KARAKTERISTIK FISIK-HIDRO-KLIMATOLOGI (8) DELAPAN DAS DI WILAYAH UPT PSAWS SAMPEAN BARU

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Statistik untuk Studi Karakteristik Hidrologi Das-Das di Jawa Timur

PERBANDINGAN HASIL KALIBRASI DAN VALIDASI MODEL IHACRES (Studi Kasus : DAS Bedadung dan DAS Klopo Sawit)

KARAKTERISTIK HIDRO-METEOROLOGI DAS-DAS DI UPT PSAWS BONDOYUDO-MAYANG: APLIKASI STATISTIK UNTUK ANALISIS DATA RENTANG WAKTU

Indarto Laboratorium Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan (lab TPKL) Program Studi Teknik Pertanian - UNEJ

TEKNOLOGI PERTANIAN Studi Baseflow Menggunakan Perbandingan 6 Metode RDF (Recursive Digital Filter) (Studi Kasus di DAS Wilayah UPT PSDA Bondowoso)

TEKNOLOGI PERTANIAN Studi Pendahuluan Pemisahan Baseflow: Studi Kasus 6 Metode RDF (Recursive Digital Filter) di Wilayah UPT PSDA Pasuruan, Jawa Timur

STUDI KARAKTERISTIK FISIK HIDRO-KLIMATOLOGI DAS-DAS DI UPT PSAWS MADURA SKRIPSI

ANALISIS TIME SERIES DATA DEBIT SUNGAI DI BALAI SAMPEAN BARU MENGGUNAKAN RAP (RIVER ANALYSIS PACKAGE) SKRIPSI

Studi Pendahuluan Pemisahan Aliran Dasar Menggunakan Metode Grafis dan Metode RDF (Recursive Digital Filter) di Wilayah UPT PSDA Pasuruan, Jawa Timur

1 Ramadhiningtyas, et.al., Studi Pemisahan Baseflow Menggunakan Metode Grafis dan Metode RDF...

TEKNOLOGI PERTANIAN. Studi Pemisahan Baseflow menggunakan Metode Grafis dan Metode Recursive Digital Filter (RDF) di Wilayah UPT PSDA Lumajang

ANALISIS ALIRAN DASAR MENGGUNAKAN PERBANDINGAN 3 METODE GRAFIS DAN 6 METODE RDF DI DAS WILAYAH UPT PSDA MALANG

1 Riastuti, et.al., Studi Pendahuluan Pemisahan Baseflow: Kalibrasi 6 Metode RDF di Wilayah Unit Pelaksana... TEKNOLOGI PERTANIAN

KARAKTERISTIK FISIK DAN KURVA DURASI ALIRAN PADA 15 DAS DI JAWA TIMUR

TEKNOLOGI PERTANIAN Studi Pendahuluan Pemisahan Aliran Dasar Menggunakan "Metode Grafis dan Filter" di Wilayah Administratif UPT PSDA Bondowoso

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

MAKALAH SEMINAR NASIONAL. Oleh : Indarto, Boedi Susanto, Hisbullah Huda

SKRIPSI. Oleh : ATIN KURNIAWATI NIM

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA AIR SE JAWA TIMUR (SISDA- JATIM)

VARIABILITAS SPASIAL HUJAN DI WILAYAH UPT PSDA DI MALANG THE SPATIAL VARIABILITIES OF RAINFALLS IN THE UPT PSDA IN MALANG

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir


ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR STUDI KASUS: DAS. CITARUM HULU - SAGULING

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

APLIKASI HISTOGRAM UNTUK ANALISIS VARIABILITAS TEMPORAL DAN SPASIAL HUJAN BULANAN: STUDI DI WILAYAH UPT PSDA DI PASURUAN JAWA TIMUR

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

Tahun Penelitian 2005

(Studi Kasus : DAS Welang, DAS Kadalpang, DAS Kramat, DAS Pekalen, DAS Rondoningo)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KALIBRASI MODEL HIDROLOGI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN PADA SUB DAS KAMPAR KANAN DALAM PROGRAM HEC-HMS

APLIKASI MODEL HIDROLOGI KONSEPTUAL IHACRES UNTUK PENGALIHRAGAMAN HUJAN DEBIT PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI

ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paket program HEC-HMS bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai

(Simulated Effects Of Land Use Against Flood Discharge In Keduang Watershed)

KAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KOTA PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

Analisa Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Dengan HEC HMS Dan GIS Untuk Mitigasi Bencana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Tentang Pemisahan Aliran Dasar pada DAS di Wilayah UPT PSDA Pasuruan, Jawa Timur

ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1)

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

PENDAHULUAN. Kata kunci: presipitasi; tren

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

UJI KEANDALAN MODEL SACRAMENTO PADA DAS BEDADUNG DAN DAS KLOPOSAWIT ABSTRACT

APLIKASI SIG UNTUK EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE SUB DAS GAJAHWONG KABUPATEN BANTUL

KAJIAN KARAKTERISTIK DAS (Studi Kasus DAS Tempe Sungai Bila Kota Makassar)

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

Bab V Analisa dan Diskusi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

III. FENOMENA ALIRAN SUNGAI

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso

PERMODELAN HUJAN DEBIT PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DENGAN DISTRIBUTED MODEL MENGGUNAKAN INTEGRATED FLOOD ANALYSIS SYSTEM (IFAS)

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DENGAN MENGGUNAKAN HIDROGRAF SATUAN TERUKUR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO BAGIAN HULU

