KANDUNGAN IODIUM DALAM GARAM TAHUN 2003 DAN 2012 DI KABUPATEN BANYUMAS THE IODINE CONTENT IN SALT IN BANYUMAS DISTRICT ON 2003 AND 2012.

dokumen-dokumen yang mirip
SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS

Sekapur Sirih. Purwokerto, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Ir. Suherijatno

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Endo Dardjito' dan Edwi Saraswahz

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMETAAN APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

HASIL-HASIL PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANYUMAS

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB

LYDIA NURVITA RACHMAWANTI J

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

DISTRIBUSI KOMODITAS ANDALAN SUBSEKTOR PERIKANAN BERBASIS POTENSI WILAYAH DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ABSTRACT

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk di Indonesia. Faktor yang ditimbulkan akibat kurang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan. menghambat pembangunan (Depkes RI, 2005 ).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN BANYUMAS PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi. Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

Kadar Iodium dalam Garam Beriodium di Pasar, Warung dan Rumah Tangga di Desa Candirejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS

IDENTIFIKASI KUALITAS GARAM BERIODIUM YANG BEREDAR DI PASAR DAN WARUNG DI KECAMATAN BERAMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2010 SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

EVALUASI EFISIENSI TEKNIK SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di hutan atau pun kebun. Jamur dapat tumbuh di mana mana

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan. masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius.

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGHENTIAN SUPLEMENTASI KAPSUL IODIUM DI KABUPATEN MAGELANG. Styawan Heriyanto

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2014

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ULAK KARANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

EVALUASI EFISIENSI TEKNIK SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Barokatuminalloh 1)

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

Apa yang dimaksud dengan Yodium?

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI SEKOLAH UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. (Oktariana, 2009). Mutalazimah (2009) menambahkan bahwa GAKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

PEMETAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI DEA SELO, KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ancaman global untuk kesehatan dan perkembangan di seluruh dunia, karena

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKjIP ) DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2016

Purwokerto, Juli 2013 Juni Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas. Ir. H. SUGIYATNO, MM NIP

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN

POTENSI KABUPATEN BANYUMAS SEBAGAI DAERAH BINAAN BPT-HMT BATURRADEN DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN BIBIT SAN PERAH DI TINGKAT PETERNAKAN RAKYAT

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN KADAR IODIUM GARAM KONSUMSI DAN TINGKAT KONSUMSI IODIUM DENGAN KADAR EKSKRESI IODIUM URIN (EIU) WANITA USIA SUBUR

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMBANG DAERAH KABUPATEN BANYUMAS. BPS Kabupaten Banyumas

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

Tingkat konsumsi garam beryodium dan kaitannya dengan gangguan akibat kekurangan yodium ibu hamil Tri Endang Irawati 1, Hamam Hadi 2, Untung Widodo 3

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa

Transkripsi:

KANDUNGAN IODIUM DALAM GARAM TAHUN 2003 DAN 2012 DI KABUPATEN BANYUMAS THE IODINE CONTENT IN SALT IN BANYUMAS DISTRICT ON 2003 AND 2012 Endo Dardjito Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT Endemic goitre is one of problems of nutrition in the Banyumas, especially the regions of mountains such as Districts, and tune the Baturaden, Pekuncen, Sumbang. Survey results conducted in 1980 found as much as 27% incidence of mumps has declined sharply, and when implemented in the 1996 survey and there is only as much as 3.5%, increased as much as 11,4 % survey in 2007. One of the efforts made to reduce the prevalence of goiter was popularized by beriodium salt. The purpose of this research is to know the content of iodium in salt in circulation in 2003 and 2012. Sample research is outstanding in the market salt in Banyumas randomly selected. Data collection was carried out in 2003 and 2012. To know the content of iodine in salt iodine test is done through and continued with the test titration. In general the content of iodium in salt dropped from 75.4% (2003 survey) into 48,7% (survey in 2012), most of the salt had circulated iodium trademarks (98.4% survey 2003) and 89,4% by 2012, survey), most (89.2%) of salt shaped smooth iodium circulating (as of 2003 survey) decreased to 56.3% (survey in 2012) and the majority (74.2%) both have outstanding salt trademarks (2003 survey) to decline increased to 83.1% (survey in 2012). The need for improved monitoring and surveillance by employing service related to salt beriodium circulating on the market to maintain quality/quality of salt (30-80 ppm), the need for strict sanctions by the rules that apply to producers of salt/seller of iodium salt are not eligible (& lt; 30 ppm) by Department/Agency that has the authority, the Test simply through a solution of yodina test needs to be further enhanced and promoted Keywords: iodine content, salt, titration test PENDAHULUAN Gondok endemik merupakan salah satu permasalahan gizi yang ada di Kabupaten Banyumas. Pada tahap ringan penyakit gondok tidak dianggap sebagai permasalahan yang memerlukan penanganan secara serius dan mendesak, padahal apabila tidak mendapat perhatian yang serius gondok dapat mengakibatkan timbulnya kretin dengan kelainan yang menyertainya seperti adanya gangguan

