BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, pajak memberi kontibusi terbesar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu negara yang menerapkan tarif pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam menyelenggarakan pemerintahannya mempunyai kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar. Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Semakin baik perekonomian suatu negara, maka akan semakin maju negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya Indonesia mampu mewujudkan kemandirian bangsa dan Negara dalam. negeri yang cukup besar. Salahsatunya adalah Pajak.

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Implikasinya pada Penerimaan Pajak (Survey Pada KPP Di Kanwil Jawa Barat I)

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda atau warisan yang di


BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

: : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pajak memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, pajak memberi kontibusi terbesar pada APBN mencapai 80%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan untuk mengetahui APBN-P dan Realisasi penerimaan Perpajakan dari tahun 2009-2014 dapat diketahui hasilnya pada Tabel 1.1. Tabel 1. 1 Perkembangan Realisasi APBN-P dari Penerimaan Perpajakan 2009-2014 (Triliun Rupiah) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 APBN-P 651,9 743,3 878,6 1.061,2 1.148,4 1.635,4 Realisasi 619,9 723,3 873,9 980,5 1.077,3 1.537,2 % terhadap APBN-P 95,09% 97,3% 99,4% 92,3% 93% 94% (Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN-P tahun 2014(data diolah kembali)) Jika dilihat dari tabel APBN-P yang merupakan merupakan asumsi terhadap persentase terhadap target pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kebutuhan penerimaan perpajakan dalam APBN terus meningkat. Namun realisasi penerimaannya mengalami penurunan. Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1

2 Pajak memiliki dua fungsi penting yaitu fungsi penerimaan (Budgeter) dan fungsi mengatur (Reguler). Selain dua fungsi tersebut, pajak juga memiliki fungsi lain yaitu : fungsi stabilitas, fungsi redistribusi, serta fungsi demokrasi (Diana Sari, 2013). Tidak dapat dipungkiri bahwa ciri dasar pajak yang bersifat memaksa, masyarakat juga mempunyai anggapan bahwa dalam melakukan kewajiban perpajakan masyarakat harus melewati sistem yang terkesan sulit dan rumit. Hal tersebut mengakibatkan para wajib pajak tidak patuh dalam membayar kewajibannya. Wajib Pajak itu sendiri adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (www.pajak.go.id) Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam (Kompas, 2008) menyatakan bahwa jumlah pemegang Nomor Pokok wajib pajak (NPWP) diseluruh Indonesia saat ini sebanyak 6 juta. Dari jumlah tersebut, hanya sebanyak 50.500 WP yang dikategorikan sebagai pembayar pajak aktif.. Salah satu aspek atau indikator untuk menilai tingkat kepatuhan wajib pajak adalah jumlah wajib pajak yang terdaftar dan Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi. Berikut data mengenai jumlah wajib pajak yang terdaftar dan efektif mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2012.

3 Tabel 1. 2 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi, 2008-2012 Keterangan 2012 2011 2010 2009 2008 Penambahan Wajib Pajak orang pribadi pada tahun yang 2.249.639 3.001.035 3.019.396 5.053.587 3.375.977 bersangkutan Jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar pada akhir tahun 22.131.323 19.881.684 16.880.649 13.861.253 8.807.666 (Sumber : Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2008 2012) Selain laporan mengenai jumlah wajib pajak yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pajak, pada tabel 1.3 juga memaparkan mengenai jumlah wajib pajak yang terdapat di Kantor Wilayah Direktorat Jawa Barat 1 selama tahun 2014. Data mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut: No. Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di Kanwil DJP Jabar 1 Tahun 2014 Nama KPP 2014 OP Badan Bendahara Total 1 KPP Pratama Sukabumi 182.823 12.433 3.827 199.083 2 KPP Pratama Cianjur 100.106 6.163 3.785 110.054 3 KPP Pratama Purwakarta 105.927 4.988 2.397 113.312 4 KPP Pratama Cimahi 203.164 9.928 4.221 217.313 KPP Pratama Bandung 5 Tegallega 87.914 6.500 451 94.865 KPP Pratama Bandung 6 Cibeunying 101.309 11.938 3.790 117.037 7 KPP Pratama Bandung Karees 107.754 13.391 1.311 122.456 8 KPP Pratama Tasikmalaya 117.603 8.291 4.795 130.689 KPP Pratama Bandung 9 Bojonagara 98.764 7.633 759 107.156 10 KPP Pratama Bandung Cicadas 120.877 10.906 1.053 132.836 11 KPP Madya Bandung - 800-800 12 KPP Pratama Ciamis 98.482 6.652 3.114 108.248 13 KPP Pratama Garut 121.735 11.172 2.502 135.409 14 KPP Pratama Majalaya 122.976 5.466 1.750 130.192 15 KPP Pratama Soreang 142.911 6.902 2.526 152.339 16 KPP Pratama Sumedang 85.244 3.444 1.873 90.561 1.797.589 126.607 38.154 1.962.350 Sumber: Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 (Data diolah kembali)

