LAND REFORM ATAS TANAH EKS HGU PT RSI DI KABUPATEN CIAMIS SUATU KAJIAN HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

BAB I PENDAHULUAN I.1

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

BAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL. A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

CATATAN KRITIS TERHADAP RUU PERTANAHAN

I. PENDAHULUAN. Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan

KEMUNGKINAN PENERAPAN REFORMA AGRARIA PADA TANAH TERINDIKASI TERLANTAR

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG PERTANAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

CATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social

KAJIAN YURIDIS TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DALAM RANGKA PELAKSANAAN LANDREFORM JURNAL. Oleh :

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mentaati Peraturan. Perundang-undangan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN DAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN TANAH MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E

HUKUM TERTULIS Adalah hukum yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan bersama manusia dalam masyarakat

*Dosen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Tadulako.

A. Latar Belakang Masalah

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAKSI SKRIPSI PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

Muchamad Ali Safa at

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERTIBAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN TNI DENGAN STATUS OKUPASI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLIKASI PENCABUTAN HAK ATAS TANAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA. Istiana Heriani*

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

BAB III KETERIKATAN TANAH TERLANTAR SEBAGAI IMPLEMENTASI PELAKSANAAN LANDREFORM. tanah. Akan tetapi dalam konsep landreform yang sesungguhnya tidaklah

S a o l a CP C N P S N Te T s e Wa W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

Transkripsi:

LAND REFORM ATAS TANAH EKS HGU PT RSI DI KABUPATEN CIAMIS SUATU KAJIAN HUKUM Oleh : HENDRA SUKARMAN, S.H., S.E., M.H. *) ABSTRACT Iplementasi of the mandate of the People's Consultative Assembly Decree of the Republic of Indonesia (MPR RI) is the holding of Land Reform, which is the mandate of TAP MPR No. IX / MPR / 2001 on Agrarian Reform. Soil is a major component in the Land Reform, then basically the designated land as the object Land Reform today in Ciamis is state land ex HGU RSI from various sources according to the legislation can be used as objects of Land Reform. Therefore the supply of land is a strategic step for the success of Land Reform. That the property rights to land can only be owned by Indonesian citizens and or the civil equivalent to the legal entity that is, it is in accordance with the Law article 21 (1) (2). Soil is a major component in the Land Reform, then basically the designated land as the object Land Reform today in Ciamis is state land ex HGU RSI from various sources according to the legislation can be used as objects of Land Reform. ABSTRAK Iplementasi dari mandat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR RI) adalah dengan diadakannya Land Reform, yang merupakan amanat dari TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria. Tanah merupakan komponen utama dalam Land Reform, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai objek Land Reform sekarang ini di Kabupaten Ciamis adalah tanah-tanah negara eks HGU RSI dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek Land Reform. Karenanya kegiatan penyediaan tanah merupakan langkah strategis bagi keberhasilan Land Reform. Bahwa hak milik atas tanah hanya boleh dimiliki oleh WNI dan atau yang secara perdata dipersamakan dengan orang yakni badan hukum, hal ini sesuai dengan UUPA pasal 21 (1) (2). Tanah merupakan komponen utama dalam Land Reform, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai objek Land Reform sekarang ini di Kabupaten Ciamis adalah tanah-tanah negara eks HGU RSI dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek Land Reform. *) *) Dosen Fakultas Hukum Universitas Galuh 107

I. PENDAHULUAN Iplementasi dari mandat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR RI) adalah dengan diadakannya Land Reform, yang merupakan amanat dari TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Keputusan MPR RI Nomor 5/MPR/2003 tentang Penugasan kepada MPR-RI untuk Menyampaikan Saran atas Laporan Pelaksanaan Keputusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003. Salah satu butir saran dimaksud kepada Presiden Republik Indonesia, terkait dengan perlunya Penataan Struktur Penguasaan, Pemilikan, Pemanfaatan dan Penggunaan Tanah. Land Reform atau disebut juga dengan Pembaruan Agraria adalah proses yang berupa kegiatan penetapan hak garapan dan hak hunian Masyarakat serta melakukan restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agraria (khususnya tanah). Dalam pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan bahwa "Pembaruan Agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya tanah, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia". Rangkaian kegiatan meyeluruh dari land reform di Indonesia dilaksanakan melalui 2 (dua) langkah yaitu : 1. Penataan kembali politik dan hukum pertanahan yang didasarkan pada: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Proses Penyelenggaraan Land Reform Plus, yaitu Penetapan aset tanah dan Hunian tetap bagi Penggarap dan Penghuni obyek asset reform juga penataan aset tanah bagi masyarakat dan Penataan akses masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik yang memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkan tanahnya secara optimal. II. Pembahasan Dasar Hukum 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2), Pasal 28 dan Pasal 33 ayat (1) amandemen keempat 2. Tap Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IX/ MPR/ 2001 108

3. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor 5/MPR/2003 4. Undang-Undang Pokok Agraria 1960 (UUPA 1960) 5. Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 6. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian. 7. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Maksud dan Tujuan Land Reform Maksud Land Reform : 1. Menetapkan garapan masyarakat menjadi garapan tetap masyarakat. 2. Menetapkan hunian masyarakat menjadi hunian tetap masyarakat. 3. Menciptakan kesejahteraan masyarakat yang berbasis pertanahan. 4. Menata kehidupan masyarakat yang lebih berkeadilan. 5. Meningkatkan berkelanjutan sistem kemasyarakatan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, serta Tujuan Land Reform : Sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat (2) yang berbunyi :tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Di samping itu tujuan lainnya dari Land reform adalah : 1. Memberikan alas hukum yang pasti atas garapan masyarakat. 2. Membuat alas hukum yang jelas atas tanah yang telah menjadi hunian penggarap lahan. 3. Menciptakan dan menjamin masyarakat untuk berkumpul dan berserikat. 4. Menciptakan Koperasi Pertanian yang handal. 5. mengurangi kemiskinan. 6. menciptakan lapangan kerja. 7. memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah. 8. menata ulang penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan sumbersumber tanah. 9. mengurangi sengketa dan konflik pertanahan. 109

10. memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup. 11. meningkatkan ketahanan pangan dan energi terbarukan masyarakat. 12. Meningkatkan kesejahteran masyarakat. Prinsip-Prinsip Land Reform 1. Memuliakan Alloh dan mempertinggi derajat manusia. 2. memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; 4. menghormati supremasi hukum dengan mengakomodasi keanekaragaman dalam unifikasi hukum; 5. mensejahterakan rakyat, terutama melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia; 6. mengembangkan demokrasi, Kelembagaan masyarakat, kepatuhan hukum, transparansi dan optimalisasi partisipasi rakyat; 7. mewujudkan keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumberdaya tanah dan sumberdaya alam; 8. memelihara keberlanjutan yang dapat memberi manfaat yang optimal, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan tetap memperhatikan daya tampung dan dukung lingkungan; 9. melaksanakan fungsi sosial, kelestarian, dan fungsi ekologis sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat; 10. meningkatkan keterpaduan dan koordinasi antarsektor pembangunan dalam pelaksanaan pembaruan tanah dan pengelolaan sumberdaya alam; 11. mengakui dan menghormati hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas sumberdaya tanah dan sumberdaya alam; 12. mengupayakan keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah (pusat, daerah provinsi, kabupaten/kota, dan desa atau yang setingkat), masyarakat dan individu; 13. melaksanakan desentralisasi berupa pembagian kewenangan di tingkat nasional, daerah provinsi, kabupaten/kota, dan desa atau yang setingkat, berkaitan dengan alokasi dan manajemen sumberdaya tanah dan sumberdaya alam. Arah Kebijakan Land Reform 1. Melakukan Penetapan garapan masyarak menjadi garapan tetap 110

masyarakat dan hunian masyarakat menjadi hunian tetap masyarakat, agar secara hukum masyarakat terlindungi hak atas tanahnya. 2. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan. 3. Menyelenggarakan dan membina Koperasi Petani yang juga merupakan bagian menyeluruh dari adanya Koperasi Nasional agar tetap menjadi soko guru Perekonomian Indonesia. 4. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform. 5. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya tanah yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik dimasa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip Land Reform. 6. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan pembaruan tanah dan menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya tanah yang terjadi. 7. Mengupayakan pembiayaan dalam melaksanakan program pembaruan tanah dan penyelesaian konflikkonflik sumberdaya tanah yang terjadi. Objek Land Reform Tanah merupakan komponen utama dalam Land Reform, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai objek Land Reform sekarang ini di Kabupaten Ciamis adalah tanah-tanah negara eks HGU RSI dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek Land Reform. Karenanya kegiatan penyediaan tanah merupakan langkah strategis bagi keberhasilan Land Reform. Salah satu contoh sumber tanah objek Land Reform adalah tanah terlantar yang mana sudah tidak digarap lagi oleh pemilik HGU dan HGU nya tersebut tidak diperpanjang lagi. Menurut Pasal 9 PP Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, tanah terlantar yang sudah ditetapkan menjadi tanah negara akan menjadi salah satu objek Land Reform. 111