perkembangan saraf, mental, fisik serta psikis. Orang dengan kretin sebagian besar hidupnya akan menjadi beban bagi anggota keluarganya (Depkes RI 2002). Penderita gondok di Kabupaten Banyumas, terutama terdapat pada wilayah bagian utara atau wilayah pegunungan seperti Kecamatan Baturraden, Pekuncen dan Sumbang, Hasil survei yang dilakukan tahun 1980 ditemukan sebanyak 27% dan telah menurun secara tajam ketika dilaksanakan survey ulang tahun 1996 dan hanya terdapat sebanyak 3,5 % penduduk yang menderita gondok (Dinkes Banyumas, 2003). Prevalensi kecamatan Baturaden sebesar 17,3%, Pekuncen 17% dan Sumbang 11,3%. Hasil survei tahun 2007 yang dilaksanakan pada 6 kecamatan yaitu Baturraden, Pekuncen, Sumbang, Kedungbanteng, Cilongok dan Ajibarang meningkat kembali menjadi 11,4 % (endemis ringan) (Dinkes Banyumas, 2007). Meskipun dalam kategori ringan, perhatian dan penanganan terhadap penyakit gondok tetap diperlukan. Berbagai upaya dilakukan baik melalui penyuluhan secara langsung melalui petugas Puskesmas, media massa (koran), media elektronik (radio) maupun pemberian bantuan garam beryodium sebagai contoh pada beberapa daerah endemis. Kabupaten Banyumas termasuk daerah endemis ringan, sehingga penanggulangan penyakit gondok diarahkan melalui penggunaan garam beriodium. Pemilihan garam beriodium dirasakan sangatlah tepat karena mudah dan murah. Penggunaan garam dengan kandungan KIO 3 30 80 ppm dapat memenuhi keperluan tubuh akan yodium 50 ug/kg BB. Bila kandungan KIO 3 tidak terpenuhi, maka intervensi ini kemungkinan akan menemui kegagalan dan berakibat program penanggulangan gondok kurang berhasil. Salah satu cara untuk menjamin mutu garam beryodium yang beredar adalah dengan cara memonitor peredaran garam langsung dilapangan dengan cara pengambilan sampel dan diuji dilaboratorium atau diuji secara langsung dengan menggunakan Yodina Test (Depkes RI, 1995). Untuk mengetahui kualitas garam beriodium yang beredar dimasyarakat, Dinas Kesehatan telah melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi secara langsung dengan memeriksa garam yang beredar di pasar se Kabupaten Banyumas pada tahun 2003 dan tahun 2012.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui kandungan iodium, merk dagang garang beriodium, jenis garam, nomor MD/SP garam beroiudium yang beredar di pasar se Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan 2012. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah garam beriodium yang dijual di seluruh pasar di wilayah kecamatan di kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 18 kecamatan (2003) dan 23 kecamatan (2012). Pengambilan sampel secara simple random sampling yaitu memilih secara acak garam beriodium yang dijual di pasar se Kabupaten Banyumas dan dipilih secara acak. Total jumlah garam beriodium yang yang terpilih sebanyak 134 bungkus garam (survei tahun 2003) dan 160 bungkus garam (survei tahun 2012). Data penelitian berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari dinas kesehatan Banyumas HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kandungan Kadar Yodium Pada Garam Yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2012 Kandungan yodium dikatakan cukup bila mengandung yodium ( 30-80 ppm ), kurang ( > 0-29 ppm), tidak mengandung yodium (0 ppm). Hasil penelitian kandungan yodium yang terdapat dalam garam beriodium yang beredar di Kabupaten Banyumas seperti terlihat pada tabel 1. Tabel. 1. Kandungan Kadar Yodium Pada Garam Yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan Tahun 2012 No Kecamatan % garam yg mengandung iodium tahun 2003 Cukup Kurang Tidak % garam yg mengandung iodium tahun 2012 Cukup Kurang Tidak

