1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK PENGGUNAAN LAHAN 2. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK KEMIRINGAN LERENG

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

1. KERINCIAN KELAS UNSUR DAN SIMBOLISASI SISTEM PERKOTAAN

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 10 TAHUN 2000 (10/2000) TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG Waktu Pelaksanaan I II III IV

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 15/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

Resiko Banjir Kabupaten Gresik Berdasarkan Citra Satelit (Wiweka)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan.

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

PP 10/2000, TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Lampiran 9. Keterkaitan Substansi RTRW Kabupaten/Kota dan RDTR

SIMBOL MUATAN PETA INFRASTRUKTUR

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH (Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RGS Mitra Page 1 of 26

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 47 TAHUN 1997 (47/1997) TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Karakteristik morfometri DAS Bulano dan DAS Paleleh yang meliputi. sungai; kerapatan pengaliran; dan pola pengaliran.

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Transkripsi:

LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2010 TANGGAL 1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK PENGGUNAAN LAHAN Penggunaan Lahan NAMA UNSUR HSV (360 100 1. Penggunaan lahan terakhir Setiap unsur yang ada pada penggunaan lahan, dibedakan warna. Disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan BPN (Badan Pertanahan Nasional) 2. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK KEMIRINGAN LERENG NAMA UNSUR Kemiringan Lereng 1. 0-1,99% (Klas I) 00 05 15 00 255 242 217 39 15 100 Hasil pengolahan kontur RB I/ Citra SRTM Resolusi 90 m untuk kerincian 1 : 100.000 dan SRTM Resolusi 30 m untuk kerincian 1 : 50.000 BAKOSURTANAL - 77 -

2. 2-4,99% (Klas II) 00 10 20 00 255 230 204 31 20 100 Hasil pengolahan kontur RB I/ Citra SRTM Resolusi 90 m untuk kerincian 1 : 100.000 dan SRTM Resolusi 30 m untuk kerincian 1 : 50.000 BAKOSURTANAL 3. 5-7,99% (Klas III) 01 15 20 00 252 217 204 16 19 99 Hasil pengolahan kontur RB I/ Citra SRTM Resolusi 90 m untuk kerincian 1 : 100.000 dan SRTM Resolusi 30 m untuk kerincian 1 : 50.000 BAKOSURTANAL 4. 8-14,99% (Klas IV) 05 25 30 00 242 191 179 11 26 95 Hasil pengolahan kontur RB I/ Citra SRTM Resolusi 90 m untuk kerincian 1 : 100.000 dan SRTM Resolusi 30 m untuk kerincian 1 : 50.000 BAKOSURTANAL 5. 15-29,99% (Klas V) 07 30 30 00 237 179 179 00 24 93 Hasil pengolahan kontur RB I/ Citra SRTM Resolusi 90 m untuk kerincian 1 : 100.000 dan SRTM Resolusi 30 m untuk kerincian 1 : 50.000 BAKOSURTANAL 6. > 30% (Klas VI) 08 40 35 00 235 153 166 350 35 92 Hasil pengolahan kontur RB I/ Citra SRTM Resolusi 90 m untuk kerincian 1 : 100.000 dan SRTM Resolusi 30 m untuk kerincian 1 : 50.000 BAKOSURTANAL - 78 -

3. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK GEOLOGI Geologi NAMA UNSUR Simbol dan / atau 1. Struktur Geologi Mengikuti Klasifikasi geologi yang di keluarkan instansi berwenang. Tingkat Ketelitian Data disesuaikan dengan skala peta rencana yang dihasilkan, jika tidak tersedia data pada kerincian data yang dilakukan maka diupayakan untuk menghasilkan data pada kerincian di maksut, jika tidak memungkinkan maka menggunakan data pada skala kecil terdekat dengan kewajiban mencantumkan kondisi dan sumber data. PPLGL Bandung 2. Patahan dan Sesar Mengikuti Klasifikasi geologi yang di keluarkan instansi berwenang. Tingkat Ketelitian Data disesuaikan dengan skala peta rencana yang dihasilkan, jika tidak tersedia data pada kerincian data yang dilakukan maka diupayakan untuk menghasilkan data pada kerincian di maksut, jika tidak memungkinkan maka menggunakan data pada skala kecil terdekat dengan kewajiban mencantumkan kondisi dan sumber data. PPLGL Bandung 3. Sifat-sifat Geologi Mengikuti Klasifikasi geologi yang di keluarkan instansi berwenang. Tingkat Ketelitian Data disesuaikan dengan skala peta rencana yang dihasilkan, jika tidak tersedia data pada kerincian data yang dilakukan maka diupayakan untuk menghasilkan data pada kerincian di maksut, jika tidak memungkinkan maka menggunakan data pada skala kecil terdekat dengan kewajiban mencantumkan kondisi dan sumber data. PPLGL Bandung - 79 -

4. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK GEOMORFOLOGI Geomorfologi NAMA UNSUR A. Bentukan Denudasional 1. Perbukitan Terkikis (D1) Dibuat warna khusus untuk Perbukitan Terkikis 2. Pegunungan Terkikis (D2) Dibuat warna khusus untuk Pegunungan Terkikis 3. Bukit Sisa (D3) Dibuat warna khusus untuk Bukit Sisa 4. Bukit Terisolisasi (D4) Dibuat warna khusus untuk Bukit Terisolasi 5. Dataran Nyaris (D5) Dibuat warna khusus untuk Dataran Nyaris 6. Dataran Nyaris Terangkat (D6) Dibuat warna khusus untuk Dataran Nyaris Terangkat 7. Lereng Kaki (D7) Dibuat warna khusus untuk Lereng kaki 8. Pedimen (D8) Dibuat warna khusus untuk Pedimen 9. Piedemont (D9) Dibuat warna khusus untuk Piedemont 10. Gawir (D10) Dibuat warna khusus untuk Gawir - 80 -

