PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo 3 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4. No. 2. Bulan Oktober 2013

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.K DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

I Ketut Sudiatmika*), Budi Anna Keliat**), dan Ice Yulia Wardani***)

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Eni Hidayati Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Kampus Kedungmundu Rektorat, Semarang, Indonesia,

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB II TINJAUAN TEORI

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DI KABUPATEN MAGELANG

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI WISMA LANSIA KAB. LUMAJANG

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

HUBUNGAN EKSPRESI EMOSI KELUARGA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG TAHUN 2013.

GAMBARAN TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN SEBAGAI UPAYA PERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH ACTIVITY DAILY LIVING TRAINING TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM PERAWATAN DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

INTISARI. Ni Wayan Margitri, Lilis Murtutik

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

PERBANDINGAN TINGKAT KEMAMPUAN MEKANISME KOPING SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN BIMBINGAN INDIVIDU PADA MAHASISWA PROFESI DI RUMAH SAKIT JIWA*

RPKPS Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa

Penelitian Keperawatan Jiwa

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN RESPON KOGNITIF DAN SOSIAL MELALUI RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

Aristina Halawa ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA STRATEGI KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT PRODUKTIFITAS PENDERITA PSIKOTIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAMPAL CELAKET KOTA MALANG

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB II TUNJAUAN TEORI

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Suharsono, Dwi Ari Murti W & Nor Hidayah Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK Salah satu masalah keperawatan pada klien gangguan jiwa adalah riwayat perilaku kekerasan. Masalah ini dialami oleh 36, 64% dari klien yang dirawat di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Sedangkan terapi perilaku baru diberikan pada 30,34% bangsal rawat inap RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku terhadap kekerasan pada klien riwayat perilaku kekerasan di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen. Variabel independen adalah terapi perilaku sedangkan variable dependen adalah kekerasan. Populasi penelitian ini adalah semua klien riwayat perilaku kekerasan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive, besarnya 23 klien. Analisis statistik yang digunakan adalah paired sampel t-test. Variabel terapi perilaku dengan skala ukur nominal, variable kekerasan dengan skala ukur ordinal. Pengambilan data dengan lembar observasi untuk mengetahui tingkat kekerasan tingkat baik, cukup dan kurang. Melalui uji-t didapatkan hasil p value = 0,000 pada 5% (0.05) sehingga p value < 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa terapi perilaku berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kekerasan pada klien. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kekerasan pada klien setelah diberikan terapi perilaku. Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum diberikan perlakuan tingkat baik 2 klien (8,70%), cukup 14 klien (60,90%), kurang 7 klien (30,40%). Setelah diberikan perlakuan didapatkan peningkatan kemampuan menjadi tingkat baik 9 klien (39,10%), cukup 13 klien (56,50%), kurang 1 klien (4,40%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi perilaku berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kekerasan pada klien. Kata kunci : Terapi perilaku, Perilaku kekerasan PENDAHULUAN Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Individu dianggap sehat jiwa jika mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilakunya pantas atau adaptif. Sebaliknya, individu dianggap sakit jiwa jika gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas atau maladaptif. (Videbeck, 2008) Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 8

