BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. A. Pengajuan Pemisahan Harta Bersama Antara Suami dan Isteri Sebagai Syarat Mutlak dalam Izin Poligami

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

ISTIKHA<RAH DI DESA GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

Prof. Madya Dr. Arieff Salleh bin Rosman

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

place, product, process, physical evidence

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Pelaksanaan Sulam Alis di Salon kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

Objektif. Topik yang akan dipelajari SIMPOSIUM 2015 METODOLOGI PENGELUARAN HUKUM DALAM ISLAM. Ciri-Ciri Syariat Islam Ustaz Sayid Sufyan b Jasin

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

KEMASHLAHATAN UMAT DALAM RENCANA PEMBENTUKAN HOLDING BUMN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DALAM SISTEM NGGADO DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PENERAPAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR DI MINIMARKET SURABAYA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

PENGENALAN KANDUNGAN HASIL PEMBELAJARAN CTU263 9/11/2013 CTU 263 ISLAM DAN PENGURUSAN. Maruwiah Ahmat 1

SUMBER HUKUM ISLAM 1

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB II TEORI MAS}LAH}AH

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI JANGKRIK DENGAN SISTEM PERKIRAAN DI DESA KACANGAN KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

Maslahat secara etimologi didefinisikan sebagai upaya mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB II. A. Pengertian dan Macam-Macam Metode Berijtihad. dahulu, kini banyak bermunculan di masyarakat. Persoalan-persoalan baru

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan, serta tugas

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan bendanya dan digunakan untuk kebaikan.

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB IV HUKUM HAKIM PENGADILAN AGAMA SIDOARJO DALAM DISPENSASI NIKAH BAGI WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH. Dispensasi Nikah Bagi Wanita Hamil Diluar Nikah

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

Transkripsi:

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH A. Pengertian Maslah}ah} Maslah}ah} berasal dari kata s}alah}a yang secara arti kata berarti baik lawan dari kata buruk atau rusak. Maslah}ah} adalah kata masdar s}alah} yang artinya yaitu manfaat atau terlepas daripada kerusakan. Maslah}ah} dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia. Dalam arti umumnya setiap segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti menarik atau menghasilkan keuntungan, atau dalam arti menolak atau menghindarkan seperti menolak kerusakan. Adapun Maslah}ah} menurut Al- Ghazali: Artinya : memelihara tujuan syara (Dalam menetapkan hukum) Teori maslah}ah} berasal dari teori hukum Islam yang orientasi bidikannya lebih dari menekankan unsur kemaslahatan atau kemanfaatan untuk manusia daripada mempersoalkan masalah-masalah yang normatif belaka. Teori ini tidak semata-mata melihat bunyi teks hukum (bunyi ayat al-quran dan hadis}) maupun undang-undang tertulis, melainkan lebih menitik beratkan pada prinsip- prinsip 18 18

19 menolak kemudaratan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara. Imam Al- Ghazali memandang bahwa suatu kemaslahatan harus sejalan dengan tujuan syara, sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia karena kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan kepada kehendak syara. Jamaluddin Abdurrahman menyebutkan maslah}ah} dengan pengertian yang lebih umum dan yang dibutuhkan itu ialah semua apa yang bermanfaat untuk meraih kebaikan dan kesenangan maupun yang bersifat untuk menghilangkan kesulitan dan kesusahan Dengan kata lain, dapat dipahami bahwa esensi maslah}ah} itu ialah terciptanya kebaikan dan kesenangan dalam kehidupan manusia serta terhindar dari hal-hal yang bisa merusaknya. Namun demikian, kemaslahatan itu berkaitan dengan tatanan nilai kebaikan yang patut dan layak yang memang dibutuhkan manusia. Selain itu, imam al-ghazali mendefinisikan maslah}ah} sebagai berikut: maslah}ah} pada dasarnya ialah berusaha meraih dan mewujudkan manfaat atau menolak kemudharatan. Dari beberapa definisi diatas, esensi dari maslah}ah} yang dimaksudkan adalah sama, yaitu kemaslahatan yang menjadi tujuan syara bukan kemaslahatan yang semata-mata berdasarkan keinginan dan hawa nafsu manusia