11. Kipas rombakan lereng (D11) Dibuat warna khusus untuk Kipas rombakan lereng 12. Daerah dengan gerak masa batuan kuat (D12) Dibuat warna khusus untuk Dewah dengan gerak masa batuan kuat 13. Lahan Rusak (D13) Dibuat warna khusus untuk lahan rusak B. Bentukan asal Vulkanik 1. Kepundan (V1) Dibuat warna khusus untuk Kepundan 2. Kerucut gunung api (V2) Dibuat warna khusus untuk Kerucut gunung api 3. Lereng gunung api atas (V3 Dibuat warna khusus untuk gunung api atas 4. Lereng gunung api tengah (V4) Dibuat warna khusus untuk Lereng gunung api tengah 5. Lereng gunung api bawah (V5) Dibuat warna khusus untuk Lereng gunung api bawah 6. Kaki gunung api (V6) Dibuat warna khusus untuk Kaki gunung api 7. Dataran kaki gunung api (V7) Dibuat warna khusus untuk Lereng gunung api bawah 8. Dataran fluvial gunung api (V8) Dibuat warna khusus untuk dataran fluvial gunung api - 81 -

9. Padang lava (V9) Dibuat warna khusus untuk Padang lava 10. Padang lahar (V10) Dibuat warna khusus untuk Padang lahar 11. Lelehan lava (V11) Dibuat warna khusus untuk Lelehan lava 12. Aliran lava (V12) Dibuat warna khusus untuk Aliran lava 13. Dataran antar gunung api (V13) Dibuat warna khusus untuk Dataran antar gunung api 14. Dataran tinggi lava (V14) Dibuat warna khusus untuk Dataran tinggi lava 15. Planeses (V15 ) Dibuat warna khusus untuk Planeses 16. Padang abu, tuff atau lapili (V16) Dibuat warna khusus untuk Padang abu, tuff atau lapili 17. Solfatar (V17) Dibuat warna khusus untuk Solfatar 18. Fumarol (V18) Dibuat warna khusus untuk Fumarol 19. Bukit Gunung Api terdenudasi (V19) Dibuat warna khusus untuk Bukit gunung api terdenudasi 20. Leher gunung api (V20) Dibuat warna khusus untuk Leher gunung api - 82 -

21. Sumbat gunung api (V21) Dibuat warna khusus untuk Sumbat gunung api 22. Kerucut parasiter (V22) Dibuat warna khusus untuk Kerucut parasiter 23. Boka (V23) Dibuat warna khusus untuk Boka 24. Dike (V24) Dibuat warna khusus untuk Dike 25. Baranko (V25) Dibuat warna khusus untuk Baranko C. Bentukan asal Struktural (S) 1. Blok Sesar (S1) Dibuat warna khusus untuk Blok sesar 2. Gawir Sesar (S2) Dibuat warna khusus untuk Gawir sesar 3. Gawir Garis Sesar (S3) Dibuat warna khusus untuk Gawir garis sesar 4. Pegunungan Antiklinikal (S4) Dibuat warna khusus untuk Pegunungan antiklinikal 5. Perbukitan Antiklinikal (S5) Dibuat warna khusus untuk Perbukitan antiklinikal 6. Pegunungan Sinklinikal (S6) Dibuat warna khusus untuk Pegunungan Sinklinikal - 83 -

7. Perbukitan Sinklinikal (S7) Dibuat warna khusus untuk Perbukitan Sinklinikal 8. Pegunungan Monoklinikal (S8) Dibuat warna khusus untuk Pegunungan Monoklinikal 9. Perbukitan Monoklinikal (S9) Dibuat warna khusus untuk Perbukitan Monoklinikal 10. Pegunungan Dome (S10) Dibuat warna khusus untuk Pegunungan Dome 11. Perbukitan Dome (S11) Dibuat warna khusus untuk Perbukitan Sinklinikal 12. Dataran Tinggi/Plateau (S12) Dibuat warna khusus untuk Dataran Tinggi / Plateau 13. Cuesta (S13) Dibuat warna khusus untuk Cuesta 14. Hogback (S14) Dibuat warna khusus untuk Hogback 15. Bentuk Strika (S15) Dibuat warna khusus untuk Bentuk Strika 16. Lembah Antiklinasi (S16) Dibuat warna khusus untuk Lembah Antiklinasi 17. Lembah Sinklinasi (S17) Dibuat warna khusus untuk Lembah Sinlkinasi 18. Lembah Subsekuen (S18) Dibuat warna khusus untuk Lembah Subsekuen 19. Sembul/Horst (S19) Dibuat warna khusus untuk Sembul / Horst - 84 -

20. Tanah Terban (S20) Dibuat warna khusus untuk Tanah Terban D. Bentukan asal Fluvial (F) 1. Dataran Aluvial (F1) Dibuat warna khusus untuk Dataran Aluvial 2. Dasar Sungai (F2) Dibuat warna khusus untuk Dasar sungai 3. Danau (F3) Dibuat warna khusus untuk Danau 4. Rawa (F4) Dibuat warna khusus untuk Rawa 5. Rawa Belakang (F5) Dibuat warna khusus untuk Rawa Belakang 6. Saluran/Sungai Mati (F6) Dibuat warna khusus untuk Saluran / Sungai mati 7. Dataran Banjir (F7) Dibuat warna khusus untuk Dataran banjir 8. Tanggul Alam (F8) Dibuat warna khusus untuk Tanggul Alam 9. Ledok Fluvial (F9) Dibuat warna khusus untuk Ledok Fluvial 10. Bekas Dasar Danau (F10) Dibuat warna khusus untuk Bekas Dasar Danau - 85 -