4 Menurut Direktorat Jenderal Pajak yang dikutip oleh (Susy, 2010) bahwa rasio kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) hingga April 2010 telah mencapai 54,84 persen atau 7,73 juta. Jumlah SPT diterima mencapai 7.733.271 dari total wajib pajak terdaftar wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh sebesar 14.101.933. Pada 2009 rasio kepatuhan wajib pajak hanya 5.413.114 atau sebesar 52,61 persen dengan jumlah wajib pajak terdaftar sebanyak 10.289.590. Sedangkan menurut laporan DJP terhadap ratio kepatuhan penyampaian SPT PPh dari tahun 2007-2012 yaitu : Tabel 1. 3 Ratio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Wajib Pajak Terdaftar 4.231.117 6.341.828 9.996.620 14.101.933 17.694.317 17.659.278 Wajib SPT SPT Tahunan PPh 1.278.290 2.097.849 5.413.114 8.202.309 9.332.626 9.482.480 Rasio Kepatuhan 30,21% 33,08% 54,15% 58,16% 52,74% 53,69% (Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2007 2012 (data diolah kembali)) Berdasarkan tabel 1.3 mengenai Ratio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh yang di muat dalam Laporan Tahunan DJP tahun 2007-2012 memperlihatkan bahwa ada kesenjangan yang cukup jauh antara jumlah wajib pajak terdaftar dengan SPT Tahunan PPh dan hal itu mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007-2012. Dapat dilihat juga Rasio Kepatuhan di Kanwil DJP Jabar 1 pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

5 Tabel 1.5 Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 tahun 2013 WP Wajib Target Rasio Realisasi Lapor No Unit Kerja SPT Realisasi Jumlah % Realisasi SPT Tahunan % 1 Sukabumi 115.977 81.184 70% 43.035 37% 2 Cianjur 69.391 48.574 70% 35.227 51% 3 Purwakarta 67.941 47.559 70% 40.971 60% 4 Cimahi 126.784 88.749 70% 73.431 58% 5 Bandung Tegallega 47.157 33.010 70% 32.175 68% 6 Bandung Cibeunying 66.514 46.560 70% 39.641 60% 7 Bandung Karees 57.128 39.990 70% 41.033 72% 8 Tasikmalaya 78.878 55.215 70% 36.520 46% 9 Bandung Bojonagara 54.535 38.175 70% 37.261 68% 10 Bandung Cicadas 77.157 54.010 70% 44.833 58% 11 Madya Bandung 789 750 95% 805 102% 12 Ciamis 69.598 48.719 70% 41.123 59% 13 Garut 87.833 61.483 70% 49.065 56% 14 Majalaya 81.225 56.858 70% 46.806 58% 15 Soreang 61.295 42.907 70% 46.968 77% 16 Sumedang 55.590 38.913 70% 36.110 65% Total 1.117.792 782.656 70% 645.004 58% Rata-Rata 69.862 48.916 72% 40.313 62% Sumber: Kantor Wilayah DJP Jabar 1 laporan tahun 2013 (data diolah kembali) Jika dilihat dari tabel 1.5 rasio kepatuhan masih tergolong rendah, dengan kondisi Kanwil DJP Jabar 1 telah melakukan upaya penyuluhan pajak dengan jumlah rata-rata realisasirasio kepatuhan pajak sebesar 62%. Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan

6 pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya penghindaran pajak seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. (Chaizi, 2004). Kepatuhan wajib pajak memiliki pengertian yaitu: Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana: 1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; 2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. (Mohammad Zain, 2008). Tanggung jawab di bidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan berada pada setiap Warga Negara sebagai Wajib Pajak. Kewajiban Wajib Pajak untuk orang pribadi ataupun badan itu sendiri sebagai berikut : Kewajiban Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan (WPOP- Karyawan) yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 1. WPOP Karyawan yang hanya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja. 2. WPOP Karyawan yang memperoleh penghasilan lain yang bukan obyek PPh Final.

