Lampiran I kuisioner GSP pada Tempat Pemotongan Kambing

dokumen-dokumen yang mirip
Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH

MENERAPKAN TEKNIK PENYEMBELIHAN HEWAN

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

Lampiran 1 Check list standard sanitation operating procedure (SSOP) Rumah PotongHewan (RPH) FORM MONITORING SSOP

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Mambal Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik D.I

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

PENERAPAN RANTAI PASOK HALAL PADA KOMODITAS DAGING AYAM DI KABUPATEN PONOROGO

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

b. Sapi/kerbau: Berumur di atas 2 (dua) tahun ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap. (Lihat Gambar 1b).

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, karena daging merupakan sumber protein

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING

MENETAPKAN KESIAPAN HEWAN UNTUK DISEMBELIH

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

EVALUASI GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DI RPH KATEGORI II

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perda

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

PEDOMAN SURVEI KARKAS

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT

PEMOTONGAN HEWAN HARI RAYA IDUL ADHA (QURBAN)

Mutu karkas dan daging ayam

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PENANGANAN DAN DISTRIBUSI KARKAS DAN NON KARKAS DARI TEMPAT PEMOTONGAN BABI JELETRENG GUNUNG SINDUR BOGOR MARIA ANITA GOBA

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

MEMERIKSA KELAYAKAN PROSES PENYEMBELIHAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

RPA objectives, development, principles, management and food safety

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG

Lampirran 1 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

Badan Standardisasi Nasional

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

mbenk _

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

KURBAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

PEMERINTAH KOTA BATU

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN DI KOTA METRO LAMPUNG. Tesis. Oleh Rohmatul Anwar

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

Press Release. 1. Terkait persiapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan:

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. hewan bagi konsumsi masyarakat umum dan digunakan sebagai tempat

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

Transkripsi:

56 Rumah Pemotongan hewan Jambi menuju SNI. Tribun Jambi [Internet]. http://jambi.tribunnews.com/rumah-pemotongan-hewan-jambi-menuju-sni. [11 Juli 2012]. Saeni. 1989. Kimia Lingkungan [diktat]. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Setiabudi, Bambang Tjahjono. 2005. Penyebaran merkuri akibat usaha pertambangan emas di daerah Sangon, kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Di dalam: Kolokium Hasil Lapangan DIM. Yogyakarta. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sunarlim R, Usmiati S. 2006. Profile of Sheep and Goat Carcass. Di dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Suparwoko. 2008. Puring paling top serap timbal [Internet]. http://www.trubusonline.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&ci d=1&artid=14. [4 Januari 2010]. Surat Keputusan Mentri Pertanian. 1992. SK Nomor 431/Kpts/TN.310/7/1992 tentang syarat dan tata cara penyembelihan ternak serta penanganan daging. Swatland HJ. 1984. Stucture and Development of Meat Animals. New Jersey: Precentice Hall, Inc., Englewood Cliffs. Syamsir E. 2010. Nilai nutrisi daging [Internet]. http://ilmupangan.blogspot.com. [15 Januari 2012]. Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit Andi. Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lampiran I kuisioner GSP pada Tempat Pemotongan Kambing From GSP di Tempat Pemotongan Kambing Nama Tempat : Alamat : Petunjuk : berilah tanda ( ) pada kolom pengamatan yang sesuai dengan

57 keadaan dilapangan No Parameter Bobot Nilai 1. Tahapan Penerimaan dan 7,50 Penanmpungan Ternak 1. Hewan ternak yang baru datang 1,25 harus diturunkan dari alat angkut dengan hati-hati dan tidak membuat ternak stress 1,25 2. Dilakukan pemeriksaan dokumen (surat kesehatah hewan, surat keterangan asal hewan, surat 1,50 karantina, dsb) 3. Hewan ternak harus diistirahatka terlebih dahulu dikandang penampungan minimal 12 jam 1,75 sebelum pemotongan 4. Hewan ternak harus dipuasakan 1,75 tetapi tetap diberi minum kurang lebih 12 jam sebelum dipotong 5. Hewan ternak harus diperiksa kesehatannya sebelum dipotong (pemeriksaan antemortem) 2. Tahapan pemeriksaan antemortem 12,50 1. Pemeriksaan antemortem 3,50 dilakukan oleh dokter hewan atau petugas yang ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan (surat keputusan 4,50 Bupati/Walikota/Kepala Dinas) 2. Hewaan ternak yang dinyatakan sakit atau diduga sakit dan tidak boleh dipotong atau ditunda pemotongannya, harus segera 4,50 dipisahkan dan ditempatkan pada kandang isolasi untuk pemeriksaan lebih lanjut 3. Apabila ditemukan penyakit menular atau zoonosis, maka dokter hewan/petugas yang ditunjuk harus segera mengambil tindakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan 3. Persiapan pemotongan ternak 7,50 1. Ruangan proses produksi dan 2,50 peralatan harus dalam kondisi bersih sebelum dilakukan proses penyembelihan 1,25 2. Hewan ternak harus ditimbang 1,25 sebelum dipotong Pengamatan Ya Tidak Ket