11. Hamparan Celah/ Tonjolan Fluvial/Crevasse Splays (F11) Dibuat warna khusus untuk Hamparan Celah / Tonjol Fluvial / Crevasse Splays 12. Gosong Lengkung Dalam (F12) Dibuat warna khusus untuk Gosong Lengkung Dalam 13. Gosong Sungai (F13) Dibuat warna khusus untuk Gosong Sungai 14. Kipas Aluvial Aktif (F14) Dibuat warna khusus untuk Kipas Aluvial Aktif 15. Teras Aluvial (F15) Dibuat warna khusus untuk Teras Aluvial 16. Kipas Aluvial Tidak Aktif (F16) Dibuat warna khusus untuk Kipas Aluvial Tidak Aktif 17. Delta (F17) Dibuat warna khusus untuk Delta 18. Igir Delta (F18) Dibuat warna khusus untuk Ingir Delta 19. Ledok Delta (F19) Dibuat warna khusus untuk Ledok Delta 20. Pantai Delta (F20) Dibuat warna khusus untuk Pantai Delta E. Bentukan asal pelarutan Karst Dibuat warna khusus untuk Ledok Delta 1. Dataran Tinggi Karst (K1) Dibuat warna khusus untuk Dataran Tinggo Karst - 86 -

2. Lereng dan Perbukitan Karstik Terkikis (K2) Dibuat warna khusus untuk Lereng dan Perbukitan Karstik Terkikis 3. Kubah Karst (K3) Dibuat warna khusus untuk Kubah Karst 4. Bukit Sisa Batu Gamping Terisolasi (K4) Dibuat warna khusus untuk Bukit Sisa Batu Gamping Terisolasi 5. Dataran Aluvial Karst (K5) Dibuat warna khusus untuk Dtaran Aluvial karst 6. Uvala, Dolin (K6) Dibuat warna khusus untuk Uvala, Dolin 7. Polje (K7) Dibuat warna khusus untuk Polje 8. Lembah Kering (K8) Dibuat warna khusus untuk Lembah Kering - 87 -

5. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK FISIOGRAFI PERMUKAAN NAMA UNSUR Bentuk Fisiografi Permukaan Enam klas bentuk Fisiografi 1. Datar Simbol dan / atau 00 00 10 00 255 255 230 60 10 100 Hasil pengolahan dan identifikasi kontur RBI/Citra SRTM res. 90m untuk kerincian 1: 100.000 dan SRTM Res. 30m untuk kerincian 1:50.000/ identifikasi citra penginderaan jauh lainnya secara steroscopic maupun non stereoscopic 2. Landai 3. Berombak 4. Bergelombang 00 00 20 00 255 255 204 60 20 100 00 00 30 00 255 255 179 60 30 100 00 00 45 00 255 255 140 60 45 100 Hasil pengolahan dan identifikasi kontur RBI/Citra SRTM res. 90m untuk kerincian 1: 100.000 dan SRTM Res. 30m untuk kerincian 1:50.000/ identifikasi citra penginderaan jauh lainnya secara steroscopic maupun non stereoscopic Hasil pengolahan dan identifikasi kontur RBI/Citra SRTM res. 90m untuk kerincian 1: 100.000 dan SRTM Res. 30m untuk kerincian 1:50.000/ identifikasi citra penginderaan jauh lainnya secara steroscopic maupun non stereoscopic Hasil pengolahan dan identifikasi kontur RBI/Citra SRTM res. 90m untuk kerincian 1: 100.000 dan SRTM Res. 30m untuk kerincian 1:50.000/ identifikasi citra penginderaan jauh lainnya secara steroscopic maupun non stereoscopic - 88 -

5. Berbukit 6. Bergunung NAMA UNSUR Simbol dan / atau 00 03 60 00 255 247 102 57 60 100 03 07 60 00 247 237 102 56 59 97 Hasil pengolahan dan identifikasi kontur RBI/Citra SRTM res. 90m untuk kerincian 1: 100.000 dan SRTM Res. 30m untuk kerincian 1:50.000/ identifikasi citra penginderaan jauh lainnya secara steroscopic maupun non stereoscopic Hasil pengolahan dan identifikasi kontur RBI/Citra SRTM res. 90m untuk kerincian 1: 100.000 dan SRTM Res. 30m untuk kerincian 1:50.000/ identifikasi citra penginderaan jauh lainnya secara steroscopic maupun non stereoscopic 6. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK CURAH HUJAN Curah hujan NAMA UNSUR Empat kelas jumlah rata-rata curah hujan 1. > 3000mm/Th (klas I) 10 00 00 00 230 255 255 180 10 100 Diperoleh melalui pengolahan, pemodelan dan pengkelasan data catatan curah hujan minimal selama 10 tahun terakhir Badan Meteorologi dan Geofisika 2. 1500-3000 mm/th (klas II) 30 00 00 00 179 255 255 180 30 100 Diperoleh melalui pengolahan, pemodelan dan pengkelasan data catatan curah hujan minimal selama 10 tahun terakhir Badan Meteorologi dan Geofisika - 89 -

NAMA UNSUR 3. 1000-1500 mm/th (klas III) Diperoleh melalui pengolahan, pemodelan dan pengkelasan data catatan curah hujan Badan Meteorologi dan Geofisika 30 00 00 10 153 230 230 180 33 90 minimal selama 10 tahun terakhir 4. > 1000 mm/th (klas IV) 40 00 00 20 102 204 204 180 50 80 Diperoleh melalui pengolahan, pemodelan dan pengkelasan data catatan curah hujan minimal selama 10 tahun terakhir Badan Meteorologi dan Geofisika - 90 -

7. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK PENUTUP LAHAN NAMA UNSUR Spsifikasi 1. Penutup Lahan Setiap unsur lahan dibedakan warna. Disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan Dinas / Dep.Kehutanan 8. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK PENUTUP LAHAN A. Sarana pendidikan NAMA UNSUR - 91-1. SD / setingkat 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel 2. SMP / setingkat 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel 3. SMA Umum / kejuruan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel Dep./Dinas Pendidikan Nasional Dep./Dinas Pendidikan Nasional Dep./Dinas Pendidikan Nasional