1 Gumelar 79,6 9,5 11 80 20 0 2 Lumbir 84,3 3 12,7 80 0 20 3 Sokaraja 87,3 12,7 78 11 11 4 Kemranjen 52,4 6,4 41,2 75 25 0 5 Tambak 39,7 27 33,3 75 12.5 12.5 6 Banyumas 69,8 27 3,2 75 12.5 12.5 7 Rawalo 42,9 12,7 44,4 67 33 0 8 Somagede 44,4 52,4 3,2 62.5 37.5 0 9 Cilongok 79,5 9,5 11 50 50 0 10 Ajibarang 88,9 6,4 4,7 50 37.5 12.5 11 Patikraja 87,3 12,7 50 25 25 12 Baturaden 96,8 0 3,2 50 37.5 12.5 13 Sumbang 95,2 0 4,8 44 44 12 14 Kebasen 73 12,71 14,3 42.8 42.8 14.2 15 Wangon 80,9 11 8,1 37.5 62.5 0 16 Kalibagor 96,9 3,1 37.5 50 12.5 17 Sumpiuh 46 27 27 33 50 16 18 Kedungbanteng 96,9 3,1 33 50 16 19 Purwojati Tidak menjadi sampel 33 67 0 20 Jatilawang Tidak menjadi sampel 33 50 17 21 Pekuncen Tidak menjadi sampel 22 67 11 22 Kembaran Tidak menjadi sampel 16 67 17 23 Karanglewas Tidak menjadi sampel 10 80 10 Total sampel 101 14 19 78 66 16 75,4 10.4 14.2 48,7 41,3 10 Dari tabel tabel 1 terlihat bahwa sampel garam berasal dari 18 pasar pada survei tahun 2003 (134 sampel garam) dan 23 pasar survei tahun 2012 (160 sampel garam). yang ada di Kabupaten Banyumas. Kualitas garam beriodium yang beredar terjadi penurunan yang cukup tajam dari 75,4 % monitoring tahun 2003 yang mengandung iodium cukup menjadi 48,7 % monitoring tahun 2012. Menurunnya kandungan iodium dalam garam yang beredar harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah karena kasus kejadian gondok meningkat kembali sesuai hasil survei tahun 2007 sebesar 11,4 %. Menurunnya kualitas garam diduga terjadi karena beberapa hal antara lain bertambahnya merek garam yang beredar, penyimpanan yang terlalu lama dan atau masih cukup banyaknya garam non iodium yang dijual di pasar. Hasil monitoring memperlihatkan bahwa pasar menjual garam beriodium yang cukup (30 80 ppm) pada daerah endemis juga mengalami penurunan drastis seperti terlihat pada tebel 2.