PENGARUH HUJAN EKSTRIM DAN KONDISI DAS TERHADAP ALIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

Pemodelan kejadian banjir daerah aliran sungai Ciliwung hulu dengan menggunakan data radar

VALIDASI MODEL KESETIMBANGAN AIR BEKEN DAN BYLOOS UNTUK PREDIKSI VOLUMETRIK HASIL AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

BAB III ANALISIS HIDROLOGI

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

STUDI PENDAHULUAN TENTANG ANALISIS DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN THRESHOLD LEVEL METHOD(TLM)

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

PEMODELAN HIDROGRAF SATUAN UNIVERSAL (H2U) PADA BERBAGAI SKALA PETA DASAR BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

ANALISIS HOMOGENITAS DATA CURAH HUJAN TAHUNAN KOTA MAKASSAR

BAB IV METODOLOGI DAN ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR(PAA) BERBASIS OPEN OFFICE CALC. Arif Faisol 1), Indarto 2) :

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

Flood Prognosis of Keyang Sub-Watersheds Using SIMODAS for Strategic Environmental Assessment on Spatial Planning of Ponorogo District

EKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

PEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR

Analisis Pola Hujan dan Musim di Jawa Timur Sebagai Langkah Awal Untuk Antisipasi Bencana Kekeringan

STUDI OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAS TAMBONG BANYUWANGI BERDASARKAN HSS US SCS

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

Transkripsi:

KARAKTERISTIK FISIK-HIDRO-KLIMATOLOGI 8) DELAPAN DAS DI WILAYAH UPT PSAWS SAMPEAN BARU Indarto 1), Budi Soesanto 2),Sri Wahyuningsih 3) 1), 2), 3) Laboratorium Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan, Jurusan TEP, FTP - UNEJ. Jl. Kalimantan No. 37, Kampus - Tegalboto, Jember 68121 E-mail: indarto@ftp.unej.ac.id elit.unej.ac.id Abstract The study demonstrated the application of statistical method to describe discharge characteristics by means of time series analysis. Eight 8) watersheds in East Java were selected for this study. Data input for the analysis include: physical data, rainfall and discharge. Physical data of the watershed topography, land use, soil type, river network, and boundary of regions) are extracted from existing database and treated using CatchmentSIM and visualized on the MapwindowGIS. Daily rainfall data is collected from existing pluviometers around the region. Daily discharge data is obtained from measurement station located at the outlet of each watershed. Rainfall of each watershed is determined using average value of existing pluviometers around the watershed and determined using simple arithmetic method. These time series data are then imported to RAP River Analysis Package). Analysis on the RAP, include: general statistical value max, min, mean, median, quintile, standard deviation, coefficient of variance, and skewness), flow duration curve FDC), and baseflow analysis Baseflow Indice/BFI and Floodflow Indice/FFI). The result then presented in graphic and tables. Research shows that among the watersheds have different discharge characteristics although they located on the same climatic regions. Key word: Time-series-analysis, watershed, discharge, east java Abstract Penelitian ini mendemontrasikan aplikasi metode statistik untuk mendeskripsikan karakteristik hidro-meteorologi pada delapan 8) DAS di wilayah Tapalkuda di Jawa Timur. Data masukan utama adalah data rentang-waktu time-series) berupa hujan dan debit harian. DATA diperoleh dari stasiun pengukuran yang terpasang pada masing-masing DAS. Karakteristik fisik DAS yang mencakup: Luas DAS, kontur, topografi, jaringan sungai, peruntukan lahan, dan jenis tanah) diolah dari database sumberdaya air yang tersedia. Hujan harian DAS dihitung dengan rerata aritmatik dari beberapa stasiun hujan di wilayah DAS tersebut. Data debit harian diambil dari stasiun pengukuran debit AWLR) yang terpasang pada outlet DAS. Selanjutnya, data-data tersebut diimport ke dalam perangkat lunak River Analysis Package RAP). Perhitungan di dalam RAP mencakup: nilai statiktik umum maksimum, minimum, rerata, median, quantile, standard deviasi SDT), coefficient variasi CV), dan skewness); frekuensi kejadian; dan indek aliran dasar Baseflow Indice/BFI) dan Flood Flow Indice FFI). Hasil analisa selanjutnya ditampilkan dalam tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kerakteristik hidro-meteorologi diantara DAS-DAS meskipun dalam suatu wilayah iklim yang sama. Hasil penelitian berguna sebagai dasar pengelolaan DAS. Keywords: Analisa-rentang-waktu, DAS, RAP, Hidro-meteorologi 1

