BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas dalam bab sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan April 2016, Gubernur Daerah Khusus Istimewa (DKI)

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB III OBJEK PENELITIAN

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB 1 INTRODUKSI. riset, problem riset, pertanyaan riset, motivasi riset, tujuan riset, kontribusi riset,

BAB I PENDAHULUAN. Kasus-kasus korupsi masih menjadi hiasan di layar kaca televisi kita

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

KEWENANGAN PENGHITUNGAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PELAPORAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENUTUP. Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat. Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan banyaknya pemberitaan mengenai adanya indikasi fraud

Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, CFrA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana korupsi sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No. 31

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN DAN PERSEPSI KERUGIAN NEGARA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

Pengertian 1/20/2016 5

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

Bagian Kedua Tugas dan Fungsi Pasal 3

BAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan

Suplemen Rencana Strategis

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan nasional erat hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat,

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

2017, No Tahun 2014 Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. intensitas dan modusnya semakin berkembang dengan penyebab multi factor.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

Fungsi SPI Dalam Mengawal Pengawasan Eksternal INSPEKTUR III DR. YOHANES INDRAYONO, AK, MM, CA APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I P E N D A H U L U A N

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini terus menerus berupaya memerangi tindak pidana korupsi dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah konvensi internasional yang diselenggarakan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tema Konvensi PBB Melawan Korupsi pada tanggal 09 s.d. 11 Desember 2003 di Merida, Meksiko. Sebanyak 140 negara termasuk Indonesia yang ikut berpartisipasi menandatangani konvensi ini. Korupsi di Indonesia secara terus menerus meningkat dengan akibat yang sangat serius yang ditimbulkan. Salah satunya di sektor publik, tindak pidana korupsi mengakibatkan kerugian keuangan negara sementara keuangan negara digunakan dalam rangka pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun, berbagai upaya telah dilakukan Indonesia dalam memerangi tindak pidana korupsi sejak tahun 1971 yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi serta dilakukan perubahan melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 1

Pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia dilakukan oleh berbagai pihak dengan berbagai pendekatan yaitu pendekatan preventif guna mencegah terjadinya korupsi di segala aspek kehidupan masyarakat maupun bernegara, dilakukan dengan penguatan sistem pengendalian internal pemerintah serta edukasi anti korupsi kepada masyarakat. Selain itu, pendekatan represif juga dilakukan dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, membawa para pelaku korupsi ke peradilan agar bisa menimbulkan efek jera pada terdakwa korupsi serta memberi peringatan kepada para penyelenggara negara maupun pihak swasta yang berhubungan dengan keuangan negara untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi. Lembaga pemerintah yang menangani tindak pidana korupsi di Indonesia antara lain instansi penyidik Kepolisian, Kejaksaan, maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan kesepakatan yang dituangkan pada Criminal Justice System. BPKP merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Tugas BPKP adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP. 2

BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah atau Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) bertugas di bidang investigasi yang meliputi audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, audit penyesuaian harga, dan audit klaim serta penugasan investigasi lainnya, yang berkaitan dengan upaya pemberantasan korupsi di lingkungan instansi pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D). Penugasan bidang investigasi dilaksanakan oleh BPKP Pusat maupun Perwakilan BPKP (unit kerja) berdasarkan pengembangan hasil audit operasional, laporan/pengaduan masyarakat, permintaan dari instansi penyidik/penetapan pengadilan, dan permintaan dari Objek Penugasan yang memerlukan produk keinvestigasian (Pedoman Penugasan Bidang Investigasi BPKP, 2012). Audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah dan audit penghitungan kerugian keuangan negara/daerah merupakan fungsi pengawasan BPKP (Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014) sebagai upaya represif dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu unit kerja pelaksana BPKP Pusat yang berkedudukan di daerah wilayah Provinsi Kepulauan Riau, juga melaksanakan fungsi pengawasan keuangan negara/daerah khususnya di penugasan Bidang Investigasi. Sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah berperan dalam upaya represif pemberantasan tindak pidana korupsi bersama Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK, dengan melaksanakan penugasan bidang investigasi 3