Terkait dengan kondisi diatas klien gangguan jiwa yang mengalami riwayat perilaku kekerasan cenderung meningkat dari tahun ketahun, keadaan ini tentunya menuntut suatu pelayanan kesehatan yang komprehensip dan memadai. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perilaku kekerasan adalah seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998) Sedangkan kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Menurut Yosep (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan dilihat dari beberapa aspek melputi: aspek fisik (muka merah, dan tegang, mata melotot, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir), aspek sosial (menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor), aspek intelektual (mendominasi, bawel, cerewet, sarkasme, berdebat, meremehkan), aspek spiritual (kemahakuasaan, kebenaran diri, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli dan kasar), dan aspek verbal (bicara kasar, nada suara tinggi, mengancam secara verbal, mengumpat dengan kata-kata kotor). Penatalaksanaan atau penanganan perilaku kekerasan sangat diperlukan dan dapat dilakukan dengan berbagai cara baik melalui terapi aktivitas kelompok ( Keliat dan Akemat, 2004 ), terapi psikofarmaka, terapi cognitive dan terapi perilaku. Terapi perilaku didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dipelajari, dengan demikian perilaku yang tidak diinginkan atau maladaptif, dapat diubah menjadi perilaku yang diinginkan atau adaptif. Proses mengubah perilaku dengan terapi ini adalah dengan menggunakan tehnik yang disebut conditioning yaitu suatu proses dengan cara individu belajar mengubah perilakunya ( Depkes RI, 2005 ). Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penulisan sebagai berikut : Bagaimana pengaruh terapi perilaku terhadap kemampuan mengontrol perilaku kekerasan pada klien riwayat perilaku kekerasan di RS Jiwa Prof.Dr.Soeroyo Magelang. Tujuan Penelitian Umum ini adalah diketahui pengaruh terapi perilaku terhadap kemampuan pada klien riwayat perilaku kekerasan. Sedangkan tujuan Khususnya adalah diketahui karekteristik pada klien riwayat perilaku kekerasan, diketahui tingkat kemampuan mengontrol perilaku kekerasan pada klien riwayat perilaku kekerasan sebelum dilakukan terapi perilaku, diketahui tingkat kekerasan pada klien riwayat perilaku kekerasan sesudah dilakukan terapi perilaku dan diketahui rerata perubahan perilaku kekerasan pada klien riwayat perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ada pengaruh memberi terapi perilaku terhadap kemampuan mengontrol perilaku kekerasan METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental desain, yaitu pre test- post test one group desain. observasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Populasi meliputi keseluruhan klien gangguan jiwa yang mengalami riwayat perilaku kekerasan yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.Soeroyo Magelang yaitu 229 klien. Peneliti mengambil sampel 10% dari populasi yaitu 23 klien dengan teknik sampling yang digunakan adalah purpusive sampling. Pada penelitian ini syarat-syarat dan kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut : Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 9

a. Kriteria inklusi 1) Klien sedang mendapat perawatan inap 2) Klien mengikuti jalannya penelitian dari awal sampai akhir 3) Klien gangguan jiwa dengan riwayat perilaku kekerasan 4) Bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi 1) klien dijemput oleh keluarga 2) Klien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif (UPI) Pada penelitian ini variabel bebas terapi perilaku, variabel terikat kekerasan sedangkan variabel pengganggunya meliputi : terapi aktivitas kelompok, terapi cognitif, terapi psikofarmaka dan dukungan keluarga Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Independent: Terapi Perilaku Terapi perilaku adalah bagian dari terapi modalitas untuk merubah perilaku klien dengan teknik operant conditioning yaitu memberikan reward berupa pujian, diberikan token ekonomi dan nilai positif di raport. Jika klien berperilaku adaptif, dan memberikan punishment berupa nilai buruk di raport, jika klien berperilaku maladaptif. Pelaksanaan terapi perilaku berdasarkan Standar Operasional Penelitian (SOP), yang dikembangkan oleh peneliti dengan skala data nominal. b. Variabel Dependent: Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku kekerasan yang asertif, ditandai dengan menurunnya perilaku maladaptif, meningkatnya produktivitas kerja, dan membaiknya hubungan interpersonal. Hal ini diukur menggunakan instrumen kekerasan dengan skala data rasio. Peneliti menggunakan metode observasi dengan memakai lembar observasi, yakni yang berisi tentang kekerasan dengan jumlah item 20 buah pernyataan yang diisi oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan. Penilaian dilakukan sebelum dilakukan perlakuan (pre test) dan setelah dilakukan perlakuan (Post test). Sebelum melakukan observasi pretest, Peneliti menemui calon responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini. Responden diberikan informed consent yang telah ditanda tangani oleh peneliti. Memberikan perlakuan dengan terapi perilaku : token ekonomi selama 5 hari. Melakukan observasi akhir (post test) dengan menggunakan lembar observasi. Pengolahan dan Metode analisa data dengan analisis univariate yang digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel yang diobservasi dan dikonfirmasikan dalam bentuk angka frekuensi, angka presentase. Serta analisis bivariate yang digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku token ekonomi terhadap kemampuan menggunakan uji statistik. Hasil pengisian lembar observasi ditabulasikan untuk mencari mean pretest dan mean postest masingmasing kelompok, kemudian dicari nilai signifikansi antara pretest dan postest masing-masing kelompok. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan frekuensi kekambuhan. Karakteristik responden dapat dilihat dari tabel berikut ini : Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 10

