keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

MENGURANGI KECEMASAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

Putu Marantini, Ni Nengah Madri Antari, Nyoman Dantes. Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

Ayu Km Kurnia Dwi Armasari 1, Nym Dantes 2, Md Sulastri 3 1,2,3 Jurusan Bimbingan Konseling, FIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN SEMSESTER MELALUI TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS PADA SISWA KELAS X DI SMA N 1 PLERET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI SMP NEGERI 1 KUALA KAPUAS. Oleh : Karyanti *

PENGGUNAAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN CALON MAHASISWA DALAM MENGHADAPI SBMPTN

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

MUSIK DAN KONSELING: SEBUAH INOVASI DENGAN MENGINTEGRASIKAN SENI KREATIF DALAM KONSELING

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan adalah layanan konseling individual. Hal ini berbeda jauh saat pelaksanaannya. Terkadang, pada saat

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah

Ni Luh Putu Santi Aryani, Ni Ketut Suarni, Dewi Arum WMP.\xszxc Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB II KAJIAN TEORI TENTANG KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN DAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS DALAM KONSELING BEHAVIORAL...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai efektivitas konseling behavioral dengan teknik

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

SURVEI PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Supri Yanti 1), Erlamsyah 2), Zikra 3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan dan konseling oleh siswa di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten

JURNAL. Oleh: MIA DEWANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd. 2. Vivi Ratnawati, S.Pd., M.Psi.

BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

Pengantar Psikodiagnostik

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 KOTA GORONTALO ABSTRAK

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Bimbingan dan Konseling

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecemasan dalam bidang layanan bimbingan dan konseling pribadi, pengertian

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

Transkripsi:

1 BAB I PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Tugas pendidikan adalah memanusiakan manusia. Manusia yang berpotensi itu dapat berkembang kearah yang baik, tetapi dapat pula berkembang ke arah yang tidak baik. Karena itulah dilakukan berbagai usaha yang disadari sepenuhnya dan dirancang secara sistematis agar perkembangan itu menuju arah yang baik. Untuk itu diperlukan sekolah sebagai sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Di sekolah dalam menjalankan pendidikan tidak lepas dari yang namanya proses kegiatan belajar mengajar yang terdiri antara pendidik dan siswa (peserta didik), di dalam proses belajar mengajar itu terjadi interaksi yang sifatnya saling mempengaruhi demi tercapainya suatu pengajaran yang baik. Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang baik, perlu diketahui bahwa setiap keputusan dan tindakan dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa dampak atau efek kepada siswa, misalnya saja sikap dan perilaku guru yang tidak bersahabat, galak, judes, dan kurang berkompeten yang dimana hal tersebut dapat menyebabkan pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Sekolah tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada siswanya dan sekolah juga tidak lepas dari kegiatan ujian sekolah yang berupa ulangan semesteran atau kenaikan kelas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

2 Ujian merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilaksankan dalam rangka mengukur penguasaan materi yang telah diberikan dalam waktu jangka tertentu. Ujian sekolah yang berupa ulangan semesteran atau kenaikan kelas akan diberikan kepada siswa oleh sebab itu siswa harus mengetahui bahwa ujian sekolah yang berupa ulangan semesteran atau kenaikan kelas merupakan suatu kurikulum yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dengan kata lain seluruh siswa siap atau tidak siap akan menghadapinya. Kenyataannya, Sebagian siswa ada yang siap untuk menghadapinya tetapi siswa tersebut selalu merasa dirinya tidak mampu untuk melewatinya dan ada juga siswa yang tidak siap menghadapinya, sehingga hal tersebut menyebabkan timbulnya kecemasan pada diri siswa. Kecemasan bukan hanya terjadi kepada siswa yang memiliki kecerdasan rendah tetapi juga bisa terjadi kepada siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, hal ini disebabkan karena berpikiran bahwa ujian sekolah yang berupa ulangan semesteran atau kenaikan kelas merupakan penentu keberhasilan meraka, maka tidak jarang ketika melaksanakan ujian atau ulangan kenaikan tersebut meraka merasa gugup atau nerves dan merasa takut apabila meraka tidak bisa menjawab soal yang diberikan, maka hal itulah salah satu timbulnya pemicu kecemasan. Kecemasan merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan tegang secara subjektif, keprihatinan, dan kekhwatiran Di sekolah, banyak faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa, yakni: (1) faktor penyebab timbulnya kecemasan yang berasal dari kurikulum; (2) kecemasan pada diri siswa yang bersumber dari faktor guru; (3) kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah; (4) kecemasan pada siwa yang bersumber dari factor masa depan, dan (5) kecemasan pada siswa yang bersumber dari factor persaingan.