1. PENDAHULUAN Pemahaman terhadap fenomena hidrologi yang terjadi di dalam suatu Daerah Aliran Sungai DAS) sangat diperlukan sebagai dasar pengelolaan DAS. Analisa keruangan spatial analysis) dan analisa rentang waktu time series analysis) dapat digunakan untuk mendeskripsikan variabilitas fenomena hidrologi yang bervariasi terhadap ruang dan waktu. Termasuk data rentang waktu adalah data hujan dan data debit harian. Gordon et al., 1992) memberikan pengantar aplikasi analisa rentang waktu dalam konteks manajemen Daerah Aliran Sungai DAS). Kedua jenis analisa tersebut pada hakekatnya merupakan penerapan metode statistic terhadap data yang bervariasi sebagai fungsi ruang spatial variability) dan data yang bervariasi sepanjang waktu time variability). Berbagai metode statistik telah dikembangkan dan digunakan sebagai tool alat analisa) dalam pengelolaan sumberdaya air pada level DAS. Artikel ini mendeskripsikan dan membandingkan karakteristik fisik hidro-meteorologi 8 Delapan) DAS di wilayah UPT PSAWS SAMPEAN BARU Jawa Timur). Persamaan, perbedaan, keteraturan dan ketidakteraturan diantara DAS-DAS dapat dijadikan sebagai landasan bagi upaya regionalisasi DAS-DAS. DAS-DAS di wilayah iklim yang sama mungkin memiliki karakteristik yang relatif seragam. Keseragaman ini dapat dijadikan sebagai dasar, misalnya aplikasi suatu model pada DAS yang tidak ada alat ukurnya ungauged catchment) dapat menggunakan kisaran nilai parameter yang sudah dikalibrasi pada DAS yang terukur di sekitarnya. 2. METODOLOGI 2.1 LOKASI STUDI Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel delapan 8) DAS di wilayah UPT PSAWS Sampean Baru Eks. Balai PSAWS Sampean-Baru). Peta indek menunjukkan 9) Sembilan wilayah UPT Balai) yang ada di Jawa Timur. UPT PSAWS Sampean baru mencakup wilayah administratif Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso dan Kab. Situbondo. Urutan nama DAS sebagai berikut: 7) Bomo Bawah; 8)Deluwang; 9)Bajulmati; 10) Bomo Atas; 11)Karangdoro; 12) Klopo Sawit. 13) Gladak; 14)Kali Stail. Selanjutnya di dalam tulisan ini digunakan simbol: DAS-7 s.d DAS-14. 2.2 DATA YANG DIGUNAKAN a. Data geografis Semua data geografis diolah dari database GIS yang terdapat di Lab. TPKL. Layer yang diolah mencakup: peta kontur, DEM, Jaringan sungai, peruntukan lahan, jenis tanah, hidro-geologi, batas administratif, lokasi stasiun hujan, lokasi stasiun pengukur debit AWLR), lokasi stasiun iklim. Semua layer selanjutnya dipotong clip) sebatas wilayah UPT. Pengolahan data menggunakan OSS- GIS Mapwindow. Batas DAS diturunkan secara otomatis dari DEM. 2

3 b. Data debit Data Debit Harian Rerata DHR) diperoleh dari rekaman AWLR yang terpasang pada Outlet masing-masing DAS. Studi ini menggunakan rekaman data debit harian dari: 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 2005. c. Data Hujan Data hujan harian yang digunakan adalah Hujan Harian Rerata HHR) untuk masing-masing DAS. HHR diperoleh dari rerata aritmatik data hujan harian yang diperoleh dari beberapa stasiun di sekitar DAS. Rekaman data HHR yang digunakan adalah : 1 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2005. Gambar 2. Lokasi penelitian di UPT PSAWS Sampean Baru 2.3 ANALISA a. Karakteristik fisik DAS Karakteristik fisik DAS yang mencakup: topografi, peruntukan lahan, jenis tanah, hidro-geologi diviualisasikan dalam bentuk peta Gambar 3: Lampiran 1) dan prosentase luas Tabel 1: Lampiran 2). b. Analisa data hujan dan data debit Data HHR dan DHR selanjutnya diurutkan sebagai data rentang-waktu. Periode rekaman yang digunakan adalah dari: 1 Januari 1997 s/d 31 Desember 2005. Data dalam format Excel tersebut selanjutnya diformat dalam file *.csv). File*.csv) ini selanjutnya diimpor ke dalam RAP River Analysis Package). Analisa dilakukan di dalam perangkat lunak RAP Herman, 2005ab). RAP 3

merupakan seperangkat tool software) yang dapat digunakan untuk menganalisa data rentang waktu time series). RAP memfasilitasi dengan teknik analisa- rentang-waktu untuk data debit yang mencakup tujuh aspek, yaitu : Statistik umum General Statistics) Kurva durasi banjir Flow Duration Curve /FDC) Analisa debit musiman High/Low flow spell analysis) Analisa kenaikan dan penurunan hidrograf Rates of rise and fall) Analisa baseflow Baseflow separation) Indeks Colwells Colwells Indice) Analisa Frequensi Banjir Flood Frequency analysis) Statistik Umum: Nilai statistik umum mencakup tiga kategori evaluasi: ringkasan, distribusi, dan nilai lain. Nilai statistik dapat dihitung untuk seluruh periode, untuk tahun tertentu, tiap tahun, tiap bulan dan tiap musim. Nilai ringkasan mencakup: minimum Min), maksimum Max), percentilep10, P90), rerata Mean), median MED). Nilai rerata merupakan ukuran dari pusat kecenderungan, dihitung dengan rumus jumlah nilai/jumlah hari). Median juga merupakan ukuran pusat kecenderungan. Median adalah nilai tengah dari semua data yang terekam nilai yang frekuensinya lebih dari 50%). Untuk data aliran debit) harian, median biasanya lebih rendah dari nilai rerata-nya karena distribusi data debit mempunyai nilai kemiringan grafik skewness) cenderung negatif dengan batas bawah NOL dan tidak ada batas atas. Distribusi mencakup nilai: Standard Deviation SD), Coefficient of variation CV), Kemiringan atau Skewness skew = mean/median), variability VAR), S_log, dan Lanes Variability Index Lane). SD menyatakan seberapa lebar distribusi nilai terhadap nilai reratanya. Satuan SD sama dengan data input. CV = Mean/SD). CV untuk debit harian dihitung dari nilai rerata debit harian dibagi nilai SD. Skewness Skw) menyatakan seberapa jauh perbedaan antara mean dan median. Skewness dapat digunakan untuk membedakan DAS-DAS yang mempunyai respon cepat dan lambat terhadap hujan. Suatu DAS dengan respon cepat, maka waktu antara terjadinya hujan dan terbentuknya debit di sungai relatif cepat banjir terjadi dengan cepat). Misalnya, DAS yang berukuran kecil relatif tidak luas atau luasnya sekitar 200km 2 ), maka normalnya debit aliran dasar base flow) nya juga sangat kecil, dan terjadi perubahan drastis besarnya debit ketika kejadian banjir. Debit banjir yang hanya beberapa kejadian akan menyumbang besar terhadap nilai rerata debit di DAS tersebut karena debit hariannya sangat kecil). Akibatnya, nilai rerata cenderung naik karena pengaruh beberapa kejadian banjir yang besar), dan nilai median relatif rendah karena debit harian umumnya kecil). Konsekuensinya, nilai skewness untuk DAS kecil tersebut cenderung lebih besar daripada DAS yang ukurannya lebih luas. Variabilitas variability) didasarkan pada nilai median. VAR = range nilai)/nilai median). Range ditentukan oleh pengguna dengan ukuran 4