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kekambuhan. Batasan Karakteristik Frekuensi % 1 Umur : a. 20-30 b. 31 40 c. 41 50 2 Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita 3 Pendidikan a. SD b. SLTP c. SLTA 4.Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak Bekerja 5.Kekambuhan a. 1 x b. 2 x c. 3 x d. 4 x Sumber : Data Primer 14 4 5 15 8 15 3 5 18 5 11 3 3 6 60,87 17,39 21,74 65,22 34,78 65,22 13,04 21,74 78,26 21,74 47,83 13,04 13,04 26,09 Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan bahwa responden terbanyak dengan usia 20 30 tahun, sebanyak 14 orang ( 60,87 % ), disamping itu didapatkan bahwa kelompok jenis kelamin terbanyak adalah pria sebanyak 15 responden (65,22%), tingkat pendidikan terbanyak adalah SD sebanyak 15 responden (65,22%), tingkat pendidikan paling sedikit adalah SLTP sebanyak 3 responden (13,04%), jenis pekerjaan mayoritas mempunyai pekerjaan sebanyak 18 responden (78,26%), sedangkan tingkat kekambuhan mayorita responden memiliki kekambuhan 1 kali sebanyak 11 responden (47,83%), dan yang memiliki kekambua 4 kali sebanyak 6 responden (26,09%). 2. Tingkat kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dilakukan perlakuan Tingkat kemampuan mengontrol perilaku kekerasan dapat digambarkan pada tabel sebagai Berikut: Tabel 2. Tingkat Kemampuan Responden Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Sebelum perlakuan Tingkat Kemampuan mengontrol Perillaku kekerasan Jumlah ( % ) Baik Cukup Kurang 2 14 7 8,70 60,90 30,40 Jumlah 23 100 Sumber : Data primer Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat digambarkan bahwa tingkat kekerasan sebelum dilakukan terapi perilaku didapatkan hasil mayoritas responden mengalami tingkat kekerasan yang cukup, 14 responden (60,90% ), namun demikian ada yang mengalami kemampuan mengontrol perilaku kekerasan yang kurang sebanyak 7 responden (30,40 % ), dan hanya 2 responden (8,70%) yang memiliki kemampuan mengontrol perilaku kekerasan baik. 3. Tingkat kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sesudah dilakukan perlakuan Tingkat kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sesudah perlakuan dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3. Tingkat Kemampuan Responden Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Sesudah Perlakuan Tingkat kemampuan mengontrol Perillaku kekerasan Jumlah ( % ) Baik Cukup Kurang 9 13 1 39,10 56,50 4,40 Jumlah 23 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 3. diatas, dapat digambarkan bahwa tingkat kekerasan sesudah dilakukan terapi perilaku didapatkan hasil mayoritas responden dengan tingkat kemampuan cukup sebanyak 13 responden (56,50% ), dan kemampuan baik meningkat menjadi 9 responden (39,10%). Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 11

4. Pengaruh terapi perilaku terhadap kekerasan pada responden di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi perilaku sebelum dan sesudah dilakukan terapi perilaku. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik dengan nilai t 7,129 dan p value 0,000. Hasil statistik dapat digambarkan pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Uji Pengaruh Terapi Perilaku Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Responden di RSJ Prof.Dr.Soeroyo Magelang Mean sblm Mean ssdh Selisih mean SD t p 60,087 68,782 8,690 10,0268 7,1 29 0.000 Berdasarkan tabel 4 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik pengaruh terapi perilaku terhadap kemampuan mengontrol perilaku kekerasan diperoleh hasil dengan nilai t 7,129 dan signifikansinya p value 0,000. Hal ini berarti ada pengaruh terapi perilaku terhadap kekerasan pada respondn penelitian. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada klien riwayat perilaku kekerasan. Menurut Varcarolis (2006), perilaku kekerasan adalah perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, bermusuhan, dan merusak secara fisik atau dengan kata-kata. Pendapat lain menggambarkan perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998). Faktor- faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, Psikologis, dan sosiokultural ( Yosep, 2009 ). Perilaku kekerasan muncul sebagai akibat ancaman atau kebutuhan, individu menjadi cemas, perasaan tidak adekuat, kemudian marah. Kemarahan diungkapkan secara agresif sehingga muncul perilaku kekerasan. Dalam perilaku kekerasan dapat membahayakan orang lain maupun diri sendiri sebagai akibat kemarahan yang muncul, sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan oleh individu. Perasaan marah akan diekspresikan dengan perilaku kekerasan yang dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan perilaku distruktif, seperti kekerasan terhadap orang lain maupun lingkungan ( Keliat, 1988 ). Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan sebelum perlakuan mayoritas responden atau 14 (60,90%) memiliki kekerasan cukup, 7 responden (30,04%) memiliki tingkat kemampuan kurang,. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa responden mengalami kekambuhan sebanyak 4 kali, sehingga individu sudah mampu mengenali cara mengontrol perlaku kekerasan yang telah diajarkan oleh perawat maupun keluarganya, namun belum maksimal dalam menerapkannya apabila klien menunjukan perilaku kekerasan. Oleh karena itu terapi perilaku dilakukan untuk memastikan bahwa cara mengontrol perilaku kekerasab dapat diterapkan secara efektif. Terapi perilaku yang dilakuan adalah dengan reinforcement positip dan dengan metode token ekonomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Stuart dan Laraia ( 2005) mengatakan bahwa token ekonomi dan reinforcemen positip dapat mendorong klien untuk Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 12