58 3. Hewan ternak harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air (disemprot) sebelum masuk 2,50 ruangan pemotongan 4. Hewan ternak digiring dari kandang penampung ke ruangan pemotongan melalui gang way dengan cara yang wajar dan tidak membuat stress pada ternak 4. Proses penyembelihan 20,0 1. Hewan ternak harus dipingsankan atau tidak dipingsankan 2. Apabila dilakukan pemingsanan, maka tatacara pemingsanan harus mengikuti Fatwa MUI tenatang tata cara pemingsanan hewan yang diperbolehkan 2,25 2,25 2,25 3. Apabila tidak dilakukan pemingsanan, maka tatacara menjatuhkan hewan harus dapat meminimalkan rasa sakit dan 5,00 stress 4. Apabila hewan ternak telah rebah dan telah diikat (aman) segera dilakukan penyembelihan sesuai dengan syariat islam, yaitu memotong bagian ventral leher dengan menggunakan pisau yang 2,00 tajam, sekali tekan tanpa diangkat sehingga memutus saluran 2,25 makanan, saluran pernafasan dan pembuluh darah 5. Proses selanjutnya dilakukan 2,00 setelah ternak benar-benar mati dan pengeluaran darah sempurna 6. Setelah hewan ternak tidak bergerak lagi, leher dipotong dan kepala dipisahkan dari bagian badan 2,00 7. Pada RPH yang fasilitasnya lengkap, kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikaitkan dan dikere (hoisted), sehingga bagian leher berada dibawah yang bertujuan agar proses penegluaran darah benar-benar sempurna dan siap untuk proses selanjutnya 8. Pada RPH yang belum memiliki fasilitas hoist, setelah hewan ternak benar-benar mati dipindahkan keatas keranda/penyangga karkas dan siap untuk dilakukan proses

59 selanjutnya 5 Tahap pengulitan 7,50 1. Sebelum proses pengulitan 2,50 dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan pengikatan pada saluran percernaan dileher dan anus, sehingga isi lambung dan feses tidak keluardan mencemari karkas 1,75 2. Pengulitan dilakukan bertahap, diawali dengan irisan panjang pada kulit sepanjang garis dada dan 1,25 bagian perut 3. Irisan dilanjutkan sepanjang 1,25 permukaan dalam (medial) kaki 4. Kulit dipisahkan mulai dari bagian 1,25 tengah ke punggung 5. Pengulitan harus hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada kulit dan terbuangnya daging 6. Pengeluaran jeroan 12,50 1. Rongga perut dan rongga dada dibuka dengan membuat irisan sepanjang garis perut dada 2. Organ-organ yang ada di rongga perut dan dada dikeluarkan dan dijaga agar rumen dan alat pencernaan lainnya tidak pecah/robek 3. Dilakukan pemisahan antara jeroan merah (hati, jantung, paru, limpa, ginjal dan lidah) dan jeroan hijau (lambung, usus, dan esophagus) 2,50 5,00 5,00 7. Pemeriksaan postmortem 12,50 1. Pemeriksaan postmortem dilakukan oleh dokter hewan atau petugas yang ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan 2. Pemeriksaan postmortem dilakukan terhadap kepala, isi rongga dada dan perut serta karkas 3. Karkas dan organ yang dinyatakan ditolak atau dicurigai harus segera dipisahkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut 4. Apabila ditemukan penyakit hewan menular dan zoonosis, maka dokter hewan/petugas yang ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan harus segera mengambil tindakan sesuai dengan prosedur yang 3,00 3,00 3,25 3,25