3 Kecemasan bukan hanya terjadi kepada siswa yang memiliki kecerdasan rendah tetapi juga bisa terjadi kepada siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, hal ini disebabkan karena berpikiran bahwa ujian sekolah yang berupa ulangan semesteran atau kenaikan kelas merupakan penentu keberhasilan meraka, maka tidak jarang ketika melaksanakan ujian atau ulangan kenaikan tersebut meraka merasa gugup atau nerves dan merasa takut apabila meraka tidak bisa menjawab soal yang diberikan, maka hal itulah salah satu timbulnya pemicu kecemasan. Kecemasan dapat memecah belah pemikiran seseorang, membagi dua pikiran sesorang menjadi niat yang baik dan pemikiran-pemikiran yang buruk. Terkadang seseorang dapat merasa pesimis karena kecemasan. Kegagalan yang paling mereka pikirkan, padahal mereka sama sekali belum melakukan usaha. Mengingat kecemasan berdampak negatif terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa di sekolah utamanya terkait dengan menghadapi ujian atau tes. Sekolah perlu menyediakan layanan konseling bagi siswa yang mengalami kecemasan mengikuti tes atau ujian di sekolah. Menanggapi kenyataan di atas sudah sepantas dan selayaknya seluruh personel sekolah (guru, konselor dan kepala sekolah) khususnya konselor bekerja sama dalam mengatasi permasalah yang dialami siswa di atas. Layanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa. Berbagai upaya yang bisa dilakukan oleh konselor sekolah dalam mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan melakukan konseling teknik systematic desensitization yang dikembangkan oleh Wolpe dalam mengatasi kecemasan.

4 Teknik systematic desensitization bermaksud agar konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli (Willis, Sofyan S. 2004: 71). Teknik Sistematic Desensitization melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk menggambarkan situasi yang paling mencemaskan sampai titik di mana klien tidak merasa cemas. Selama relaksasi, klien diminta rileks secara fisik dan mental (Lubis, Namora Lumongga 2011: 173). Dalam konseling klien diajarkan untuk santai dan menghubungkan keadaan santai itu dengan membayangkan pengalamanpengalaman yang mencemaskan, menggusarkan atau mengecewakan. Dalam pelaksanaan teknik ini akan dilakukan secara konseling individual pada klien agar hasil yang diperoleh lebih efesien. Layanan konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka (face to face) dengan guru pembimbing atau konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. (Sukardi, Dewa Ketut 2008: 63). Konseling individual atau perorangan bersifat holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri konseli, tetapi juga bersifat spesifik menuju kearah pemecahan masalah sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui konseling individual atau perorangan konseli akan memahami dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi masalahnya. (Tohirin. 2007: 164). Layanan konseling individual atau perorangan merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah konseli. Dengan kata lain layanan konseling individual atau perorangan dalam pelaksanaannya menuntut persyaratan dan mutu usaha yang sungguh-sungguh. (Soeparman. 1998: 58)