7 3. WPOP Karyawan yang memperoleh penghasilan lain yang merupakan obyek PPh Final. Kewajiban Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa), 2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan). Kewajiban Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi 1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa). 2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) Hal ini sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Artinya setiap Wajib Pajak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemberitahuan pajak yang terutang kepada pemerintah, yang dalam hal ini diatur oleh DJP (www.pajak.go.id). Pembenahan pada berbagai peraturan perpajakan, dan pemberian saksi yang dilakukan belum cukup untuk meningkatkan kesadaran pajak. Rendahnya pengetahuan perpajakan dalam masyarakat merupakan suatu kendala tersendiri yang membutuhkan perhatian khusus. Perlawanan pasif merupakan suatu produk dari ketidaktahuan masyarakat terhadap pengetahuan pajak. Hal ini menunjukan bahwa salah satu penyebab tax gap yang terjadi dikarenakan lemahnya pengetahuan para wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. (Rimsky Judisseno, 1997).

8 Fungsi KPP yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan kepada wajib pajak (www.pajak.go.id). Dilihat dari fungsi KPP tersebut maka dapat disimpulkan bahwa KPP membantu Direktorat Jenderal Pajak dalam menyadarkan pentingnya pajak kepada masyarakat. Salah satu cara untuk dalam membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan, maka setiap Kantor Pelayanan Pajak modern dibentuk Account Representative (AR) yang bertanggung jawab dalam melayani dan mengawasi kepatuhan wajib pajak, serta berperan penting dalam sebagai penghubung KPP dengan wajib pajak (Dini, 2012). Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak karena tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Pemerintah telah melakukan upaya untuk menambahkan pengetahuan bagi para wajib pajak, diantaranya melalui penyuluhan, iklan-iklan di media masa maupun media elektronik dengan tujuan agar para wajib pajak lebih mudah mengerti dan lebih cepat mendapat informasi perpajakan meski frekuensi pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sering dilakukan. Informasi perpajakan tersebut tidak hanya berisi tentang kewajiban wajib pajak, namun juga terdapat penjelasan tentang pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara agar sekaligus dapat menimbulkan kesadaran dari dalam hati wajib pajak (Aziza, 2011). Kurangnya sosialisasi mungkin berdampak pada rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pajak yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan dan membayar pajak yang pada akhirnya mungkin menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak.

9 Pengetahuan pajak merupakan elemen penting dalam sistem pajak kepatuhan sukarela (Kasippilai, 2000), khususnya dalam menentukan kewajiban pajak akurat (Palil, 2005; Saad et al, 2003.). Studi terbaru yang dilakukan di Malaysia lebih (Loo, 2006;. Loo et al, 2008; 2009) juga menyarankan pengetahuan pajak menjadi faktor yang paling berpengaruh untuk menentukan perilaku kepatuhan pembayar pajak di bawah sistem self assessment. Hal ini secara empiris didirikan oleh beberapa studi lain (misalnya, Kasipillai & Jabbar, 2003; Kirchler et al, 2006.), Yang mencatat bahwa memiliki pengetahuan pajak akan menyebabkan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi. Pada catatan yang sama, tidak adanya pengetahuan pajak dapat menyebabkan perilaku ketidakpatuhan wajib pajak, baik sengaja atau tidak sengaja. Ini didalilkan oleh McKerchar (1995) yang mempelajari wajib pajak usaha kecil di Australia. Dia menyarankan bahwa pembayar pajak usaha kecil bahkan tidak menyadari kekurangan pengetahuan pajak mereka dan ini dapat menyebabkan perilaku ketidakpatuhan tidak disengaja. Bukti tersebut juga didokumentasikan di antara wajib pajak orang pribadi di Malaysia yang tidak sengaja melakukan kesalahan dalam bentuk pengembalian pajak mereka (Loo, et al., 2008). Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan Negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006). Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu menjunjung tinggi UUD 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara (Suardika, 2007). Wajib pajak melaporkan dan membayar pajak hanya karena dalam keadaan terpaksa atau adanya kepentingan yang mendadak, bukan karena