60 ditetapkan 8. Pembelahan karkas 7,50 1. Karkas dibelah dua sepanjang tulang dengan kapak yang tajam atau mesin yang disebut automatic cattle splinter 4,00 3,50 2. Pembelahan karkas dapat dilakukan menjadi dua/empat sesuai kebutuhan 9. Pelayuan (aging) 5,00 1. Karkas yang telah 3,75 dipotong/dibelah disimpan diruang yang dingin (<10 o C) 1,25 2. Karkas selanjutnya siap diangkut ke pasar 10. Pengangkutan karkas 7,50 1. Karkas/daging harus diangkut 3,00 dengan angkutan khusus daging yang didesain dengan boks tertutup, sehingga dapat mencegah kontaminasi dari luar 1,25 2. Jeroan dari hasil sampingannya diangkut dengan wadah atau alat angkut yang terpisah dengan alat 1,25 angkut karkas/daging 3. Karkas/daging dan jeroan harus disimpan dalam wadah/kemasan 2,00 sebelum disimpan dalam boks alat angkut 4. Untuk menjaga kualitas daging dianjurkan alat angkut karkas/daging dan jeroan dilengkapi dengan alat pendingin (refrigerator) TOTAL KOMULATIF 100 Lampiran 2 kuisioner SJH di Tempat Pemotongan Kambing From SJH di Tempat Pemotongan Kambing Nama Tempat : Alamat : Petunjuk : berilah tanda ( ) pada kolom pengamatan yang sesuai dengan

61 keadaan dilapangan No Parameter Bobot Nilai 1. Sumber daya manusia 2,50 1. Personil yang melaksanakan 0,50 pekerjaan berhubungan status kehalalan harus memiliki kompetensi yang sesuai meliputi petugas pemingsanan, penyembelihan dan supervisor halal 2. Personil harus mengikuti pelatihan 0,50 atau melakukan tindakan lain untuk mencapai kompetensi yang diperlukan 3. Manajemen RPH harus 0,50 memelihara rekaman mengenai pelatatihan keterampilan dan pengalaman personil 4. Personil harus dikontrol dan 0,50 disupervisi oleh LPPOM MUI atau lembaga sertifikasi halal yang diakui 5. Personil halal tidak boleh 0,50 merangkap sebagai pekerja/karyawan pada tempat pemotongan babi 2. Petugas penyembelihan 6,00 1. Beragama Islam 1,00 2. Berumur minimal 18 tahun 0,50 3. Berbadan dan berjiwa sehat 0,50 4. Taat menjalankan ibadah wajib 1,00 5. Memahami tatacara 1,00 penyembelihan sesuai syari at Islam 6. Lulus pelatihan penyembelihan 1,00 halal yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi halal 7. Memiliki kartu identitas sebagai 0,50 penyembelih halal dari lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh MUI atau lembaga yang berwewenang 8. Jumlah petugas penyembelihan 0,50 harus memadai dengan jumlah hewan yang disembelih perhari 3. Petugas pemingsanan 2,00 1. Berbadan dan berjiwa sehat serta 0,50 memiliki catatan kesehatan 2. Memahami tatacara pemingsanan 1,00 sesuai dengan persyaratan halal Pengamatan Ya Tidak Ket