Tabel 2. Kandungan Kadar Iodium Cukup (30 80 ppm) pada Kecamatan No Endemis GAKI di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan Tahun 2012 Kecamatan Kandungan iodium Tahun 2003 (%) Tahun 2012 (%) Cilongok 79,5 50,0 Ajibarang 88,9 50.0 Baturaden 96,8 50,0 Sumbang 95,2 44,0 Kedungbanteng 96,9 33,0 Pekuncen Tidak menjadi sampel 22,0 Dari tabel 2 tersebut terlihat bahwa kandungan iodium cukup (30 80 ppm) dalam garam beriodium yang beredar di daerah endemis GAKI menurun dari sekitar 80 % (survei tahun 2003) menjadi 50 %, bahkan di kecamatan Pekuncen (22%) dan Kedungbanteng (33 %) sangat rendah. Menurunnya kualitas garam beriodium yang beredar pada kecamatan endemis dikhawatirkan akan memberi pengaruh terhadap kejadian GAKI di masa mendatang. Menurut Machael, 2008. suatu Negara dengan program iodisasi garam yang memenuhi standart yang dipersaratkan, efektif memperlihatkan hasil pengurangan prevalensi GAKI yang berkesinambungan. Keadaan sebaliknya terjadi bila kandungan iodium dalam garam yang beredar kurang memenuhi standart ( < 30 ppm) dapat mengakibatkan kecukupan iodium dalam tubuh tidak cukup, mengakibatkan produksi tiroksin menurun, akibatnya sekresi trigobulin oleh sel tiroid meningkatk yang menyebabkan kelenjar gondok membesar dan terjadi hyperplasia yang mengakibatkan gondok (Cahyadi, 2004). 2. Nama / Merek Dagang Garam yang Beredar di Kabupaten Banyumas tahun 2003 Setiap jenis barang hasil olah / hasil produksi yang diperjual belikan dan dikonsumsi oleh orang banyak seharusnya mempunyai nama / merek dagang. Hal ini dimaksudkan agar barang yang dijual dapat memenuhi ketentuan perdagangan yang berlaku dan tidak membahayakan bagi konsumen (UU No 15 tahun 2001). Garam beriodium yang beredar juga diharuskan mempunyai nama / merek dagang. Hasil survei pada tahun 2003 dan 2012 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. Nama / Merek Dagang Garam yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan Tahun 2012 No Kecamatan Persen garam bermerek Tahun 2003 Persen garam bermerek Tahun 2012 Tidak Tidak 1 Gumelar 90,9 9,5 100 0 2 Lumbir 100 75 25 3 Sokaraja 96,9 3,1 88.9 11.1 4 Kemranjen 100 100 0 5 Tambak 100 100 0 6 Banyumas 100 100 0 7 Rawalo 98,4 1,6 90 10 8 Somagede 100 100 0 9 Cilongok 100 75 25 10 Ajibarang 100 80 20 11 Patikraja 93,6 6,4 83.3 16.7 12 Baturaden 100 87.5 12.5 13 Sumbang 100 83.3 16.7 14 Kebasen 98.5 1,5 88.9 11.1 15 Wangon 100 83.3 16.7 16 Kalibagor 100 100 0 17 Sumpiuh 100 88.9 11.1 18 Kedungbanteng 100 87.5 12.5 19 Purwojati Tidak menjadi sampel 87.5 12.5 20 Jatilawang Tidak menjadi sampel 87.5 12.5 21 Pekuncen Tidak menjadi sampel 85.7 14.3 22 Kembaran Tidak menjadi sampel 83.3 16.7 23 Karanglewas Tidak menjadi sampel 83.3 16.7 98,4 1,6 89.4 10.6 Pada tabel 3 terlihat garam beriodium yang beredar di Kabupaten Banyumas tahun 2003 hampir seluruhnya (98,4%) mempunyai nama/merk dagang, menurun menjadi 89,4% survei tahun 2012. Penurunan ini diduga karena adanya beberapa garam baru yang beredar di pasar belum mempunyai merek. Secara umum bisa dikatakan bahwa garam beriodium yang beredar di Kabupaten Banyumas sudah baik yaitu terdaftar dan dapat dipertanggung jawabkan. Dari tabel 3 tersebut juga terlihat bahwa garam yang beredar di kecamatan endemis Cilongok, Ajibarang,