khususnya audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara. Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 Tahun 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh BPKP khususnya Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau, diawali dengan tahap pra perencanaan. Tahap pra perencanaan berada sebelum tahap perencanaan, yaitu tahap awal proses penugasan yang dilakukan unit kerja untuk menentukan unit kerja akan melakukan atau tidak melakukan penugasan bidang investigasi. Sedangkan tahap perencanaan dilakukan setelah ditentukannya hasil penelaahan awal dan/atau ekspos di tahap pra perencanaan bahwa telah layak/terpenuhinya kriteria untuk dilakukan penugasan audit investigatif atau audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara. Kedua tahap ini penting sebagai langkah awal dalam merencakan penugasan serta untuk menentukan dan meyakini kelayakan penyimpangan yang ditemukan. Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 Tahun 2012 tentang PPBI, disebutkan bahwa penugasan bidang investigasi termasuk audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dilaksanakan setelah dilakukan penelaahan atau ekspos terlebih dahulu. Ekspos juga dilaksanakan pada tahap pengumpulan dan evaluasi bukti, tahap pengkomunikasian hasil audit kepada pihak yang berkepentingan, dan tahap pemantauan tindak lanjut sehingga menyangkut beberapa tahapan penugasan audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh BPKP khususnya Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau. 4

Pelaksanaan ekspos melibatkan pihak eksternal yaitu bersama instansi penyidik seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK, atau Objek Penugasan seperti Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi (K/L/D/I) dan BUMN/D. Hal inilah yang melatarbelakangi rencana penulisan skripsi ini. Pertama perlu adanya pemahaman lebih lanjut berdasarkan PPBI mengenai perencanaan audit dan pelaksanaan ekspos pada audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh BPKP karena PPBI wajib dipedomani oleh seluruh unit kerja di BPKP. Penelitian akan difokuskan pada perencanaan audit yang ditinjau dari tahap pra perencanaan sampai dengan tahap perencanaan, serta akan difokuskan pada pelaksanaan ekspos yang ditinjau dari tahap pra perencanaan, tahap pengumpulan dan evaluasi bukti, tahap pengkomunikasian hasil audit kepada pihak yang berkepentingan, dan tahap pemantauan tindak lanjut. Penelitian akan membahas sebatas data literatur dan data lapangan mengenai perencanaan audit dan pelaksanaan ekspos pada audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, serta menilai kesesuaian pada PPBI atas perencanaan audit dan pelaksanaan ekspos dengan data lapangan yang diperoleh selama penelitian, namun tidak membahas pelaksanaan audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara secara kasus per kasus substansi audit yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau. Sehubungan dengan itu, disusun skripsi dengan judul Evaluasi Perencanaan Audit dan Pelaksanaan Ekspos pada Audit Investigatif dan Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (Studi pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau). 5

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Apakah perencanaan audit pada audit investigatif yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah sesuai dengan PPBI?, b. Apakah perencanaan audit pada audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah sesuai dengan PPBI?, c. Apakah pelaksanaan ekspos pada audit investigatif yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah sesuai dengan PPBI?, dan d. Apakah pelaksanaan ekspos pada audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah sesuai dengan PPBI?. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam perumusan masalah mengenai kesesuaian perencanaan audit dan pelaksanaan ekspos dengan PPBI atas audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau sebagaimana yang diuraikan antara lain sebagai berikut. a. Untuk menilai kesesuaian dengan PPBI atas perencanaan audit pada audit investigatif yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau, 6

b. Untuk menilai kesesuaian dengan PPBI atas perencanaan audit pada audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau, c. Untuk menilai kesesuaian dengan PPBI atas pelaksanaan ekspos pada audit investigatif yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau, dan d. Untuk menilai kesesuaian dengan PPBI atas pelaksanaan ekspos pada audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan utama dan tujuan lainnya di atas, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut. a. Manfaat secara teoritis/akademis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara khusunya dalam hal perencanaan audit dan pelaksanaan ekspos, dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya, serta dapat memperkaya khasanah kepustakaan, dan b. Manfaat secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan langkah korektif bagi BPKP khusunya Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau dalam hal perencanaan audit dan pelaksanaan ekspos pada audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dilakukan sesuai dengan pedoman. 7

1.5 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini yang terdiri dari lima bab, masing-masing urutan secara garis besar bab dapat diterangkan sebagai berikut. Bab Satu merupakan Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya Bab Dua yaitu Landasan Teori yang berisi tentang teoriteori terkait dengan penelitian yang meliputi keuangan negara, kerugian keuangan negara, audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, perencanaan audit, penelaahan informasi awal, dan pelaksanaan ekspos, serta uraian hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini. Bab Tiga adalah Metode Penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan meliputi desain penelitian, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data, dan metode analisis. Bab Empat merupakan Pembahasan yang berisi tentang uraian gambaran umum objek penelitian dan pembahasan hasil evaluasi. Sedangkan, Bab Lima adalah Kesimpulan dan Saran yang menjelaskan kesimpulan yang didasarkan dari pembahasan hasil evaluasi serta saran yang dinilai perlu bagi perbaikan ke depannya. 8