Subjek Land Reform Bahwa hak milik atas tanah hanya boleh dimiliki oleh WNI dan atau yang secara perdata dipersamakan dengan orang yakni badan hukum, hal ini sesuai dengan UUPA pasal 21 (1) (2). 1. Untuk penerima hak milik atas tanah perorang dalam rangka Land reform berlaku ketentuan sebagai berikut : a. Syarat umum Berdasarkan pada Pasal 8 PP 224 Tahun 1961 Subyek penerima redistribusi tanah adalah mempunyai syarat Umum adalah : 1) Dengan mengingat pasal 9 s/d 12 dan pasal 14, maka tanahtanah yang dimaksudkan dalam pasal 1 huruf a, b dan c dibagibagikan dengan hak milik kepada para petani oleh Panitia Landreform Daerah Tingkat II yang bersangkutan, menurut prioritet sebagai berikut : a) Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan; b) Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yang mengerjakan tanah yang bersangkutan; c) Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan; a) Penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah yang bersangkutan; b) Penggarap yang mengerjakan tanah hak pemilik; c) Penggarap tanah-tanah yang oleh Pemerintah diberi peruntukan lain berdasarkan pasal 4 ayat (2) dan (3); d) Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 hektar; e) Pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 hektar; 1.Petani atau buruh tani lainnya. 2) Jika didalam tiap-tiap prioritet tersebut dalam ayat (1) pasal ini terdapat : a. petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak lebih dari dua derajat dengan bekas pemilik, dengan ketentuan sebanyakbanyaknya 5 orang; b. petani yang terdaftar sebagai Veteran; c. petani janda pejuang kemerdekaan yang gugur; d. petani yang menjadi korban kekacauan, maka kepada mereka itu diberikan pengutamaan diatas petani- 112

petani lain, yang ada didalam golongan prioritet yang sama. 2) 3) Yang dimaksudkan dengan "petani", ialah orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai tanah sendiri, yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah untuk pertanian. 4) Yang dimaksudkan dengan "penggarap", adalah petani, yang secara sah mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif tanah yang bukan miliknya, dengan memikul seluruh atau sebagian dari risiko produksinya. 5) Yang dimaksudkan dengan "buruh tani tetap", adalah petani, yang mengerjakan atau mengusahakan secara terus menerus tanah orang lain dengan mendapat upah. 6) Yang dimaksudkan dengan "pekerja tetap", adalah orang yang bekerja pada bekas pemilik tanah secara terus menerus. b. Syarat Khusus Dalam Pasal 9 PP 224 tahun 1961 disebutkan : Untuk mendapat pembagian tanah, maka para petani yang dimaksudkan dalam pasal 8 harus memenuhi : a. Syarat-syarat umum: Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan dan kuat kerja dalam pertanian. b. Syarat-syarat khusus: Bagi petani yang tergolong dalam prioritet a, b, e, f dan g : telah mengerjakan tanah yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3 tahun berturut-turut; bagi petani yang tergolong dalam prioritet d: telah mengerjakan tanahnya 2 musim berturut-turut; bagi para pekerja tetap yang tergolong dalam prioritet c: telah bekerja pada bekas pemilik selama 3 tahun berturut-turut. 2. Sedangkan penerima hak milik atas tanah berupa badan hukum dalam rangka Land Reform adalah Koperasi. Hal ini sesuai dengan : 1) pasal 14(3) huruf d dan pasl 17 ayat (1)(2)(3)(4) PP 224 Tahun 1961. Dimana anggota koperasi tersebut merupakan masyarakat penerima penetapan garapan dan hunian tetap atas tanah hak milik mereka atas tanah yang menjadi obyek land reform. 2) Koperasi merupakan semangat gotong royong yang merupakan roh keswadayaan dan soko guru 113

perekonomian di Indonesia. Sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 45 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. 3) bahwa koperasi adalah merupakan kehendak dan keinginan alamiah masyrakat berkumul dan menghimpun diri sesuai dengan Pasal 28 UUD 45 yang berbunyi Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undangundang. Kesimpulan Dasar Hukum dari Landre Form adalah UUD 1945 Pasal 27 (2), Pasal 28 dan Pasal 33 ayat (1) amandemen keempat, Tap MPR Nomor IX/ MPR/ 2001, Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003, Undang-Undang Pokok Agraria 1960 (UUPA 1960), Undangundang Nomor 56 Prp tahun 1960, PP 224 tahun 1961, Perpres No. 10 Tahun 2006, PP No. 10 tahun 1996, PP No. 24 Tahun 1997. Bahwa hak milik atas tanah hanya boleh dimiliki oleh WNI dan atau yang secara perdata dipersamakan dengan orang yakni badan hukum, hal ini sesuai dengan UUPA pasal 21 (1) (2). Tanah merupakan komponen utama dalam Land Reform, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai objek Land Reform sekarang ini di Kabupaten Ciamis adalah tanah-tanah negara eks HGU RSI dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan sebagai objek Land Reform DAFTAR PUSTAKA dapat dijadikan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2), Pasal 28 dan Pasal 33 ayat (1) amandemen keempat. Tap Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IX/ MPR/ 2001. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor 5/MPR/2003. Undang-Undang Pokok Agraria 1960 (UUPA 1960). Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 114

115