5 percentile dari aliran, RAP memberikan nilai default setting untuk range adalah selisih antara nilai percentile 10 dan percentile 90. Kurva durasi banjir Flow Duration Curves/FDC) merupakan metode sederhana untuk menyatakan kisaran range) dari suatu seri data rentang-waktu. Analisa FDC dapat juga diterapkan untuk data renatng waktu yang lain selain debit). FDC dibuat dengan merangking semua data yang ada di dalam rentaang waktu tersebut dan memplotkannya dengan nilai prosentase kemunculannya dari 0% sampai 100%. Marsh 2004) and Herman 2005ab) menjelaskan metode FDC sebagai berikut: FDC is a simple way of representing the range and spread of data in a time series. It is created by taking all the data in a time period and ranking them from largest to smallest. The ranked data is plotted against a percentage value from 0% to 100%. The percentage is the proportion of the time that that flow is exceeded. FDC is usually shaped like a backward S with low probability of high flows, a central reasonably linear section of the curve and a flattening off with high probability of low flow. The central section of the plot is usually linear, and the slope as well as linearity) of this section tells us something about the flow regime. Finally, the results are compared for two watersheds by means of tables and figures of FDC curves. Uraian lebih detail tentang ke tujuh teknik analisa yang tersedia di dalam RAP dapat ditemukan di dalam tulisan Marsh, 2004; dan Herman, 2005ab). Aliran dasar Base flow) menyatakan aliran air yang masih ada di sungai pada saat tidak ada hujan dan bukan berasal dari aliran permukaan. Hidrograf biasanya memiliki periode debit kecil low flow) yang panjang. Hal ini banyak terjadi pada sungai di mana komponen utama debit berasal dari kontribusi air tanah, yang diselingi oleh debit besar karena kejadian hujan yang ekstrim. Tujuan dari analisa base flow adalah memisahkan komponen hidrograf menjadi: aliran dasar base flow) dan aliran permukaan yang berasal dari kejadian hujan ekstrim flood flow). Di dalam RAP, pemisahan aliran dasar base flow) dari komponen hydrograf lainnya menggunakan metode Lyn-Hollick filter. Metode ini menghitung komponen aliran dasar dengan menggunakan 3tiga) filter digital sebagaimana dijelaskan oleh Grayson Grayson et al., 1996). Tujuan digital filter adalah membuat transisi yang halus smooth transitiion) antara periode base flow sebelum kejadian banjir dan base flow pada saat banjir. Pada saat banjir komponen base flow juga relatif naik dan lebih besar dari pada saat tidak ada hujan. Idealnya tidak ada cara yang benar-benar akurat untuk menentukan basaliran dasar selama periode banjir, tetapi metode Lyn and Holick dapat diterima dengan beberapa asumsi dan pendekatan Grayson et al., 1996). Metode ini hanya menggunakan satu parameter yaitu: nilai alpha). Grayson et al., 1996) merekomendasikan nilai alpha = 0,975. 5