Baturraden, Kedungbanteng dan Sumbang terjadi penurunan garam beriodium yang mempunyai merek. Beberapa penyebab menurunnya jumlah garam beriodium tanpa merek yang beredar di kabupaten Banyumas adalah karena kurangnya pengawasan dari dari instansi terkait dan tidak adanya pemberian sangsi yang tegas dari pihak yang berwewenang terhadap peredaran garam beriodium yang tidak memenuhi syarat. 3. Jenis / Bentuk Garam Yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 Jenis garam yang beredar di Kabupaten Banyumas mempunyai berbagai macam bentuk meliputi garam halus, krosok dan briket. Bentuk garam yang beredar umumnya disesuaikan dengan selera konsumen. Namun secara umum garam yang beredar di Kabupaten Banyumas sebagian besar (82,9 %) adalah garam halus survey tahun 2003 dan menurun cukup tajam menjadi 56,3 % survey tahun 2012 serta meningkatnya jenis garam krosok dari 2,9 % survei tahun 2003 menjadi 11,9 survey tahun 2012 seperti terlihat pada tabel 4. Garam beriodium halus memungkinkan kualitas kandungan iodium lebih terjamin karena proses pencampuran yang lebih mudah dan merata dibanding dengan garam krosok maupun briket. Menurunnya garam beriodium berkualitas (30-80 ppm) yang beredar di pasar sejalan dengan meningkatnya kejadian GAKI di Kabupaten Banyumas. Tabel 4. Jenis / Bentuk Garam Yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan Tahun 2012 Persen Bentuk Garam Tahun Persen Bentuk Garam Tahun N Kecamatan 2003 2012 o Halus Krosok Briket Halus Krosok Briket 1 Gumelar 87,4 3,1 9,5 75.0 0.0 25.0 2 Lumbir 100 75.0 25.0 0.0 3 Sokaraja 71,4 28,6 77.8 11.1 11.1 4 Kemranjen 93,8 1,5 4,7 62.5 0.0 37.5 5 Tambak 68,3 31,7 25.0 0.0 75.0 6 Banyumas 50,8 49,2 87.5 0.0 12.5 7 Rawalo 49,2 42,7 8,1 50.0 10.0 40.0 8 Somagede 100 50.0 10.0 40.0 9 Cilongok 100 75.0 25.0 0.0 10 Ajibarang 100 60.0 20.0 20.0 11 Patikraja 66,7 33,3 50.0 16.7 33.3 12 Baturaden 98,4 1,6 87.5 12.5 0.0

13 Sumbang 100 33.3 16.7 50.0 14 Kebasen 65,1 34,9 33.3 11.1 55.6 15 Wangon 100 50.0 16.7 33.3 16 Kalibagor 39,5 8,1 52,4 66.7 0.0 33.3 17 Sumpiuh 98,5 1,5 55.6 11.1 33.3 18 Kedungbanten 97 1,5 1,5 12.5 g 62.5 25.0 19 Purwojati 50.0 12.5 37.5 20 Jatilawang 62.5 12.5 25.0 21 Pekuncen 28.6 14.3 57.1 22 Kembaran 50.0 16.7 33.3 23 Karanglewas 50.0 33.3 16.7 Jumlah 82,9 2,9 14,2 56.3 11.9 31.9 Garam halus yang beredar pada kecamatan endemis seperti Cilongok, Ajibarang, Baturraden, Kedungbanteng menurun drastis, bahkan kecamatan Sumbang dan Pekuncen sampei 33,3 % dan 28,6 %. 4. No MD/SP Garam Yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan Tahun 2012 Selain merek dagang, garam beryodium yang beredar seharusnya juga mempunyai nomor MD/SP dengan tujuan untuk memberikan bukti bahwa garam yang diproduksi telah mendapatkan ijin dari pihak yang berwewenang. Pada tabel 5 terlihat bahwa sebagian besar (74,2%) garam beryodium yang beredar mempunyai ijin dari pihak yang berwenang, dibuktikan dengan adanya nomor MD/SP. Namun demikian bila dilihat per kecamatan masih adanya kecamatan yang menjual garam tidak ada nomor MD/SP nya seperti di Kecamatan Gumelar, Somagede dan Patikraja. Tidak adanya nomor MD/SP merupakan dasar untuk pembinaan terhadap produsen yang masih belum mematuhi aturan yang berlaku. Tabel 5. Nomor MD / SP Garam Yang Beredar di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 dan Tahun 2012 No Kecamatan No MD No MD Tidak Tidak 1 Gumelar 11,1 88,9 100 0 2 Lumbir 69,9 30,1 75 25