10 kesadaran mereka. Rendahnya kesadaran wajib pajak akan pajak akan mempengaruhi tindakan untuk melakukan penghindaran pajak baik secara legal (Tax Avoidance) yang tidak melanggar undang-undang maupun ilegal (Tax Evation) yang melanggar undang-undang seperti menggelapkan pajak. Salah satu contoh kurangnya kesadaran wajib pajak adalah dalam hal wajib pajak kurang sadar dalam hal mengisi dan melaporkan SPT. Hal ini bisa dilihat masih banyak WP yang mengisi dan melaporkan SPT dengan tidak benar dan tidak sesuai dengan yang seharusnya dilaporkan. Pandangan negatif wajib pajak akan pajak, kurangnya sosialisasi yang berdampak pada kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai pajak itu sendiri serta pertimbangan kebutuhan ekonomi cenderung menyebabkan kesadaran untuk mengisi dan melaporkan SPT dengan benar dan tepat waktu pun rendah. Menurut Suryadi (2006), Kesadaran Wajib Pajak akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan SPT dan membayar pajak. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting untuk meningkatkan penerimaan pajak, maka perlu dikaji dan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak khususnya wajib pajak orang pribadi. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak mengambil dari beberapa variabel penelitian terdahulu, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Septiyani Nur Khasanah (2014) yang

11 membandingkan pengaruh pengetahuan perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Ia mengambil sampel dari wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang terdaftar pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari lima Kantor Pelayanan Pajak. Hasil dari penelitian tersebut pengetahuan perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak adalah berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Ning Wahyuni (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh kesadaran, penerapan self assesment system, dan pemeriksaan terhadap kewajiban membayar pajak orang pribadi. Hasil dari penelitian tersebut adalah kesadaran, penerapan self assesment system, dan pemeriksaan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari semua penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa para peneliti menggunakan variabel yang berbeda-beda dalam mengukur tingkat kepatuhan pajak. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menggabungkan dan menambah faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak secara bersamaan. Peneliti ingin mecari bukti empiris apakah pengetahuan perpajakan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1. Berdasarkan uraian dan alasan tersebut, penulis bermaksud meneliti masalah ini dengan judul PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN

12 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang studi tersebut, permasalahan yang dapat diangkat dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengetahuan perpajakan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 2. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 3. Apakah pengetahuan perpajakan wajib pajak dan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang studi dan rumusan masalah yang diangkat, maka tujuan studi ini dapat disusun sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan perpajakan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1. 2. Untuk menjelaskan pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1. 3. Untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan perpajakan wajib pajak dan

13 kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1. 1.4 Manfaat Penelitian Data informasi dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1) Bagi Penulis a. Diharapkan penelitian ini penulis mampu memenuhi syarat untuk menempuh sidang Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama. b. Dapat memberikan penjelasan dan gambaran tentang pengaruh pengetahuan perpajakan wajib pajak dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1. 2) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 Memberikan sumbangan informasi dan data yang kongkrit untuk mengukur pengaruh pelayanan yang diberikan terhadap pengetahuan yang dimiliki wajib pajak orang pribadi tentang pajak. 3) Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kebijakan bagi pemerintah sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan di bidang perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

14 4) Bagi Masyarakat atau Publik Sebagai sumbangan pikiran terutama dalam lingkungan Perguruan Tinggi sebagai bahan bacaan untuk memperluas terapan dari pengetahuan yang dipelajari di bangku kuliah, khususnya dalam pendalaman materi mengenai perpajakan. 5) Bagi Pihak Lain a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan atau wawasan baru mengenai riset di bidang perpajakan terutama berkaitan dengan teori kepatuhan wajib pajak dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh pengetahuan wajib pajak dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam rangka melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya, dan seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor tersebut terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis memperoleh data pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1. Alamat Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2015 sampai selesai.