62 3. Memiliki keahlian sebagai petugas 0,50 pemingsanan dan telah mengikuti pelatihan petugas pemingsanan 4. Supervisor halal 5,50 1. Beragama Islam 2. Berumur minimal 18 tahun 3. Berbadan dan berjiwa sehat 4. Taat menjalankan ibadah wajib 1,00 0,50 0,50 1,00 5. Memahami tatacara 1,00 penyembelihan sesuai syari at Islam 6. Disertifikasi oleh lembaga 0,50 sertifikasi Halal yang bekerjasama dengan instansi terkait 7. Memiliki kemampuan dalam 0,50 memeriksa proses pemotongan, mulai dari pra-penyembelihan hingga penyembelihan 8. Jumlah supervisior halal harus 0,50 memadai dengan jumlah hewan yang disembelih perhari 5. Lokasi dan fasilitas tempat pemotongan 2,50 1. Pada satu tempat pemotongan hanya dikhususkan untuk produksi daging hewan halal 2. Lokasi tempat pemotongan harus 0,50 1,00 terpisah dari tempat pemotongan/peternakan babi (minimal radius 2 KM) dan tidak terjadi kontaminasi silang antara tempat pemotongan halal dan tempat pemotongan/peternakan babi 3. Fasilitas tempat pemotongan 0,50 dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontaminsi antara produk halal dan non halal, maupun dengan barang najis 4. Tidak terjadi penggunaan fasilitas, 0,50 mesin dan alat secara bersamasama antara tempat pemotongan hewan halal dan non halal 6. Alat penyembelih 1,50 1. Harus tajam 0,50 2. Bukan berasal dari kuku, 0,25 gigi/taring, tulang 3. Ukuran dari alat penyembelih 0,25 harus disesuaikan dengan ukuran leher hewan yang akan disembelih 4. Alat penyembelih tidak diasah 0,50 didepan hewan yang akan disembelih

63 7. Pra-penyembelihan 3,50 1. Hewan yang akan disembelih 1,25 harus mempunyai waktu istirahat yang cukup dan mengikuti kaidah kesejahteraan 2. Dilakukan pemeriksaan ante 1,25 mortem oleh lembaga yang berwewenang 3. Rekaman hewan mati sebelum 1,00 sempat disembelih harus disimpan dan dipelihara 8. Tanpa pemingsanan 4,00 1. Pengendalian hewan harus 1,25 seminimal mungkin hewan stress dan kesakitan 2. Bila menggunakan sarana 1,25 pengendalian (restraining box), termasuk pengendalian secara mekanis harus dipastikan berfungsi baik dan dioperasionalkan secara efektif 3. Sesegera mungkin dilakukan 1,50 penyembelihan bila hewan telah terkendali dengan baik dan tenang 9. Dengan pemingsanan (stunning) 14,25 1. Stunning hanya menyebabkan 1,50 hewan pingsan sementara, tidak menyebabkan hewan mati sebelum disembelih 2. Tidak menyebabkan cidera 1,50 permanen atau merusak organ hewan yang dipingsankan, khususnya system syaraf pusat (SSP) 3. Tidak menyebabkan hewan 1,25 kesakitan 4. Bertujuan untuk mempermudah 1,00 penyembelihan 5. Peralatan stunning harus divalidasi 1,00 untuk menjamin terwujudnya syarat pada poin 1,2,3 dan 4 6. Peralatan stunning tidak digunakan 1,00 antara hewan halal dan non halal 7. Petugas pemingsanan harus 1,00 memastikan peralatan stunning dalam kondisi baik setiap akan memulai proses penyembelihan 8. Supervisor halal harus melakukan 1,00 verifikasi secara berkala untuk memastikan pelaksanaan stunning sesuai dengan metode dan parameter yang telah disetujui

64 pada syarat poin 5 9. Supervisor halal harus memastikan 1,00 bahwa pemingsanan tidak menyebabkan kematian pada hewan sebelum disembelih dengan memastikan pergerakan hewan 10. Harus dibuat rencana pemeliharaan 1,00 peralatan stunning 11. Harus dilakukan validasi untuk 1,00 menjamin efektivitas dari peralatan stunning dengan menggunakan instrument yang telah terkalibrasi 1,00 12. Esophagus plug dapat dipasang pada kerongkongan sepanjang tidak melukai hewan 13. Rekaman pemingsanan hewan 1,00 yang tidak sesuai dengan persyaratan harus disimpan dan dipelihara 10. Proses penyembelihan (Slaughtering) 17,00 1. Penyembelihan mengucapkan 5,00 Bismillahi Rahmanir Rahim atau Bismillahi Allahu Akbar yang diucapkan untuk tiap individu hewan 2. Posisi hewan ketika disembelih 2,00 bisa dalam posisi terbaring atau tergantung, dengan syarat penyembelihan harus dilakukan dengan cepat 3. Wajib terpotong tiga saluran yaitu: 2,50 pembuluh darah (vena jugularis dan arteri carotis disisi kiri dan kanan), saluran makanan (esophagus), dan saluran pernafasan (trachea) 4. Proses penyembelihan harus 1,50 dilakukan secara cepat dan tepat sasaran tanpa mengangkat pisau 5. Proses penyembelihan dilakukan 1,50 dari leher bagian depan dan tidak memutus tulang leher 6. Jika ada proses pemingsanan, 1,50 penyembelihan harus dilakukan sebelum hewan sadar ( maksimal 40 detik) 7. Supervisor halal harus 1,00 memasstikan terpotongnya 3 saluran, serta darah hewan berwarna merah dan mengalir deras saat disembelih 8. Hewan yang akan disembelih 2,00