5 Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu bahwa teknik konseling teknik systematic desensitisazition ini sangat efesien dilakukan dalam mengurangi kecemasan, dimana terdapat 3 penelitian yang dapat dijadikan pembanding dalam melakukan penelitian ini yaitu, 1). e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 mengenai penerapan konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematik untuk meminimalisasi kecemasan siswa dalam menyampaikan pendapat, Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa teknik desensitisasi sistematis mampu untuk meminimalisasi kecemasan siswa. Persentase kecemasan siswa 82,93% berubah menjadi 51,60% setelah pelaksanaan layanan. 2). Ejournal Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 mengenai penerapan konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sitematik untuk mereduksi kecemasan berkomunikasi dalam mengikuti proses pembelajaran, Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kecemasan siswa dapat direduksi setelah diberikan layanan konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis. Penurunan tingkat kecemasan terjadi dengan baik persentase skor awal 63.06% meningkat menjadi 82,16% Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecemasan berkomunikasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran semakin menurun. 3). Edisi Khusus 1 Agustus 2011 mengenai efektivitas konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematik untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian, penurunan kecemasan terjai dengan baik setelah diberikan intervensi teknik desensitisasi sistematis dengan persentase 79.41% menjadi 26,47%.

6 Dengan adanya hasil penelitian terdahulu dalam menggunakan teknik systematic desensitization dalam mengurangi kecemasan maka hal tersebut dapat dijadikan bahan pembanding dalam penelitian ini Berdasarkan fakta di lapangan yang diperoleh dari hasil interviu terhadap seorang siswa dan interviu terhadap mahasiswa bimbingan konseling yang sudah pernah melaksanakan PPLT di SMA Negeri 1 Bahorok masih ada siswa yang mengalami kecemasan berupa ketegangan ketika melaksanakan ulangan semester. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Koordinataor Guru BK, Bapak Ranggut S.Pd. Dari uraian tentang keberhasilan penggunaan Teknik Systematic Desensitization dalam mengurangi kecemasan siswa menghadapi ujian, maka hal ini membuat peneliti berkeyakinan bahwa konseling Teknik Systematic Desensitization dapat dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan menghadapi ujian yang di alami siswa SMA N 1 Bahorok. Berdasarkan dari pemikiran ini maka penting dilakukan penelitian dengan judul Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Teknik Systematic Desensitization Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Bahorok Tahun Ajaran 2014/2015.

7 1.2 Identifikasi masalah Permasalahan penelitian ini diidentifikasi sebagai bentuk : a. Banyak siswa yang merasakan kecemasan dalam menghadapi ujian di sekolah b. Kecemasan yang berlebihan yang di alami siswa ketika menghadapi ujian membuat ketidak nyamanan pada siswa c. Ketika melaksanakan ujian atau ulangan meraka merasa gugup dan takut tidak bisa menjawab soal. d. Kecemasan berdampak negatif terhadap pencapaian prestasi belajar, kesehatan fisik dan kesehatan mental siswa. 1.3 Batasan Masalah Masalah penelitian ini dibatasi pada Upaya mengurangi kecemasan siswa menghadapi ujian dengan Konseling Teknik Systematic Desensitization di SMA Negeri 1 Bahorok Tahun Ajaran 2014/2015. 1.4 Rumusan Masalah Rumuskan masalah penelitian ini adalah Apakah kecemasan siswa menghadapi ujian dapat diupayakan melalui Konseling Teknik Systematic Desensitization Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Bahorok Tahun Ajaran 2014/2015?. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian dengan Konseling Teknik Systematic Desensitization di SMA Negeri 1 Bahorok Tahun Ajaran 2014/2015.

8 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan hasil dari suatu pen elitian yang dilakukan, baik bagi peneliti maupun orang lain yakni dalam rangka penambahan ilmu. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut : a. Manfaat praktis 1) Bagi peneliti Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan riset dan menambah wawasan peneliti mengenai kecemasan siswa dalam menghadapi ujian melalui Konseling Teknik Systematic Desensitization. 2) Bagi siswa Untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian melalui Konseling Teknik Systematic Desensitization. 3) Bagi Guru BK Dapat membantu mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian melalui konseling Teknik Systematic Desensitization. b. Manfaat Teoritis 1) Penelitan ini diharapkan dapat memperkaya upaya bantuan mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian melalui konseling Teknik Systematic Desensitization.