20 saja. Sebab, disadari sepenuhnya bahwa tujuan persyarikatan hukum tidak lain adalah untuk merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dalam segala segi dan aspek kehidupan di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk yang bias membawa kepada kerusakan, dengan kata lain setiap ketentuan hukum yang telah digariskan oleh syari adalah bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia. 1 Dengan demikian, maslah}ah} adalah suatu kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalannya jika terdapat suatu kejadian yang tidak ada pembatalannya jika terdapat suatu kejadian yang tidak ada ketentuan syariat dan tidak ada illat yang keluar dari syara; yang menentukan kejelasan hukum tersebut, kemudian ditemukan suatu yang sesuai dengan hukum syara, yaitu suatu ketentuan yang berdasarkan pemeliharaan kemudharatan atau untuk menyatakan suatu manfaat, maka kejadian tersebut dinamakan maslah}ah}. Tujuan utama maslah}ah} ialah kemaslahatan, yaitu memelihara kemudharatan dan menjaga manfaatnya. 2 B. Macam-macam maslah}ah} Untuk memperjelas maslah}ah} mursalah, Abdul Karim Zaidan, seperti dikutip Satria Effendi, membagi macam-macam maslah}ah} sebagai berikut : 1 Romli,SA,Muqaranah Mazahib Fil Usul(Jakarta:Gaya Media Pratama, 1999), 158 2 Rahmad Syafi'I, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV Pustaka Setia,1999), 117

21 1. Maslah}ah} ditinjau dari eksistensinya. a. Maslah}ah} Mu tabarah Maslah}ah} mu tabarah adalah maslah}ah} yang secara tegas diakui syari at dan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan hukum untuk merealisasikannya. 3 Seperti dikatakan oleh Muhammad al-said Abi Abd Rabuh, bahwa maslah}ah} mu tabarah adalah kemaslahatan yang diakui oleh syari dan terdapatnya dalil yang jelas untuk memelihara dan melindunginya. Jika syari menyebutkan dalam nas tentang hukum suatu peristiwa dan menyebutkan nilai maslah}ah} yang dikandungnya. Maka hal tersebut disebut dengan maslah}ah} mu tabarah yang termasuk kedalam maslah}ah} ini adalah semua kemaslahatan yang jelas. Dan disebutkan oleh nash seperti memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara harta benda. Seluruh ulama sepakat bahwa semua maslah}ah} yang dikatagorikan kepada maslah}ah} mu tabarah wajib ditegakkan dalam kehidupan, karena dilihat dari segi tingkatan ia merupakan kepentingan pokok yang wajib ditegakkan. 3 Satria Efendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 149

22 b. Maslah}ah} Mulgah Maslah}ah} mulghah pula adalah maslah}ah} yang tidak diperakui oleh syara melalui nash-nash secara langsung. Dengan kata lain, maslahat yang tertolak karena ada dalil yang menunjukkan bahwa bertentangan dengan ketentuan dalil yang jelas. Contohnya pembagian sama rata antara lelaki dan perempuan dalam pembahagian harta pusaka. 4 Walaupun pada awal kelihatan ia memberikan kesamaan pembahagian harta pusaka kepada kedua belah pihak, namun ia tidak diiktiraf oleh syarak berdasarkan firman Allah S.W.T: ڪ Artinya : Allah perintahkan kamu mengenai (pembahagian harta pusaka untuk) anak-anak kamu, iaitu bahagian seorang anak lelaki menyamai bahagian dua orang anak perempuan. (Surah an-nisa', ayat 11) 5 Pada ayat di atas, Allah telah menetapkan bahawa dalam pembahagian harta pusaka, lelaki mestilah memperolehi bahagian yang lebih daripada perempuan dengan nisbah 2:1. Oleh itu, pembahagian secara sama rata antara lelaki dan perempuan adalah terbatal. 4 Abdul Karim Zaydan, Ushul Fiqh,( Surabaya: Arkola, 2009),187. 5 Departemen Agama RI, Alqur an dan Terjemahan, (Jakarta : Mahkota 1990), 85

23 Ayat ini secara tegas menyebutkan pembagian harta waris (pusaka) dimana seorang laki-laki sama dengan dua anak perempuan. Misalnya sekarang adalah sebagaimana jika harta warisan itu dibagi sama rata, artinya seorang anak laki-laki sama bagiannya dengan seorang anak perempuan? Alasannya bahwa keberadaan anak perempuan itu dalam keluarga sama kedudukannya dengan anak laki-laki. Sebab yang tampak dari zahir nash adalah nilai seorang laki-laki setara dengan dua anak perempuan, yakni satu banding dua. Oleh karena ingin menciptakan kemaslahatan, maka pembagiannya dirubah bahwa antara seorang anak laki-laki dengan seorang anak perempuan mendapat bagian sama dalam harta warisan. Penyamaan anak laki-laki dengan anak perempuan dengan alasan kemaslahatan inilah yang disebut dengan maslahat mulgah. 6 c. Maslah}ah} Mursalah Maslah}ah} mursalah yang dimaksud dalam pembahasan ini, yang pengertiannya adalah seperti definisi yang disebutkan diatas. Maslah}ah} semacam ini terdapat dalam masalah-masalah muamalah dalam al- Qur an dan as-sunnah untuk dapat dilakukan analogi, contohnya: peraturan lalu lintas dengan segala rambu-rambunya, peraturan seperti itu tidak ada dalam dalil khusus yang mengaturnya, baik dalam al-qur an 6 Romli,SA,Muqaranah Mazahib Fil Usul(Jakarta:Gaya Media Pratama, 1999), h.162