menggunakan cara kontrol yang efektif. Token ekonomi ini harus memperhatikan tentang aturan main dan bagaimana token dapat diperoleh, berapa token yang dapat ditukar dengan reinfocer dalam jangka waktu yang ditentukan. Menurut (Mohr (2006) terapi perilaku prinsipnya adalah untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan supaya perilaku itu bisa dilakukan secara mandiri dan kontinyu atau dengan kata lain untuk merubah perilaku yang tidak diinginkan. Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan responden,dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengontrol emosi karena sudah mengenal emosinya sendiri dan dapat mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan marah dan dapat mengetahui bagaimana penanganannya terdahulu, jika berakibat baik maka akan dipertahankan, selain itu dapat mengekspresikan marahnya dengan cara yang lebih sesuai. Semua ini berawal dari kemampuan dalam proses mengubah perilaku kekerasan, dimana dapat membantu mengendalikan rasa marah ( Yosep, 2007 ). Dengan hubungan interpersonal yang baik, perilaku yang distruktif dapat berkurang, dan berubah menjadi lebih toleran terhadap perbedaan yang ada karena sudah sesuai seperti yang dikehendaki. Hal ini dipelajari responden dari latihan asertif yang merupakan salah satu terapi perilaku. Responden mempelajari asertif sebagai cara untuk mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan kelegaan pada individu yang tidak menimbulkan masalah, dan pada akhirnya dapat menciptakan hubungan yang baik dengan orang lain, mampu mengungkapkan apa yang diinginkan, apa yang disukai dan apa yang ingin dikerjakan. Terapi perilaku dapat mengubah pola tingkah laku yang memberi penguatan positif bagi individu guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan. Terapi perilaku dapat mengubah tingkah laku ke arah caracara yang lebih adaptif, sehingga perilaku yang dimunculkan akan lebih baik (Corey, 2005). Hal ini sejalan dengan pendapat Martin dan Pear (1996) menyebut dengan istilah positive reinforcement. Penguatan positif merupakan suatu perlakuan yang dimunculkan dengan seketika mengikuti suatu perilaku yang diharapkan, menyebabkan perilaku itu meningkat lebih baik. Istilah positive reinforcement bersinonim dengan penghargaan. Prinsip penguatan poitif, bersinonim dengan penghargaan. Prinsip penguatan positif seseorang mengerjakan sesuatu yang diikuti seketika itu juga dengan sesuatu hal positive reinforcer, maka orang itu akan melakukan sesuatu lagi. Walaupun semua orang mempunyai akal sehat, namun sedikit orang yang menyadari betapa sering mereka dipengaruhi oleh penguatan positif didalam kehidupan sehari- hari. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan sebelum dilakukan dan sesudah dilakukan terapi perilaku. Dengan nilai mean sebelum perlakuan 60,09% dan nilai mean sesudah perlakuan 68,78%, dan rerata mean sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 8,69%. Hasil analisis Paired sampel test melalui uji T didapatkan hasil dengan nilai t sebesar 7,129, p value 0,000 pada 5% ( 0,05 ) sehingga p value 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi perilaku berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kekerasan pada klien. Melihat perbedaan tingkat kemampuan sebelum dan sesudah perlakuan, menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi perilaku terhadap kemampuan. Hal ini dikarenakan klien diajarkan cara untuk kemudian diminta untuk mematuhinya dan melaksanakannya. Konsequensinya apabila dilakukannya Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 13