b1. Analisa data hujan Data rentang waktu untuk Hujan Bulanan Rerata HBR) dan Hujan Tahunan Rerata HTR) diperoleh dari kumulatif HHR. Data HBR dan HTR diolah dengan fasilitas Time-series-manager TSM) yang ada di dalam RAP. Data ini ditentukan dari data rentng waktu HHR. Analisa statistik umum yang mencakup nilai: rerata, maksimal, minimal, median, skewness, standard deviasi, koefisien variasi, variability, lane variability indek, S_log, dan percentile dilakukan terhadap data rentang waktu tersebut HHR, HBR, dan HTR). Selanjutnya hasil analisa ditampilkan dalam tabel. Frekuensi kejadian hujan yang melebihi nilai tertentu divisualisasikan dalam bentuk grafik dan dibandingkan antar ke enam DAS. b2. Anallisa data debit Analisa data debit menggunakan fasilitas yang ada pada perangkat lunak RAP. Analisa di dalam RAP meliputi: 1) nilai statistik umum rerata, maksimal, minimal, median, skewness, standard deviasi, koefisien variasi, variability, lane variability indek, S_log, dan percentile, 4) baseflow analysis, dan Flow Duration Curve FDC). Hasil analisa untuk ke delapan8) DAS selanjutnya dibandingkan dalam bentuk tabel dan grafik. 3.1 KARAKTERISTIK FISIK 3. HASIL DAN PEMBAHASAN No Karakterisitk Tabel 1. Ringkasan Karakteristik Topografi Prosentase per luas DAS %) DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 1 Luas DAS km 2 ) 154.7 165.1 201.8 44.9 467.9 722.1 121.6 218.1 Meman- Meman- Triangle Meman- Triangle Triangle Meman- Meman- 2 Jang Jang melabar Jang melabar melabar Jang Jang a. Bentuk dan topografi DAS Gambar 3a Lampiran-1) memperlihatkan: Digital Elevation Model DEM) yang dibagi ke dalam beberapa kelas ketinggian, batas DAS, jaringan sungai, titik outlet AWLR), titik lokasi stasiun hujan, dan Batas UPT Balai). Tabel 1) menunjukkan adanya dua tipe bentuk DAS: Triangle melebar DAS-9; DAS-11; DAS-12) dan memanjang DAS-7; DAS-8; DAS-10; DAS-13; DAS-14). Panjang sungai utama berkisar antara: 17 sd 49 km. Ketinggian tempat di dalam DAS- DAS tersebut juga bervariasi dari: 20 m sd 3000 m di atas permukaan laut. 3 Panjang sungai utama km) 36.56 35.12 19.31 33.12 40.03 48.84 17.21 47.17 8 Ketinggian m) 78-2450 19-2261 34-1775 99-2152 64-2449 140-2916 31-1660 42-2475 6

7 b. Peruntukan lahan Gambar 3.b Lampiran-1) dan Tabel 2) menunjukkan 7) tujuh kelas utama peruntukan lahan pada DAS-DAS tersebut, meliputi: 1) pemukiman, 2) sawah irigasi, 3) sawah tadah hujan, 4) kebun, 5) hutan, 6) semak belukar, dan 7) ladang. Prosentase luas untuk masing-masing kelas peruntukan lahan relatif bervariasi antara satu DAS dengan DAS lainnya Tabel 2). Peruntukan Lahan Tabel 2. Peruntukan lahan utama pada enam 8) DAS Prosentase per luas DAS %) DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 No Luas DAS 154.7 165.1 201.8 44.9 467.9 722.1 121.6 218.1 1 Pemukiman 3.2 5.8 0.4 6.5 6.3 10.5 3.8 16.6 2 Sawah Irigasi 16.6 3.8 0.6 48.1 13.9 36.5 29.0 35.7 Sawah Tadah 3 Hujan 0.6 8.4-0.7 0.0 11.8 0.5-4 Kebun 18.0 3.0 18.9-49.5 8.7 40.8 19.2 5 Hutan 36.2 39.0 69.0 19.1 23.8 10.3 11.8 8.7 6 Semak Belukar 23.4 5.2 9.7 25.0 3.5 8.1 8.3 16.6 7 Ladang 0.6 32.2 1.4 0.2 2.6 13.3 5.8 3.0 c. Jenis Tanah Gambar 3c Lampiran-1) dan Tabel 3) menunjukkan prosentase luas untuk jenis dan tipe tanah pada masing-masing DAS. Mayoritas tanah berjenis: grumosol, mediteran dan andosol. Tabel 3. Prosentase luas jenis tanah pada enam 8) DAS Tanah Prosentase luas %) No Jenis Tipe DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS- 12 DAS- 13 DAS- 14 1 Aluvial Sedang - 8.1 - - - - - 20.1 2 Andosol Ringan 56.4 92.8 85.5 31.7 66.7 224.4 94.6 87.5 3 Grumosol Sangat Berat 75.5 64.2 21.0 0.0-65.0 26.4-4 Latosol berat - - 23.6 - - - - - 5 Litosol berat - - 1.5 - - - - - 6 Mediteran Sangat Berat 22.8-0.3 13.1 401.2 409.0 0.6 110.4 7 Regosol ringan - - 69.8 - - 23.7 - - 3.2 KARAKTERISTIK HUJAN Periode rekaman yang seragam untuk data hujan harian uuntuk ke delapan DAS adalah dari: 1 Januari 1997 s/d 31 Desember 2005. Data rentang waktu tersebut selanjutnya diimport ke dalam RAP dan dijadikan sebagai dasar analisa Hujan Harian Rerata HHR). Analisa dilakukan dengan membandingkan nilai statistik umum dan bentuk grafik frekuensi kejadian, dengan memanfaatkan fungsi FDC yang ada di dalam RAP. Hal yang sama juga dilakukan terhadap data Hujan Mingguan rerata HMR), Hujan Bulanan Rerata HBR) dan Hujan Tahunan Rerata HTR). Nilai HMR, HBR 7