24 maupun sunnah Rasulullah. Namun peraturan seperti itu sejalan dengan tujuan syari at yaitu dalam hal ini adalah untuk memelihara jiwa dan memelihara harta. 7 2. Maslah}ah} dari segi tingkatannya Maslah}ah} dari segi tingkatannya ini adalah berkaitan dengan kepentingan hajat hidup manusia, menurut Mustafa al-khind. Maslah}ah} dilihat dari segi martabatnya ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: a. Maslah}ah} Daruriyah Maslah}ah} daruriyah adalah kemaslahatan yang menjadi dasar tegaknya kehidupan hak asasi manusia, baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Jika ia luput dalam kehidupan manusia maka mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan manusia. Zakaria al-bisri menyebutkan bahwa maslah}ah} daruriyah ini merupakan dasar asasi untuk menjamin kelangsungan hidup manusia, jika ia rusak maka akan muncullah fitnah dan bencana yang besar. 8 Maslah}ah} daruriyah merupakan kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan akhirat. 7 Satria Efendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: prenada Media, 2005), 149 8 Ibid., 120

25 Kemaslahatan seperti inii ada ima, yaitu jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta. Kelima kemaslahatan ini disebut dengan maslah}ah} khamsa. b. Maslah}ah} Hajiyah Maslah}ah} hajiyah merupakan segala sesuatu yang sangat dihajatkan oleh manusia untuk menghilangkan kesulitan dan menolak segala halangan. Artinya, ketiadaan ancam eksis aspek hajiyat ini tidak akan sampai menjadikan kehidupan manusia rusak melainkan hanya sekedar menimbulkan kesulitan dan kesukaran saja. Prinsip utama aspek hajiyat ini adalah untuk menghilangkan kesulitan, meringankan beban taklif dan memudahkan urusan mereka. Maksudnya Islam menetapkan sejumlah ketentuan dalam beberapa bidang mu amalat dan uqubat (pidana). Hal ini dapat dijelaskan dalam contoh-contoh berikut ini. 9 Misalnya dalam bidang ibadah diberi rukhsah (dispensasi) dan keringanan bila seseorang mukallaf mengalami kesulitan dalam menjalankan suatu kewajiban ibadahnya. Misalnya, diperbolehkan 9 Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 123

26 meringkas (qasr) shalat bagi seorang dalam perjalanan dan berbuka puasa bagi orang yang musafir atau sakit. Dalam bidang muamalah dibolehkan berburu binatang dan memakan makanan yang baik-baik, dibolehkan melakukan jual-beli pesanan (bay as salam) semua itu disyari atkan Allah untuk mendukung kebutuhan mendasar al-masail al-khamsah diatas. Dalam bidang uqubat, Islam menetapkan kewajiban membayar denda (diyat) bukan qisas bagi orang yang melakukan pembunuhan secara tidak sengaja, menawarkan hak pengampuan bagi orang tua korban pembunuhan terhadap orang yang membunuh anaknya dan lain sebagainya. 10 c. Maslah}ah} Tahsiniyah Maslah}ah} tabsiniyah merupakan kemaslahatan yang sifatnya pelengkap berupa keluasan yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya, misalnya: dianjurkan memakan makanan yang bergizi, berpakaian yang bagus-bagus, melakukan ibadah-ibadah sunnah sebagai 10 Ibid.124

27 amalan-amalan dan berbagai jenis cara menghilangkan najis dari badan manusia. 11 Maslah}ah} ini sering pula disebut sebagai maslah}ah} takmiliyah, yang dimaksud maslah}ah} jenis ini ialah sifatnya untuk memelihara kebagusan dan kebaikan budi pekerti serta keindahan saja. Walaupun demikian kemaslahatan seperti ini dibutuhkan oleh manusia. Maslahat yang dikatagorikan kepada maslah}ah} tahsiniyah ini bersifat hanya untuk kebaikan dan kesempurnaan, sekiranya tidak dapat diwujudkan dan dicapai oleh manusia tidaklah sampai menyulitkan dan merusak tatanan kehidupan mereka, tetapi ia dipandang penting dan dibutuhkan. Dalam praktiknya dan usaha untuk mewujudkan dalam kehidupan bisa saja terjadi benturan diantara ketiga bentuk maslah}ah} yang disebutkan diatas. Menurut Muhammad as-said Ali Abd Rabuh, jika terjadi benturan dua kemaslahatan seperti, antara maslah}ah} daruriyah dengan hajiyah maka daruriyah harus didahulukan. Sebab maslah}ah} daruriyah menyangkut sektor penting yang paling asasi dalam kehidupan yang tidak bisa ditawar-tawar. Ia memang penting dan dibutuhkan dan harus dipelihara tetapi jika tidak dapat mewujudkan dalam kehidupan maka hanya menimbulkan kesulitan bagi manusia dan sampai pada rusaknya kehidupan, demikian juga halnya antara 11 Ibid.164