65 disarankan untuk dihadapkan ke kiblat 11. Pasca penyembelihan 11,25 1. Harus dilakukan pemeriksaan 2,00 untuk memastikan hewan mati sebelum dilakukan penanganan atau proses selanjutnya 2. Waktu minimal antara pemotongan 1,25 dengan proses selanjutnya adalah 45 detik 3. Ruang/lokasi penanganan karkas 1,50 dan jeroan harus dipisah 4. Karkas dan jeroan yang berasal 2,00 dari hewan yang disembelih tidak memenuhi persyaratan halal harus diperlakukan sebagai non halal 5. Pemeriksaaan post mortem harus 1,50 dilakukan oleh petugas yang berwewenang 6. Rekaman karkas dan jeroan yang 1,00 tidak memnuhi persyaratan harus disimpan dan dipelihara 7. Khusus untuk penggunaan alat 1,00 pemingsanan mekanis (percussive pneumatic stun/mushroom head stan) harus dilakukan pemeriksaan broken scull serta rekamannya harus disimpan dan dipelihara 8. Electrical stimulation yang 1,00 digunakan untuk mempercepat keluarnya darah dan menghindari gerakan hewan yang membahayakan bagi penyembelih diperbolehkan sepanjang tidak mematikan 12. Penanganan dan penyimpanan 15,00 1. Karkas/daging/jeroan halal dan 3,00 non halal harus ditangani dan disimpan pada tempat yang terpisah 2. Karkas/daging/jeroan halal harus 3,00 ditangani dan disimpan dengan baik untuk menghindari kontaminasi silang dengan bahan dan cemaran lainnya 3. Ruang/gudang penyimpanan harus 2,75 bebas dari produk non halal 4. Jika tempat pemotongan 2,50 menghasilkan produk halal dan non halal, maka harus dilakukan penandaan sehingga memudahkan untuk penelusuran balik atas

66 produk yang bersangkutan 5. Jika ditempat pemotongan 2,50 menghasilkan produk halal dan non halal, maka penyimpanan dilakukan secara baik dengan cara member warna rak yang berbeda antara rak untuk produk halal dan non halal serta mencantumkan tanda Halal dan Non Halal di masing-masing rak 6. Rekaman karkas/daging/jeroan non 1,25 halal harus disimpan dan dipelihara 13. Pengemasan dan pelabelan 10,00 1. Kemasan harus memiliki identitas halal, seperti logo halal atau 2,50 barcode, untuk menandai kehalalan dari produk, sehingga memudahkan untuk penelusuran balik atas produk yang bersangkutan 2. Pemberian identitas halal 2,00 dicantumkan pada kemasan produk sebelum memasuki ruang/gudang penyimpanan 3. Label harus secara spesifik 1,50 menjelaskan perbedaan halal dan non halal 4. Proses pengiriman daging/jeroan harus disertai dengan label, mulai dari penyiapan (pengepakan dan pemasukan kedalam container), pengangkutan hingga penerimaan 2,00 5. Label sekurang-kurangnya harus memuat informasi logo halal, 2,00 tanggal penyembelihan, nama/nomor tempat pemotongan, alamat dan Negara asal tempat pemotongan, serta berat bersih 14. Transportasi 5,00 1. Alat pengiriman harus khusus untuk membawa atau mengangkut daging halal saja, tidak boleh 3,00 digunakan bersamaan atau bergantian untuk mengangkut produk non halal 2. Alat pengiriman harus bebas dari 2,00 najis dan cemaran lain Total komulatif 100