dan HTR merupakan nilai kumulatif hujan harian yang dihitung per satuan waktu minggu-an, bulan-an dan tahun-an. Nilai rerata adalah nilai rerata selama periode 1 Januari 1997 s/d 31 Desember 2005). Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 4a) sd Tabel 4c) dan ditampilkan dalam grafik pada Gambar 4). Nilai HHR maksimum Tabel 4a) terekam antara: 80 s/d 160) mm/hari., nilai HHR maksimum sangat bervariasi antar satu DAS dengan lainnya. Sementara, hujan per hari HHR) yang jatuh pada ke delapan 8) DAS berkisar antara: 3 sd 5 mm dan relatif seragam untuk semua DAS. HBR maksimum terekam sebesar: 606 mm/bulan untuk DAS-8. Sedangkan, HBR yang diterima masingmasing DAS pada kondisi normal berkisar antara: 85 sd 130) mm/bulan. HTR maksimum tercatat sebesar: 2629 mm/tahun pada DAS-8. HTR rerata antar DAS bervariasi dari: 1150 sd 1847 mm/tahun). Tabel 4a. Statistik Hujan Harian Rerata HHR), dalam mm/hari Nilai DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 Luas DAS 154.7 165.1 201.8 44.9 467.9 722.1 121.6 218.1 Max 102 161.1 82 96.7 94.5 100.4 108.6 118.8 Mean 3.6 3.6 3.3 2.8 4.8 3.6 3.8 4.3 Median 0 0 0 0 0.4 0 0.0 0.0 CV 2.1 2.4 2.1 2.5 1.8 1.8 1.8 2.1 STD 7.9 9.1 7.2 7.2 8.8 6.6 7.0 9.2 Tabel 4b. Statistik Hujan Bulanan Rerata HBR) dalam mm/bulan Nilai DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 Max 373 606 448.8 347 520 512.5 563.5 453.9 Mean 111.7 111.0 100.6 85.1 146.9 110.9 116.9 131.6 Median 89.4 55.1 33.9 58.1 114.8 47.7 48.3 97.4 CV 0.8 1.2 1.2 1.0 0.9 1.1 1.2 0.9 STD 95.6 137.5 125.4 87.6 134.0 131.6 139.5 124.0 Tabel 4c Statistik Hujan Tahunan Rerata HTR) dalam mm/tahun Nilai DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 Min 399 1095 516.5 447.8 1151.7 1453.9 1403.7 920 Max 2148 1845.2 2628.9 1643.1 2553.5 2003.1 2199.4 2571.4 Mean 1341.2 1332.5 1358.6 1149.4 1984.4 1709.4 1847.1 1798.2 Median 1198.9 1168.2 1224.1 1157.3 2013.5 1732.4 1970 1973 CV 0.4 0.2 0.5 0.4 0.2 0.1 0.2 0.3 STD 586.0 258.0 816.9 555.3 785.9 778.8 839.1 777.6 Pengamatan terhadap nilai CV dan STD menunjukkan bahwa HBR dan HTR relatif lebih stabil antar DAS. Hal ini ditunjukkan oleh nilai CV yang relatif kecil. Pola grafik HHR gambar 4a) juga relatif sama dengan pola Grafik HBR dan HTR Gambar 4b, 4c: Lampiran). 8

9 DAS-14 DAS-13 DAS-12 DAS-11 DAS-10 DAS-9 DAS-8 DAS-7 Gambar 4a. Pola distribusi frekuensi grafik HHR 3.3 KARAKTERISTIK DEBIT Periode rekaman yang seragam untuk data debit harian pada ke delapan 8) DAS adalah dari: 1 Januari 1996 s/d 31 Desember 2001. Data rentang waktu tersebut selanjutnya diimport ke dalam RAP dan dijadikan sebagai dasar analisa Debit Harian Rerata DHR). Analisa di dalam RAP yang digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik hidrologi antar DAS hanya mencakup: statistik umum, FDC dan baseflow analysis. Nilai statistik umum diberikan pada tabel 5a) dan hasil analisa baseflow diberikan dalam tabel 5b). Tabel 5a. Karakteristik Debit Harian Rerata DHR = m 3 /detik) Nilai DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 Luas DAS 154.7 165.1 201.8 44.9 467.9 722.1 121.6 218.1 Min 0,6 0 0,2 0,0 0,7 1,3 0,4 0,1 Max 12,0 15,4 63,8 40,4 119,0 97 54 498,0 Mean 2,0 1,5 3,5 1,2 21,3 9,5 3,7 9,1 Med 1,7 1,0 1,8 0,6 17,1 8,0 2,6 4,3 CV 0,5 1,0 1,4 1,8 0,7 0,7 1,0 1,9 STD 1,1 1,5 4,7 2,1 15,5 6,3 3,6 17,6 Skw 1,2 1,5 1,9 2,1 1,2 1,2 1,4 2,1 S_lg 0,1 0,2 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3 0,4 Lane 0,1 0,2 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3 0,4 9