28 maslah}ah} hajiyah dan tahsiniyah maka yang didahulukan adalah maslah}ah} hajiyah. Sebab, maslah}ah} hajiyah menempati posisi yang paling tinggi dari pada tahsiniyah, maslah}ah} tahsiniyah sifatnya untuk kesempurnaan dan pelengkap saja serta tidak sampai merusak kehidupan jika ia tidak dapat diwujudkan, menurut Ali al-said Rabuh, dasar pertimbangan seperti ini tidak terdapat perbedaan dikalangan ulama usut. 12 3. Kehujjahan Maslah}ah} Penggunaan maslah}ah} memang masih menjadi persoalan dan tidak dapat disangkal lagi bahwa dikalangan mazhab usul terdapat perbedaan pendapat tentang kedudukan maslah}ah} mursalah dan kehujjahannya. Dalam hukum Islam ada sebagian ulama yang menerima maupun yang menolak maslah}ah} mursalah sebagai dalil hukum dan mereka terbagi menjadi dua kelompok yaitu; Kelompok pertama, adalah kelompok yang menerima maslah}ah} mursalah sebagai dalil hukum, mereka manyatakan bahwa maslah}ah} mursalah adalah salah satu dari sumber hukum Islam sekaligus hujjah syari ah. Pendapat ini dianut oleh mazhab maliki dan imam ahmad ibnu hambal. Menurut penjelasan Abdul Karim Zaidan, Imam malik dan pengikutnya serta Imam Ahmad menjadikan maslah}ah} mursalah sebagai dalil 12 Romli,SA,Muqaranah Mazahib Fil Usul(Jakarta:Gaya Media Pratama, 1999), 161

29 hukum dan hujjah dalam menetapkan judul. Imam Muhammad Abu Zahra, menyebutkan bahwa imam Malik dan pengikutnya merupakan mazhab yang menyuarakan maslah}ah} mursalah sebagai dalil hukum dan hujjah syari ah. 13 Kemudian untuk memperkuat legalitas pemakaian metode ini para ulama malikiyah mengemukakan argumentasinya, yaitu: sebagaimana dijelaskan oleh Zaky al-din sya ban adalah sebagai berikut: a. Bahwa Allah (Syar i) menolak sebagai maslah}ah} dan mengakui sebagai yang lainnya, sementara maslah}ah} mursalah adalah hal yang meragukan. Ssebab boleh jadi maslah}ah} mursalah ditolak atau diakui oleh syar I keberadaannya. Oleh karena itu, maslah}ah} mursalah tidak mungkin dan tidak dapat digunakan sebagai alasan dalam pembinaan hukum. b. Sesungguhnya menggunakan maslah}ah} mursalah dalam penetapan hukum adalah menempuh jalan berdasarkan hawa nafsu dan hal seperti ini tidak dibolehkan. c. Menggunakan maslah}ah} mursalah berarti akan menimbulkan perbedaan hukum karena perbedaan zaman dan lingkungannya, sesungguhmya kemaslahatan itu sebagaimana kita saksikan akan selalu berubah dengan terjadinya perubahan zaman situasi, tentu hal ini akan menghilangkan 13 ibid,19

30 fungsi keumuman syariah dan nilainya yang berlaku setiap zaman dan tempat. 14 d. Allah dan Rasul-Nya telah merumuskan ketentuan-ketentuan umum yang menjamin segala bentuk kemaslahatan umat manusia. Menetapkan hukum berlandaskan maslah}ah} mursalah, berarti menganggap masih ada maslahat yang belum tentu tertampung oleh hukumnya. Hal seperti ini bertentangan dengan surat al-qiya>mah ayat 36: Artinya : Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? e. Membenarkan maslah}ah} mursalah sebagai landasan hukum, berarti membuka pintu bagi berbagai pihak. Seperti seorang hakim di perngadilan atau pihak penguasa untuk menetapkan hukum menurutnya dengan alasan untuk meraih kemaslahatan, praktik seperti itu akan merusak citra agama. Dengan alasan-alasan tersebut mereka menolak maslah}ah} sebagai landasan penetapan hukum. 15 14 ibid, 160 15 Rachmat Syafi i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung : CV. Pustaka Setia), 150