akan mendapatkan reward dan mampumendapatkan token yang dapat ditukar dengan reinfocer. Terapi perilaku dapat mengubah pola tingkah laku yang memberi penguatan positif bagi individu guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan. Terapi perilaku dapat mengubah tingkah laku kearah caracara yang lebih adaptif, sehingga perilaku yang dimunculkan akan lebih baik( Corey, 2005 ). Hal ini sejalan dengan Videbeck (2008) yang menyatakan bahwa selain itu pemberian penguatan positif atau reinforcement setelah perilaku yang dihasilkan, hal ini untuk membantu individu mengubah perilaku. Dalam pemberian token ekonomi dibuatkan suatu daftar kegiatan harian yang biasa dilakukan klien untuk mengontrol perilaku kekerasan secara asertif. PENUTUP Kesimpulan Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dilakukan terapi perilaku atau pretest didapatkan sebanyak 14 responden (60,90%) memiliki kekerasan yang cukup, 7 responden (30,40%) memiliki kekerasan yang kurang, dan hanya 2 responden (8,70%) yang memiliki kemampuan mengontrol perilaku kekerasan yang baik, 2. Tingkat Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sesudah diberikan terapi perilaku atau post-test jumlah responden yang memiliki kemampuan mengontrol perilaku kekerasan yang baik terjadi peningkatan menjadi 9 responden(39,10) 13 responden (56,50%) memiliki kemampuan yang cukup, dan hanya 1 responden (4,40 %) yang masih memiliki kemampuan mengontrol perilaku kekerasan yang kurang. 3. Rerata perubahan perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku, tingkat kekerasan responden sebelum diberikan perlakuan didapatkan nilai mean 60, 09%, sedangkan setelah diberikan perlakuan didapatkan nilai mean 68,78%. Dengan demikian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan sebesar 8,69%. 4. Terapi perilaku berpengaruh terhadap kemampuan, dengan hasil analisis Paired sampel test melalui uji T didapatkan hasil P value 0,000 pada 5% ( 0,05 ) sehingga P value 0,05. Hal ini berarti ada pengaruh terapi perilaku terhadap kekerasan pada responden penelitian. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran dari penulis diantaranya yaitu: 1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi pertimbangan untuk dilakukan terapi perilaku terhadap klien yang mengalami riwayat perilaku kekerasan, dengan dibuat Standar Operasional Prosedur terapi perilaku. 2. Bagi Perawat Diharapkan perawat mengutamakan pemberian terapi perilaku pada klien yang mengalami riwayat perilaku kekerasan. 3. Bagi Peneliti Lain. Kepada peneliti lain diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan sampel yang lebih besar, menggunakan kelompok kontrol, dan menggunakan randoom sampling. Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 14

DAFTAR PUSTAKA Barry,Patricia D.( 1998), Mental health and mental illness.new York, Philadelpia:Lippincott. Corey, G. (2005), Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. (Edisi 2). Bandung : Refika Aditama. Depkes RI. (2005).Keperawatan jiwa teori dan tindakan keperawatan. (Cetakan ke2). Jakarta: Depkes RI. Fortinash & Holoday. (2000). Psikiatric mental health nursing. (2 nd endition). St. Louis, Missouri : Mosby Inc. Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis. (Edisi 7). Jakarta : Binarupa. Kaplan & Sadock. (1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat.jakarta : widya Medika. Keliat,B.A dkk.( 1996), Marah akibat penyakit yang diderita. Jakarta : EGC. Keliat, B.A & Akemat. (2004),Keperawatan jiwa : terapi aktifitas kelompok. (Cetakan ke1).jakarta : EGC. Kusuma, W. (1997), Kedaruratan psikiatrik dalam praktek. Jakarta : Profesional Books. Maramis, W.F. (1998). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya : Airlangga Universitiy Press. Martin, G. & Pear,.j. (1996). Behavior modification what is and how to do it. (5 th edition). New Jersey: A Viacom Company. Schultz,J.M., & Videbeck,S.L. (1998).Lippincott s manual of psychiatric nursing care plans (5 th ed. ).Philadelphia : Lippincott- Raven. Stuart & Laraia. (2005).Principles and practice of psichiatric nursing. (8 th ed.).medical university of South Carolina. Stuart & Sundeen. (1998). Keperawatan jiwa. (edisi 3). Jakarta EGC. Townsend, M.C. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. (EDISI 3 ). Jakarta : EGC. Varcarolis.(2006).Fondations of psychiatric mental health nursing,a Clinical Approach. Videbeck,S.L. (2008).Buku ajar keperawatan jiwa (edisi 1). Jakarta : EGC. Yosep,I. (2007). Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama. Bandung. Yosep,I. (2009). Keperawatan jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika Aditama. Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 15