Gambar 5a. FDC pada ke delapan 8) DAS. Data dari : 01 Januari 1996 s/d 31 Desember 2001 Gambar 5b. FDC pada ke delapan 8) DAS untuk periode: 01 Januari 1996 s/d 31 Desember 2001Zoom untuk debit kecil) Grafik FDC untuk semua periode rekaman diberikan pada Gambar 5). Debit rerata berkisar antara: 1,2 sd 21,3 m 3 /detik. Debit maksimum untuk semua DAS berkisar antara: 12 sd 498 m 3 /detik. Median debit juga relatif sama dengan rerata debit. Nilai skewnessskw) dapat dikelompokan menjadi dua kelompok 1). Kelompok pertama terdiri dari: DAS-7, DAS-8, DAS-11, DAS-12, dan DAS-13, dengan nilai Skw antara: 1,2 sd 1,5. Kelompok kedua, terdiri dari: DAS-9, DAS-10, dan DAS-14. Kelompok pertama tergolong DAS-DAS dengan respon lambat. Debit maksimum pada DAS kelompok ke dua relatif lebih besar bila dibanding dengan nilai reratanya, hal ini menyebabkan nilai Skw besar. Nilai Skw yang besar menunjukkan DAS yang rawan terhadap banjir bandang, karena kontribusi debit besar yang mendadak terjadi akibat kejadian hujan yang ekstrim. Tabel 5c menunjukan salah satu cara menafsirkan informasi yang diperoleh oleh dari grafik FDC. Misalnya, kita dapat menentukan besarnya debit dengan peluang kejadian >= 75%) dan >= 50%) untuk DAS-7 sd DAS-14. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai dasar perencanaan untuk pemanfaatan air sungai yang ada di dalam DAS, misalnya: pada kegiatan pembangunan DAM, menentukan debit tersedia untuk irigasi, dll. Tabel 5c. Karakteristik FDC yang dapat diambil dari grafik FDC Nilai DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 Luas DAS 154.7 165.1 201.8 44.9 467.9 722.1 121.6 218.1 75% flow m 3 /s) ± 2,0 ±0,5 ± 2,5 ±0,5 ± 11 ± 5 ± 3 50% flow m 3 /s) ± 2,7 ±1 ± 2,6 ±1 ± 18 ± 8 ± 5 10

Tabel 5b) memuat hasil stastistik aliran dasar yang digambarkan oleh tiga indeks, yaitu: Base Flow Index BFI), Flood Flow Index FFI) dan Mean Daily Base Flow MDBF). BFI merupakan perbandingan antara: Base-flow/Total flow). MDBF dapat diartikan sebagai nilai rerata harian dari aliran-dasar. FFI ditentukan dengan rumus 1 Base flow). Tabel 5b. Karakteristik baseflow, dengan alpha = 0,975 Nilai DAS-7 DAS-8 DAS-9 DAS-10 DAS-11 DAS-12 DAS-13 DAS-14 Luas DAS 154.7 165.1 201.8 44.9 467.9 722.1 121.6 218.1 BFI 0,4 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,3 FFI 0,6 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,7 MDBF 0,9 0,5 1,0 0,3 8,5 3,7 1,5 2,7 Dari tabel 5b) diperoleh: 1) nilai MDBF bervariasi dari 0,3 sd 8,5 m 3 /detik, 2) nilai BFI berkisar antara: 0,3 sd 0,4 dan 3) nilai FFI berkisar antara: 0,6 sd 0,7. Nilai MDBF sangat bervariasi dari satu DAS ke DAS lain, hal ini menunjukan karakteristik spesifik masing-masing DAS. Nilai MDBF yang besar menunjukkan kondisi aliran sungai yang relatif besar juga. Sebaliknya nilai BFI dan FFI relatif seragam untuk semua DAS. Hal ini menunjukkan tingkat base flow yang seragam diantara sungai-sungai tersebut. KESIMPULAN Hasil analisa menunjukkan bahwa ke delapan 8) DAS di wilayah UPT PSAWS Sampean baru memiliki karakteristik fisik, klimatologi dan hidrologi yang bervariasi dan spesifik untuk masingmasing DAS. Karakteristik topografi diwakili oleh: 1) Bentuk DAS memanjang dan triangle melebar); 2) Luas DAS antara 45 sd 722 km 2 ; 3) panjang sungai utama, antara: 17 sd 47 km; 4) ketinggian tempat bervariasi dari: 20 sd 3000 m dpl. Peruntukan lahan utama pada ke delapan DAS, terdiri dari: pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun, hutan, semak dan ladang. Jenis tanah Andosol dan grumosol mendominasi lapisan tanah pada ke delapan DAS. Curah hujan bervariasi antara satu DAS dengan lainya. HHR maksimum berkisar antara: 60 sd 160 mm/hari. HBR yang jatuh antara: 85 sd 130 mm/bulan. HTR normal berkisar antara: 1150 sd 2000 mm/tahun. Debit rerata juga bervariasi antar DAS. Nilai DHR berkisar antara 1,2 sd 9,1 m 3 /detik. Tingkat base flow juga berbeda-beda antar DAS dan berkisar antara: 0,9 sd 8,5 m 3 /detik. Nilai BFI dan FFI relatif seragam antara ke delapan DAS. Penelitian menunjukkan bahwa metode statistik yang sederhana terhadap data rentang waktu juga dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik fenomena alam yang berbeda-beda antar DAS. Metode ini dapat digunakan sebagai dasar analisa antar DAS dalam rangka regionalisasi karakteristik DAS. 11 11

UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini dibiayai oleh program Penelitian Fundamental, DP2M-DIKTI Th. 2009. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dinas PU-Pengairan Provinsi Jawa Timur yang telah menyediakan data-data dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Blöschl, G., and Grayson, R. 2000. 'Spatial observation and interpolation.' In : R. Grayson and G. Blöschl,eds.), Spatial Pattern in Catchment Hydrology : Observation and modelling ", Cambridge University Press, Cambridge, pp : 17-50. Buras, N Eds). 1997. Reflections on Hydrology Science and Practise. American Geophysical Union. Croke, B.F.W. and Jakeman A.J. 2004, "A Catchment Moisture Deficit module for the IHACRES rainfallrunoff model", Environmental Modelling and Software, vol 19, pp 1-5. Croke, B.F.W., Andrews, F., Spate, J., and Cuddy, S., 2004. IHACRES User Guide, Software Version Classic Plus V2.0, ICAM Centre, The Australian National University. Croke, B.F.W., Andrews, F., Jakeman, A.J., Cuddy, S. and Luddy, A. 2005. Redesign of the IHACRES rainfall-runoff model, to appear in the proceedings of the 29th Hydrology and Water Resources Symposium, Engineers Australia, February 2005. Colwell, R.K., 1974. Predictability, Constancy, and Contingency of Periodic Phenomena. Ecology, 55: 1148-1153. Dye P.J. and B. F. W. Croke 2003, "Evaluation of streamflow predictions by the IHACRES rainfall-runoff model in two South African catchments", Environmental Modelling and Software, vol 18, pp 705-712. Fleeming, G. 1975. Computer Simulation Techniques in Hydrology. El Sevier. Floyd, C. 1987. Outline of a Paradigma Change in Software Engineering. In Bjerknes, G., Eha, P. and Kyng, M Eds) Computers and Democracy. Avebury, Aldershort, UK, and Brookfield, USA Gordon, N.D., McMahon, T.A. and Finlayson, B.L., 1992. Stream Hydrology: an Introduction for Ecologists. John Wiley and Sons, 526 pp. Grayson, R., Argent, R., Nathan, R., McMahon, T. and Mein, R., 1996. Hydrological Recipes. Cooperative Research Centre for Catchment Hydrology, Melbourne Victoria. Institution of Engineers Australia, 1997. Australian Rainfall and Runoff: a Guide to Flood Estimation, Revised Edition. Institution of Engineers Australia. Jakeman, A.J., Littlewood, I.G., and P.G. Whitehead., 1990, "Computation of the instantaneous unit hydrograph and identifiable component flows with application to two small upland catchments", Journal of Hydrology, vol 117, pp 275-300. Jakeman, A. J., and Hornberger G. M. 1993, "How much complexity is warranted in a rainfall-runoff model?", Water Resources. Research, vol 29, pp 2637-2649. Klemes, V. 1986. ' Dilettantism in hydrology : transition or destiny? ' Water Resource Research, 22, 9, pp : 177-188. Littlewood, I.G, K. Down, J.R. Parker and D.A Post. 1997b. IHACRES Catchment Scale Rainfall- Streamflow Modelling PC Version). The Australian National University, Canberra, 99p. Maidment, D. R. 1993.' Developping a spatially distributed unit hydrograph by using GIS.' In : K. KOVAR and H. P. NACHTNEBEL, Eds.), HydroGIS'93 : Application of Geographic Information Systems in hydrology and water resources management, Vienne, Autriche IAHS Publication, n 211, pp : 181-192. 12

Refsgaard, J. S. 2000. ' Towards a Formal Approach to Calibration and Validation of Models Using Spatial Data.' In : R. Grayson and G. Blöschl, eds.), Spatial Patterns in Catchment Hydrology, Cambridge University Press, Cambridge, pp : 397 + index. Stewardson, M. and Gippel, C., 2003. Incorporating flow variability into environmental flow regimes using the flow events method. River Research and Applications, 19: 459-472. Singh, V. P. 1995. 'Watershed Modeling.' In : V. P. Singh, ed.), Computers Models of Watershed Hydrology, Water Resources Publications, Baton Rouge, Laoisiana, USA. 13 LAMPIRAN-1: GAMBAR PETA 13

10 12 7 9 11 13 8 14 PUSLIT-PSDA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER PETA RAW DEM N LEGENDA Batas DAS Balai Sampean Baru Jaringan Sungai Stasiun AWLR Kelas Ketinggian m) -1-357 358-715 716-1074 1075-1432 1433-1791 1792-2149 2150-2508 2509-2866 2867-3225 No Data PUSLIT-PSDA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER PETA HIDRO - GIOLOGI N LEGENDA Batas DAS Balai Sampean Baru Stasiun AWLR Tipe Aquifer AA1 AA2 AA3 AB1 AB2 AB3 AD2 Skala : 20 0 20 Kilometers BALAI SAMPEAN-BARU Skala : 20 0 20 Kilometers BALAI SAMPEAN-BARU Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso Dan Bondowoso Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso Dan Bondowoso Gambar 3. DEM, jaringan sungai, Batas DAS & lokasi AWLR Gambar 6. Hidro-geologi PUSLIT-PSDA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER PETA PERUNTUKAN LAHAN N LEGENDA Batas DAS Balai Bondoyudo Mayang Stasiun AWLR Tata Guna Lahan Danau/Bendungan Hutan Kebun Ladang Pemukiman Rawa/Hutan Rawa Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Semak Belukar Sungai Tanah Kosong PUSLIT-PSDA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER PETA LOKASI STASIUN HUJAN N LEGENDA Batas DAS Balai Sampean Baru Stasiun Hujan Stasiun AWLR Skala : 20 0 20 Kilometers BALAI SAMPEAN-BARU Skala : 20 0 20 Kilometers BALAI SAMPEAN-BARU Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso Dan Bondowoso Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso Dan Bondowoso Gambar 4. Peta peruntukan lahan Gambar 7. Jaringan stasiun Hidro-klimatologi PUSLIT-PSDA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER PETA JENIS TANAH N LEGENDA Batas DAS Balai Sampean Baru Stasiun AWLR Jenis Tanah Aluvial Andosol Grumosol Latosol Litosol Mediteran Regosol Skala : 20 0 20 Kilometers BALAI SAMPEAN-BARU Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso Dan Bondowoso Gambar 5. Jenis dan tipe tanah 14