3 Sokaraja 82,5 17,5 77.8 22.2 4 Kemranjen 69,8 30,2 87.5 12.5 5 Tambak 98,4 1,6 87.5 12.5 6 Banyumas 100 0 100 0 7 Rawalo 95,3 4,7 90 10 8 Somagede 36,5 63,5 100 0 9 Cilongok 73 27 75 25 10 Ajibarang 68,3 31,7 80 20 11 Patikraja 39,7 60,3 66.7 33.3 12 Baturaden 93,7 6,3 87.5 12.5 13 Sumbang 84,1 15,9 83.3 16.7 14 Kebasen 76,2 23,8 77.8 22.2 15 Wangon 84,1 15,9 83.3 16.7 16 Kalibagor 100 0 100 0 17 Sumpiuh 49 51 77.8 22.2 18 Kedungbanteng 77,8 22,2 75 25 19 Purwojati 75 25 20 Jatilawang 75 25 21 Pekuncen 71.4 28.6 22 Kembaran 83.3 16.7 23 Karanglewas 83.3 16.7 74,2 25,8 83.1 16.9 Dari tabel 5 terlihat bahwa sebanyak 74,2 % (survei tahun 2003) garam beriodium yang beradar telah mempunyai nomor MD/SP meningkat menjadi 83,1 % survei tahun 2012. terjadinya peningkatan ini mengindikasikan membaiknya kesadaran produsen garam untuk mendaftarkan produknya ke pihak yang berwewenang dengan merek tertentu. Merek merupakan tanda Pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya. Selain itu merek dagang merupakan alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebutkan mereknya, sebagai jaminan atas mutu barangnya dan menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan a. Secara umum peredaran garam berodium di Kabupaten Banyumas yang memenuhi syarat (30-80 ppm) menurun dari 75,4 % monitoring tahun 2003 menjadi 48,7 % monitoring tahun 2012.

b. Garam beriodium yang beredar di Kabupaten Banyumas hampir seluruhnya (98,4%) mempunyai nama/merk dagang. (98,4%) survei tahun 2003 dan 89,4% survey tahun 2012 c. Jenis/bentuk garam yang beredar di kabupaten Banyumas sebagian besar (82,9%) survei tahun 2003 menurun cukup tajam menjadi 56,3 % survey tahun 2012 d. Garam beriodium yang beredar sebagian besar (74,2%) survei tahun 2003 telah mempunyai ijin dari pihak yang berwenang, dibuktikan dengan adanya nomor MD/SP meningkat menjadi 83,1 % survey tahun 2012 B. Saran a. Perlunya peningkatan monitoring dan pengawasan oleh dinas/instansi yang terakit terhadap garam beriodium yang beredar di pasar untuk menjaga kualitas/mutu garam (30 80 ppm) b. Perlunya pemberian sanksi yang tegas sesuai aturan yang berlaku bagi produsen /penjual garam beriodium yang tidak memenuhi syarat (< 30 ppm) oleh dinas/instansi yang mempunyai wewenang. c. Uji kandungan iodium secara sederhana melalui larutan yodina tes perlu lebih ditingkatkan dan dimasyarakatkan. DAFTAR PUSTAKA Cahyadi, W. 2004. Peranan Iodium dalam Tubuh. http://www.pikiranrakyat.com.html Depkes RI, 2002, Kretin Akibat Kurang Yodium, Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2003. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Dinkes Banyumas, Purwokerto Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2007. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Dinkes Banyumas, Purwokerto

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2012. Laporan Program Perbaikan Gizi Dinkes Banyumas, Purwokerto Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman, Ditjen POM. 1995,. Monitoring dan Evaluasi Garam Beryodium disampaikan pada Pertemuan Nasional Penyusun Strategi Penanggulangan GAKY menuju Universal Iodisasi Garam. Depkes RI, Jakarta Machael, J.B., Barrie, M.M., John M.K., Lenore A. Gizi Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta, 2008 Undang Undang No 15, Tahun 2009. Kemenhumham.