4. Perguruan Tinggi / Akademi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel 5. Pendidikan Taman Kanak-Kanak 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel 6. TPA regional 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel 7. Pendidikan Sekolah Luar Biasa 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel 8. Pendidikan Lainnya 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. Dimensi minimal simbol 3 mm. minimal 2 mm, letak fleksibel Dep./Dinas Pendidikan Nasional Dep./Dinas Pendidikan Nasional Dep./Dinas Pendidikan Nasional Dep./Dinas Pendidikan Nasional Dep./Dinas Pendidikan Nasional B. Sarana Kesehatan 1. Puskesmas/ Balai Pengobatan 100 00 100 00 00 255 00 120 100 100 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. PS = Puskesmas. Dimensi minimal simbol 2 mm. Letak notasi fleksibel. Dep./Dinas Kesehatan - 92 -

2. Rumah Sakit klas A 100 00 100 00 00 255 00 120 100 100 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. A = Rumah sakit type A. Dimensi minimal simbol 2 mm. Letak notasi fleksibel. Dep./Dinas Kesehatan 3. Rumah Sakit klas B 100 00 100 00 00 255 00 120 100 100 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. B = Rumah sakit type B. Dimensi minimal simbol 2 mm. Letak notasi fleksibel. Dep./Dinas Kesehatan 4. Rumah Sakit klas C 100 00 100 00 00 255 00 120 100 100 Kondisi, jumlah dan sebaran, swasta/negeri, umum/khusus. C = Rumah sakit type C. Dimensi minimal simbol 2 mm. Letak notasi fleksibel. Dep./Dinas Kesehatan C. Jaringan listrik 1. Kawat saluran udara a. jaringan transmisi tegangan ultra tinggi (SUTUT) 750 KV 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm UT = Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi. Untuk jaringan yang panjang, penggunaan Dep./ Dinas ESDM dan PLN - 93 -

b. jaringan transmisi tegangan extra tinggi (SUTET) 500 KV c. jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT) 275KV d. jaringan transmisi tegangan menegah (SUTM) 150 KV e jaringan transmisi tegangan rendah (SUTR) 70 KV 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm ET = Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi. Untuk jaringan yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TT = Saluran Udara Tegangan Tinggi. Untuk jaringan yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TM = Saluran Udara Tegangan Menengah Untuk jaringan yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TR = Saluran Udara Tegangan Rendah Untuk jaringan yang panjang, penggunaan 2. Kabel bawah tanah 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm KT = Kabel Bawah Tanah Untuk kabel yang panjang, penggunaan notasi diatur 3. Kabel bawah laut 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm KL = Kabel Bawah Laut Untuk kabel yang panjang, penggunaan notasi diatur Dep./ Dinas ESDM dan PLN Dep./ Dinas ESDM dan PLN Dep./ Dinas ESDM dan PLN Dep./ Dinas ESDM dan PLN Dep./ Dinas ESDM dan PLN Dep./ Dinas ESDM dan PLN 4. Gardu induk 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Minimum simbol 2 mmm Dep./ Dinas ESDM dan PLN - 94 -

5. Jaringan distribusi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm JD = Jaringan Distribusi Untuk jaringan yang panjang, penggunaan Dep./ Dinas ESDM dan PLN D. Fasilitas air bersih 1. Mata air 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 Minimum simbol 2 mmm Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 2. Intake 100 00 00 00 Air C 20 00 255 255 204 255 255 180 100 100 180 20 100 Minimum simbol 2 mmm Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 3. Instalasi produksi 100 00 00 00 Air C 20 00 255 255 204 255 255 180 100 100 180 20 100 Minimum simbol 2 mmm Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 4. Bak penampungan 100 00 00 00 Air C 20 00 255 255 204 255 255 180 100 100 180 20 100 Minimum simbol 2 mmm Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM - 95 -

5. Pipa jaringan air bersih Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM a. Pipa air bersih primer 20 20 00 00 204 204 255 240 20 100 minimal 2 mm AP = Pipa Air bersih Primer Untuk pipa yang panjang, penggunaan notasi diatur b. Pipa air bersih primer 100 00 00 00 00 255 255 50 100 100 minimal 2 mm AS = Pipa Air bersih Sekunder Untuk pipa yang panjang, penggunaan diatur Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 6. Jalur distribusi air bersih 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 7. Bangunan irigasi 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 8. Jaringan irigasi Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM a. Irigasi primer 50 50 00 00 128 128 255 240 50 100 minimal 2 mm IP = Irigasi Primer Untuk irigasi yang panjang, penggunaan notasi diatur b. Irigasi sekunder 50 50 00 00 128 128 255 240 50 100 minimal 2 mm IS = Irigasi Sekunder Untuk irigasi yang panjang, penggunaan notasi diatur Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM - 96 -

c. Irigasi tersier 50 50 00 00 128 128 255 240 50 100 minimal 2 mm IT = Irigasi Tersier Untuk irigasi yang panjang, penggunaan notasi diatur d. Irigasi air tanah 50 50 00 00 128 128 255 240 50 100 minimal 2 mm IA = Irigasi Air tanah Untuk irigasi yang panjang, Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM Dep./ Dinas Cipta Karya PU dan PAM 9. Sistem pengendali banjir a. Saluran dranaise primer 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 minimal 2 mm DP = Drainase Primer Untuk drainase yang panjang, penggunaan b. Saluran dranaise sekunder 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 minimal 2 mm DS = Drainase Sekunder Untuk drainase yang panjang, penggunaan c. Saluran air hujan primer 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 minimal 2 mm HP = Saluran air Hujan Primer Untuk drainase yang panjang, penggunaan d. Saluran air hujan sekunder 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 minimal 2 mm HP = Saluran air Hujan Sekunder Untuk drainase yang panjang, penggunaan - 97 -

