/Daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat menurun. Selain itu pengalaman kerja auditor juga dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja, sehingga semakin lamanya tingkat pengalaman yang dimiliki pemeriksa dalam tugasnya melaksanakan pemeriksaan, maka akan mampu memberikan kualitas hasil pemeriksaan yang maksimal (Mulyadi, 2002). Ponemon dan Wendell, (1995) dalam penelitiannya menyatakan banyak orang percaya bahwa semakin pengalaman seseorang dalam pekerjaannya, maka hasil pekerjaannya pun akan semakin bagus dan berkualitas. Auditor yang berpengalaman menunjukkan proyeksi error yang lebih baik dari pada level junior. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Davis (1996) Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian 5

selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan. Yang nantinya membantu auditor dalam mendeteksi adanya kerugian Negara/Daerah. Kerugian Keuangan Negara/Daerah adalah kerugian keuangan pemerintah pusat/daerah sebagai bagian kerugian keuangan Negara yang dapat disebabkan oleh karena perbuatan/tindakan pelanggaran hukum. Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara: Kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Pendeteksian kerugian Negara/Daerah adalah hasrat tujuan yang ditetapkan dalam langkah kerja audit dalam mengkombinasikan pemikiran dengan data kondisi yang ada untuk mendapatkan segala bentuk bukti kebenaran terjadinya penyimpangan pelaksanaan anggaran yang menyebabkan kerugian Negara/Daerah. Kemampuan pendeteksian kerugian daerah sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman audit dan tingkat kompetensi auditor dalam mengungkapkan adanya kecurangan dalam laporan hasil audit. Penelitian ini merujuk kepada penelitian Masrizal (2010) yang meneliti tentang Pengaruh Pengalaman Auditor dan Pengetahuan Audit terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah Pada Inspektorat Aceh. dari hasil penelitian tersebut memperoleh hasil, Pengalaman audit dan pengetahuan audit mempunyai hubungan yang kuat terhadap peningkatan pendeteksian kerugian daerah. Berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia Tahun 2014 Standar Umum Nomor 2010 yang diterbitkan oleh Asosiasi Audit Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Kompetensi dan Kecermatan Profesional, Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang 6

diperlukan untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Mengingat pentingnya pendidikan sertifikasi dan pengalaman audit sebagaimana diatur dalam Standar Audit Intern Pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab seorang auditor. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Sertifikasi Auditor dan Pengalaman Audit terhadap Pendeteksian Kerugian Negara/Daerah. (Studi Kasus Pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Lhokseumawe). 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Apakah sertifikasi auditor berpengaruh secara parsial terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah? 2. Apakah pengalaman audit berpengaruh secara parsial terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah? 3. Apakah sertifikasi auditor dan pengalaman audit berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah? 3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menguji dan menganalisis pengaruh sertifikasi auditor terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah. 7

2. Menguji dan menganalisis pengaruh pengalaman audit terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah. 3. Menguji dan menganalisis pengaruh sertifikasi auditor dan pengalaman audit terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah. Tujuan dari penelitian ini juga termasuk untuk memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukan, termasuk dari pihak Inspektorat Kota Lhokseumawe dan publik sebagai pembacanya, adapun manfaatnya sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan referensi pada penelitian di bidang audit guna meningkatkan kinerja di Inspektorat Kota Lhokseumawe. 2. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan ilmu akuntansi khususnya audit pemerintahan, dan dapat menjadi media informasi untuk penelitian lebih lanjutnya. b. Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan sebagai sarana dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah saya peroleh dibangku kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan dasar acuan dalam meningkatkan mutu hasil audit pada Inspektorat Kota Lhokseumawe. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pengaruh pendidikan sertifikasi dan pengalaman audit terhadap pendeteksian kerugian Negara/Daerah. 8

4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun agar penulisan yang dilakukan menjadi lebih terarah. Tulisan ini terdiri dari 5 bab yaitu pendahuluan, landasan teori, tinjauan kajian terdahulu, pengembangan hipotesis, metode penelitian, analisis data, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan serta keterbatasan saran. Pada bab satu terdapat penjelasan mengenai latar belakang penelitian dilakukan. Setelah penjelasan mengenai latar belakang masalah dapat dirumuskan pada subbab perumusan masalah. Setelah masalah dirumuskan maka dapat dijelaskan mengenai tujuan penelitian. Penjelasan mengenai manfaat penelitian dijabarkan setelah tujuan penelitian ditetapkan. Pada bab dua dijelaskan mengenai teori yang mendasari penelitian digunakan untuk membangun hipotesis. Hipotesis yang dibangun didukung dengan hasil penelitian terdahulu. Teori yang mendasari penelitian, hipotesis yang dibangun serta hasil penelitian terdahulu dijelaskan pada bab dua yaitu : landasan teori, tinjauan kajian terdahulu dan pengembangan hipotesis. Pada bab tiga menjelaskan mengenai metodelogi penelitian. Penjelasan pada bab ini diawali dengan penentuan responden dan teknik pengambilan sampel. Setelah sampel ditentukan maka ditetapkan metode pengumpulan data. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan lebih lanjut dalam operasionalisasi variabel yang menjelaskan mengenai indikator yang digunakan untuk mengukur setiap variabel. Selanjutnya penjelasan mengenai metode analisis data yang menjelaskan model analisis data yang digunakan serta pengujian yang dilakukan. 9

Pada bab empat disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian hasil penelitian dijelaskan hasil analisis pengujian hipotesis dan menyatakan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil pengujian hipotesis. Pada sub bahagian pembahasan ini, diuraikan secara lebih luas dan mendalam tentang berbagai justifikasi atas hasil hipotesis yang diterima dan sebaliknya memberikan berbagai argument atau kenapa hipotesis ditolak. Pembahasan ini menggunakan dasar berupa: landasan teoritis, tinjauan kajian terdahulu, kondisi lingkungan saat penelitian dilakukan serta logika rasionalitas. Dan terakhir juga dijelaskan beberapa keterbatasan kalau ada, implementasi hasil penelitian serta beberapa saran untuk kajian lanjut. Bab lima merupakan bab penutup, yang pada dasarnya adalah berisi ringkasan atas hasil pembahasan penelitian yang sudah diuraikan secara panjang lebar dan mendalam pada bab terdahulu. Secara rinci terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, implementasi dan saran-saran untuk kajian lanjut. 10