E. Jaringan telekomunikasi Jaringan terrestrial 1. Jaringan mikro digital 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm JM = Jaringan Mikro Digital Untuk jaringan yang panjang, penggunaan Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 2. Jaringan mikro analog 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm JA = Jaringan Mikro Analog Untuk jaringan yang panjang, penggunaan 3. Jaringan serat optik 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm JO = Jaringan Serat Optik. Untuk jaringan yang panjang, penggunaan 4. Jaringan kabel laut 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm JK = Jaringan Kabel Laut. Untuk jaringan yang panjang, penggunaan Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 5. Jaringan internasional 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm JI = Jaringan Internasional Untuk jaringan yang panjang, penggunaan Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM - 98 -

6. Stasiun telepon otomat O 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 2 mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 7. Transmisi kabel laut 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TK = Transmisi Kabel Laut Untuk jaringan yang panjang, penggunaan Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 8. Transmisi kabel laut (konstruksi) w 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 9. Kantor pos besar 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 10. Kantor pos kecil 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM F. Jaringan satelit Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 1 Stasiun bumi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 90 Dimensi minimal simbol 3 mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM - 99 -

2 Pusat automatisasi sambungan telepon 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM 3 Menara telekomunikasi (BTS) untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator Ë 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3mm Dep./ Dinas Parpostel dan TELKOM G. Jaringan perhubungan A. Perhubungan darat a. Jaringan jalan dan Terminal 1. Jalan Tol Infill 00 50 100 00. Grs bis hitam 255 128 00 29 100 100 Dimensi minimal simbol Dep./ Dinas PU 2. Jalan Arteri Primer Infill 00 50 100 00. Grs bis hitam 255 128 00 29 100 100 Dimensi minimal simbol Dep./ Dinas PU - 100 -

3. Jalan Kolektor Primer 00 30 100 00 255 178 00 41 100 100 Dimensi minimal simbol Dep./ Dinas PU 4. Jalan Lokal 30 30 00 00 178 178 255 240 30 100 Dimensi minimal simbol Dep./ Dinas PU 5. Jalan Strategis a. Strategis Nasional 30 60 100 00 179 102 00 34 100 70 minimal 2 mm SN = Jalan Strategis Nasional Untuk jalan yang panjang, penggunaan notasi diatur b. Strategis Provinsi 30 60 100 00 179 102 00 34 100 70 minimal 2 mm SP = Jalan Strategis provinsi Untuk jalan yang panjang, penggunaan notasi diatur c. Strategis Kabupaten 30 60 100 00 179 102 00 34 100 70 minimal 2 mm SK = Jalan Strategis Kabupaten Untuk jalan yang panjang, penggunaan notasi diatur Dep./ Dinas PU Dep./ Dinas PU Dep./ Dinas PU 6. Jalur Busway 00 00 30 10 229 229 160 60 30 90 Dimensi minimal simbol Dep./ Dinas PU 7. Jembatan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Tebal garis 0.3 mm. Lebar jembatan disesuaikan dengan lebar sungai Dep./ Dinas PU - 101 -

8. Terminal Dep./ Dinas PU a. Terminal type A 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm A = Terminal type A minimal 2 mm b. Terminal type B B 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm B = Terminal type B minimal 2 mm c. Terminal type C B 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 3 mm C = Terminal type C minimal 2 mm b. Jaringan Rel Kereta Api dan stasiun 1. Stasiun Kereta Api dan PT. KAI a. Stasiun Besar 00 100 100 00 255 00 00 00 100 100 dan PT. KAI b. Stasiun Sedang 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 dan PT. KAI 2. Jalur Kereta Api umum antar kota a. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur ganda - 102 -

1. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur ganda atas tanah 2. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur ganda bawah tanah 3. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur ganda layang b Jalur Kereta Api umum antar kota jalur tunggal 1. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur tunggal atas tanah 2. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur tunggal bawah tanah 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm GA = Rel Ganda Atas tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm GB = Rel Ganda Bawah tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm GL= Rel Ganda Layang Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TA = Rel Tunggal Atas tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TB = Rel Tunggal Bawah tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan dan PT. KAI dan PT. KAI dan PT. KAI dan PT. KAI dan PT. KAI 3. Jalur Kereta Api umum antar kota jalur tunggal layang 3. Jalur Kereta Api umum perkotaan 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm TL = Rel Tunggal Layang U ntuk jalur KA yang panjang, penggunaan notasi diatur dan PT. KAI - 103 -

a. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur ganda 1. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur ganda atas tanah 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm GA = Rel Ganda Atas tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan dan PT. KAI dan PT. KAI 2. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur ganda bawah tanah 3. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur ganda layang b. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur tunggal 1. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur tunggal atas tanah 2. Jalur Kereta Api umum perkotaan jalur tunggal bawah tanah 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm GB = Rel Ganda Bawah tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm GL = Rel Ganda Layang Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm TA = Rel Tunggal Atas tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan diatur 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm TB = Rel Tunggal Bawah tanah Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan dan PT. KAI dan PT. KAI dan PT. KAI dan PT. KAI 3. Jalur Subway 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm TL = Rel Tunggal Layang Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan diatur dan PT. KAI - 104 -

4. Jalur Monorail 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 minimal 2 mm MR = Monorail Untuk jalur KA yang panjang, penggunaan notasi diatur dan PT. KAI 4. Jalur Kereta Api khusus 00 00 00 30 178 178 178 00 00 70 Dimensi minimal garis. dan PT. KAI c. Transportasi sungai danau dan penyeberangan 1. Pelabuhan sungai 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm PS = Pelabuhan Sungai Letak notasi fleksibel 2. Pelabuhan danau 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm PD = Pelabuhan Sungai Letak notasi fleksibel 3. Alur pelayaran angkutan sungai 60 00 20 00 102 255 204 160 60 100 Dimensi minimal garis 4. alur pelayaran angkutan danau; 60 00 20 00 102 255 204 160 60 100 Dimensi minimal garis 5. Pelabuhan penyeberangan lintas provinsi dan antar negara 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm PN = Pelabuhan penyeberangan antar provinsi dan antar negara. Letak notasi fleksibel - 105 -

6. Pelabuhan penyeberangan lintas antar kabupaten kota 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm PK = Pelabuhan penyeberangan antar kabupaten / kota Letak notasi fleksibel 7. Pelabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten /Kota 8. Lintas penyeberangan antar provinsi yang menghubungkan antar jaringan jalan nasional dan antar jaringan jalur kereta api antar provinsi 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm PP = Pelabuhan penyeberangan dalam kabupaten / kota Letak notasi fleksibel 20 40 60 00 204 153 102 30 50 80 minimal 2 mm LP = Lintas penyeberangan antar provinsi Letak notasi fleksibel 9. Lintas penyeberangan antar negara yang menghubungkan antar jaringan jalan pada kawasan perbatasan 20 40 60 00 204 153 102 30 50 80 minimal 2 mm LN = Lintas penyeberangan antar negara Letak notasi fleksibel 10. Lintas penyeberangan antar kabupaten / kota yang menghubungkan antar jaringan jalan provinsi dan jaringan jalur kereta api dalam provinsi 11. Lintas pelabuhan penyeberangan dalam kabupaten/kota yang menghubungkan antar jaringan jalan kabupaten /kota dan jaringan jalur kereta api dalam kabupaten / kota 20 40 60 00 204 153 102 30 50 80 minimal 2 mm LK = Lintas penyeberangan antar kabupaten / kota Letak notasi fleksibel 20 40 60 00 204 153 102 30 50 80 minimal 2 mm DK = Lintas penyeberangan dalam kabupaten / kota Letak notasi fleksibel - 106 -

B. Perhubungan laut 1. Pelabuhan Internasional hub 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm. PH = Pelabuhan Internasional Hub Letak notasi fleksibel 2. Pelabuhan internasional 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm. PI = Pelabuhan Internasional Letak notasi fleksibel 3. Pelabuhan nasional 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm. PN = Pelabuhan Nasional Letak notasi fleksibel 4. Pelabuhan regional 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm. PR = Pelabuhan Regional Letak notasi fleksibel - 107 -

5. Pelabuhan Lokal 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm. PL= Pelabuhan Lokal Letak notasi fleksibel 6. Pelabuhan khusus 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm. PK = Pelabuhan Khusus Letak notasi fleksibel 7. Alur pelayaran Internasional 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm AI = Alur pelayaran Internasional Untuk alur pelayaran yang panjang, penggunaan 8. Alur pelayaran Internasional Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 9. Jaringan pelayaran Internasional yang menghubungkan antar pelabuhan Internasional hub dan pelabuhan Internasional 10. Jaringan pelayaran Internasional yang menghubungkan antar pelabuhan Internasional hub dan pelabuhan Internasional dengan pelabuhan Internasional di negara lain ALKI 100 00 00 00 00 225 255 180 100 100 minimal 2 mm ALKI = Alur Laut Kepulauan Indonesia Untuk alur laut yang panjang, penggunaan 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm JH = Jalur pelayaran internasional Hub Untuk jalur pelayaran yang panjang, penggunaan 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm JI = Jalur pelayaran Internasional Untuk jalur pelayaran yang panjang, penggunaan - 108 -

11. Alur pelayaran nasional yang menghubungkan pelabuhan nasional dengan pelabuhan Internasional atau pelabuhan Internasional hub 12. Alur pelayaran nasional yang menghubungkan antar pelabuhan nasional 13. Alur pelayaran nasional yang menghubungkan antara pelabuhan nasional dan pelabuhan regional 14. Alur pelayaran nasional yang menghubungkan antar pelabuhan regional C. Transportasi udara 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm AN = Alur pelayaran Nasional Untuk alur pelayaran yang panjang, penggunaan 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm AB = Alur pelayaran Antar pelabuhan Nasional Untuk alur pelayaran yang panjang, penggunaan 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm AR = Alur pelayaran nasional yang menghubungkan antar pelabuhan nasional dan pelabuhan Regional Untuk alur pelayaran yang panjang, penggunaan 20 40 00 00 204 153 255 270 40 100 minimal 2 mm AP = Alur pelayaran nasional yang menghubungkan antar pelabuhan Regional Untuk alur pelayaran yang panjang, penggunaan 1. Bandar udara umum pusat penyebaran primer 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm BP = Pelabuhan Udara Primer Letak notasi fleksibel - 109 -

2. Bandar udara umum pusat penyebaran sekunder 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm BS = Bandar Udara Sekunder Letak notasi fleksibel 3. Bandar udara umum pusat penyebaran tersier 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm BT = Bandar Udara Tersier Letak notasi fleksibel 4. Bandar udara umum bukan pusat penyebaran 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm BB = Bandar Udara Bukan pusat penyebaran Letak notasi fleksibel 5. Bandar udara khusus 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 minimal 2 mm BK = Bandar Udara Khusus Letak notasi fleksibel 6. Ruang udara di atas bandar udara 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 minimal 2 mm KA = Kawasan Udara di atas Bandar udara Letak sesuai luas unsure 7. Ruang udara di sekitar bandar udara 100 00 00 00 00 255 255 180 100 100 minimal 2 mm KS = Kawasan Udara di Sekitar bandar udara Letak sesuai luas unsure - 110 -

8. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan H. Jaringan gas dan bahan bakar 20 00 00 00 204 255 255 180 20 100 minimal 2 mm KP = Kawasan Udara sebagai jalur penerbangan Letak sesuai luas unsur 1. Jaringan pipa minyak 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dimensi minimal simbol 2 mm Dep./ Dinas ESDM dan Pertamina 2. Jaringan pipa gas 00 100 00 00 255 00 255 300 100 100 Dimensi minimal simbol 2 mm Dep./ Dinas ESDM dan Pertamina - 111 -

9. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK RAWAN BENCANA RAWAN BENCANA NAMA UNSUR 1. Bencana Longsor Zona I (sangat rawan) 00 50 50 00 255 128 128 00 50 100 Zona I (sangat rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona II (rawan) 00 40 40 00 255 153 153 00 40 100 Zona II (rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona III (agak rawan) 00 30 40 00 255 179 153 15 40 100 Zona III (agak rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zana IV (aman) 00 20 40 00 255 204 153 30 40 100 Zana IV (aman) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas 2. Bencana Banjir Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona I (sangat rawan) 80 00 00 00 51 255 255 180 80 100 Zona I (sangat rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona II (rawan) 50 00 00 00 129 255 255 180 50 100 Zona II (rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas - 112 -

Zona III (agak rawan) 35 00 00 00 166 255 255 180 35 100 Zona III (agak rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zana IV (aman) 20 00 00 00 204 255 255 180 20 100 Zana IV (aman) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas 3. Bencana Gempa Zona I (sangat rawan) 00 80 00 00 255 51 255 300 80 100 Zona I (sangat rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona II (rawan) 00 60 00 00 255 102 255 300 60 100 Zona II (rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona III (agak rawan) 00 40 00 00 255 153 255 300 40 100 Zona III (agak rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona IV (aman) 00 20 00 00 255 204 255 300 20 100 Zona IV (aman) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas - 113 -

Pa NAMA UNSUR 4. Bencana Gunung Api Zona I (sangat rawan) 00 05 60 00 255 242 102 55 60 100 Zona I (sangat rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona II (rawan) 00 00 80 00 255 255 51 60 80 100 Zona II (rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona III (agak rawan) 00 00 40 00 255 153 255 60 40 100 Zona III (agak rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zana IV (aman) 00 00 15 00 255 255 217 60 15 100 Zana IV (aman) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas 5. Bencana Tsunami Zona I (sangat rawan) 00 00 00 60 102 102 102 00 00 40 Zona I (sangat rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona II (rawan) 00 00 00 35 166 166 166 00 00 65 Zona II (rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas Zona III (agak rawan) 00 00 00 20 204 240 204 00 00 80 Zona III (agak rawan) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas - 114 -

Zona IV (aman) 00 00 00 05 242 242 242 00 00 95 Zana IV (aman) Bakosurtanal, Lapan dan Bappenas 10. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK POTENSI A. Pertanian NAMA UNSUR a. Menurut Jenis 1. Pertanian Lahan Basah 20 00 30 00 204 255 179 100 30 100 Dep./ Dinas Pertanian 2. Pertanian Lahan Kering 20 00 10 00 204 255 230 150 20 100 Dep./ Dinas Pertanian b. Menurut Usia Tanaman - 115 -

1.. Tanaman Semusim 25 00 65 00 191 255 89 83 65 100 Dep./ Dinas Pertanian 2.. Tanaman Tahunan 70 00 70 00 76 255 76 120 70 100 Dep./ Dinas Pertanian c. Menurut Komoditas atau Secara Umum 1.. Zona I (sesuai I) 10 00 10 00 230 255 230 120 10 100 Dep./ Dinas Pertanian 2.. Zona II (sesuai II) 20 00 20 00 204 255 204 120 20 100 Dep./ Dinas Pertanian 3.. Zona III (sesuai III) 40 00 40 00 153 255 153 120 40 100 Dep./ Dinas Pertanian 4.. Zona IV (tidak sesuai) 70 00 50 00 76 255 128 137 70 100 Dep./ Dinas Pertanian - 116 -

B. Peternakan NAMA UNSUR Menurut Komoditas atau Secara Umum 1.. Zona I (sesuai I) 00 10 00 00 255 230 255 300 10 100 Dep./ Dinas Pertanian 2.. Zona II (sesuai II) 00 30 00 00 255 179 255 300 30 100 Dep./ Dinas Pertanian 3.. Zona III (sesuai III) 00 50 00 00 255 128 255 300 50 100 Dep./ Dinas Pertanian 4.. Zona IV (tidak sesuai) 00 80 00 00 255 51 255 300 80 100 Dep./ Dinas Pertanian C. Perkebunan Menurut Komoditas atau Secara Umum 1.. Zona I (sesuai I) 00 00 15 00 255 255 217 60 15 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kehutanan 2.. Zona II (sesuai II) 00 00 40 00 235 255 153 6040 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kehutanan - 117 -

3.. Zona III (sesuai III) 00 00 80 00 255 255 51 60 80 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kehutanan 4.. Zona IV (tidak sesuai) 00 05 60 00 255 242 102 55 60 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kehutanan D. Perikanan Menurut Komoditas atau Secara Umum 1.. Zona I (sesuai I) 10 00 00 00 230 255 255 180 10 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kelautan & Perikanan 2.. Zona II (sesuai II) 20 00 00 00 204 255 255 180 20 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kelautan & Perikanan 3.. Zona III (sesuai III) 40 00 00 00 153 255 255 180 40 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kelautan & Perikanan 4.. Zona IV (tidak sesuai) 80 00 00 00 51 255 255 180 80 100 Dep./ Dinas Pertanian dan Kelautan & Perikanan E. 0Industri Menurut Komoditas atau Secara Umum - 118 -

1.. Zona I (sesuai I) 00 00 00 05 242 242 242 00 00 95 Dep./ Dinas Perindustrian. 2.. Zona II (sesuai II) 00 00 00 10 229 229 229 00 00 90 Dep./ Dinas Perindustrian. 3.. Zona III (sesuai III) 00 00 00 20 204 204 204 00 00 80 Dep./ Dinas Perindustrian. 4.. Zona IV (tidak sesuai) 00 00 00 40 153 153 153 00 00 60 Dep./ Dinas Perindustrian. F. Perdagangan Menurut Komoditas atau Secara Umum 1.. Zona I (sesuai I) 05 05 00 00 242 242 255 240 05 100 Dep./ Dinas Perdagangan 2.. Zona II (sesuai II) 15 10 00 00 217 230 255 219 15 100 Dep./ Dinas Perdagangan 3.. Zona III (sesuai III) 20 25 00 00 204 191 255 252 25 100 Dep./ Dinas Perdagangan - 119 -

4.. Zona IV (tidak sesuai) 40 20 00 00 153 204 255 210 40 100 Dep./ Dinas Perdagangan G. Pesisir dan Pulau-pulau kecil a. Mangrove (Mgr) 1.. Mangrove Kerapatan > 60% 10 20 20 00 230 204 204 00 11 90 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan 2.. Mangrove Kerapatan 30%- 60% 10 30 40 00 230 179 153 20 33 90 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan 3.. Mangrove Kerapatan < 30% 20 40 60 00 204 153 102 24 56 80 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan b.terumbu Karang (Tkr) 1.. Terumbu Karang Kerapatan > 60% 50 00 00 00 128 255 255 180 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 2.. Terumbu Karang Kerapatan 30%- 60% 50 00 00 00 128 255 255 180 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup - 120 -

3.. Terumbu Karang Kerapatan < 30% 50 00 00 00 128 255 255 180 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup c. Padang Lamun (Plm) 1.. Padang Lamun Kerapatan > 60% 00 50 50 00 255 128 128 00 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 2.. Padang lamun Kerapatan 30%- 60% 00 50 50 00 255 128 128 00 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 3.. Padang Lamun Kerapatan < 30% 00 50 50 00 255 128 128 00 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 4.. Koral 00 50 50 00 255 128 128 00 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 5.. Hamparan Pasil Laut 00 00 00 50 235 235 158 60 33 92 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 6.. Pantai Berpasir 00 00 00 50 127 127 127 00 00 50 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 7.. Pantai Berlumpur 00 00 00 50 235 235 158 60 33 92 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup - 121 -

8.. Pantai Berbatu 00 00 00 50 127 127 127 00 00 50 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup 9.. Pulau-pulau Kecil 50 00 50 00 128 255 128 120 50 100 Dep./ Dinas Kelautan & Perikanan dan Lingkungan Hidup H. TPA sampah Menurut Kesesuaiannya 1.. Zona I (sesuai I) 00 00 100 00 255 255 00 60 100 100 Dep./ Dinas Lingkungan Hidup 2.. Zona II (sesuai II) 00 00 100 00 255 255 00 60 100 100 Dep./ Dinas Lingkungan Hidup 3.. Zona III (sesuai III) 00 00 100 00 255 255 00 60 100 100 Dep./ Dinas Lingkungan Hidup 4.. Zona IV (tidak sesuai) 00 00 100 00 255 255 00 60 100 100 Dep./ Dinas Lingkungan Hidup I. Pariwisata - 122 -

a. Menurut Tingkat Potensinya 1.. Zona I (potensi tinggi) 00 100 00 00 255 00 255 300 100 100 Dep./ Dinas Parpostel 2.. Zona II (potensi sedang) 00 00 00 100 00 00 00 00 00 00 Dep./ Dinas Parpostel 3.. Zona III (potensi rendah) 100 00 100 00 00 255 00 120 100 100 Dep./ Dinas Parpostel 4.. Zona IV (tidak berpotensi) 00 00 100 00 255 255 00 60 100 100 Dep./ Dinas Parpostel b. Menurut Jenis Objek Wisata 1.. Wisata Alam 50 00 50 00 128 255 128 120 50 100 Dep./ Dinas Parpostel 2.. Wisata Budaya 50 00 50 00 128 255 128 120 50 100 Dep./ Dinas Parpostel 3.. Wisata Lainnya 50 00 50 00 128 255 128 120 50 100 Dep./ Dinas Parpostel - 123 -

J. Pertambangan Menurut Jenis Bahan Tambang 1.. Bahan Galian A 00 05 15 00 255 242 217 39 15 100 Dep./ Dinas ESDM 2.. Bahan Galian B 00 10 20 00 255 230 204 31 20 100 Dep./ Dinas ESDM 3.. Bahan Galian C 01 15 20 00 252 217 204 16 19 99 Dep./ Dinas ESDM 4.. Logam Berat 03 20 30 00 247 204 179 22 28 97 Dep./ Dinas ESDM 5.. Bahan Radio Aktif 05 25 30 00 242 191 179 11 26 95 Dep./ Dinas ESDM 6.. Minyak dan Gas Bumi 07 30 30 00 237 179 179 00 24 93 Dep./ Dinas ESDM 7.. Ijin Konsesi Tambang 20 30 20 00 204 179 204 300 12 80 Dep./ Dinas ESDM - 124 -

8.. Ijin Eksplorasi 20 50 20 00 204 128 204 300 37 80 Dep./ Dinas ESDM 9.. Ijin Eksploitasi 10 20 10 00 230 204 204 300 11 90 Dep./ Dinas ESDM 11. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR TEMATIK PERTAHANAN DAN KEAMANAN NAMA UNSUR Pertahanan dan Keamanan 1. Pertahanan dan keamanan Setiap unsur yang ada dibedakan dengan warna Dep. Hankam - 125 -