PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) adalah air susu yang diproduksi oleh ibu untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Noveri Aisyaroh 1), Is Susiloningtyas 2), Mubarok 3) Universitas Islam Sultan Agung Semarang Email : noveri@unissula.ac.id ABSTRAK Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada 2 penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu 1) kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan, 2) akibat adanya penyakit yang menyebabkan infeksi. Faktor utama yang memengaruhi tumbuh kembang bayi secara normal adalah asupan makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal, WHO/UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6 bulan. Jumlah penduduk 6784 jiwa dengan jumlah bayi usia 0 11 bulan sebesar 1,08%. Desa Batur terdiri dari 19 Dukuh dimana masing-masing dukuh mempunyai 1 posyandu, saat ini jumlah kader sebanyak 97 orang. Penggerak 19 posyandu yang ada di Desa Batur adalah 2 bidan desa yang bertempat tinggal menetap. Permasalahan Desa Batur adalah cakupan ASI eksklusif yang masih rendah, masih banyak bayi yang berusia < 6 bulan sudah diberi makanan tambahan. Disamping itu juga, bayi mendapatkan makanan tambahan tidak sesuai dengan tahapan usianya. IbM ini bekerjasama dengan 2 mitra yaitu bidan desa Uci dan Dinna. Mitra adalah penanggung jawab 19 posyandu dan penggerak kader. Solusi yang ditawarkan bertujuan untuk mengoptimalkan mitra dalam menyampaikan informasi tentang MP-ASI sehingga pengetahuan masyarakat tentang MP-ASI menjadi baik yang diharapkan kasus gizi kurang menjadi tidak ada. Keluaran yang dihasilkan adalah penerapan IPTEK, peningkatan ketrampilan pembuatan MP-ASI dan buku panduan. Pelaksanaan kegiatan dengan penerapan/transfer IPTEK yang dilakukan secara langsung pada tanggal 22 Juni 2016 dengan sasaran kader yang berasal dari 19 Posyandu sejumlah 90 kader dan dihadiri oleh mitra, ahli gizi dari Puskesmas Getasan serta dari pihak Kelurahan dimana sebelumnya dilakukan koordinasi dengan mitra, kepala puskesmas serta kelurahan. Bentuk transfer IPTEK diawali dengan pre test dan di akhiri dengan post test, edukasi disampaikan dengan metode yang mudah dipahami yaitu memberikan materi tentang standar emas nutrisi bayi (WHO) dan penekanan pada MP-ASI lokal atau rumahan mulai 6 bulan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatannya kemudian semua peserta mencoba membuat secara langsung pada saat itu dengan peralatan yang telah diberikan oleh tim pengusul kepada masing-masing posyandu 1 paket peralatan pembuatan MP-ASI dan buku panduan sebagai pegangan kader. Tingkat pemahaman kader dari hasil pre test dan post test meningkat sebesar 1,45%, peserta mampu membuat MP-ASI sesuai yang diajarkan serta bisa menggunakan peralatan yang ada. Hal terpenting dari kegiatan ini adalah para kader akan mentransferkan atau mengajarkan kepada masyarakat secara langsung pada saat pelaksanaan posyandu setiap bulannya. Kata Kunci : MP-ASI, Kader, Ketrampilan membuat MP-ASI 573

A. PENDAHULUAN Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada 2 penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu 1) kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. 2) akibat adanya penyakit yang menyebabkan infeksi. Hal ini disebabkan karena rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya gizi buruk yaitu 1) faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat, 2) perilaku dan budaya dalam pengelolaan pangan dan pengasuhan anak, 3) pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Faktor utama yang memengaruhi tumbuh kembang bayi secara normal adalah asupan makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Hal tersebut, sangat bermanfaat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan serta menjaga kesehatan (upaya pencegahan berbagai penyakit atau masalah kesehatannya). Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal, WHO/UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di Indonesia ditindaklanjuti dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak, yaitu memberikan ASI dalam 30 menit setelah melahirkan, memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak lahir sampai berumur 6 bulan, memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Glikinis, 2006). Pemberian makanan tambahan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan karena imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan bayi usia < 6 bulan. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka gerbang masuknya berbagai jenis penyakit. Hasil riset menunjukkan bahwa bayi yang mendapat MP-ASI sebelum usia 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas. Pemberian MP-ASI pertama dimulai pada usia 6 bulan haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah yang mempunyai resiko alergi yang tinggi. Untuk membuat makanan bayi pilihlah bahan makanan dengan kualitas terbaik dengan bahan dasar lokal. Disamping itu juga perkenalkan berbagai jenis makanan dengan mengkombinasikan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisnya. Jenis MP-ASI baik tekstur, frekuensi dan porsi makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan. Desa Batur Kecamatan Getasan merupakan daerah pengunungan dengan ketinggian 1200 m 2, curah hujan 2500 mm dan suhu rata-rata 30 0 C. Jumlah penduduk 6784 jiwa dengan jumlah bayi usia 0 11 bulan sebesar 1,08%. Desa Batur terdiri dari 19 Dukuh dimana masing-masing dukuh mempunyai 1 posyandu, saat ini jumlah kader sebanyak 97 orang. Penggerak 19 posyandu yang ada di Desa Batur adalah 2 bidan desa yang bertempat tinggal menetap. Permasalahan Desa Batur adalah cakupan ASI eksklusif yang masih rendah, masih banyak bayi yang berusia < 6 bulan sudah diberi makanan tambahan. Disamping itu juga, bayi mendapatkan makanan tambahan tidak sesuai dengan tahapan usianya. Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian MP- ASI sesuai usia bayi melalui program UPKG (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga), yaitu upaya pendidikan terpadu untuk meningkatkan produksi makanan bergizi di lahan pekarangan 574

sekitar rumah, dipergunakan untuk konsumsi meningkatkan kondisi kesehatan gizi keluarga. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pemberian MP-ASI sesuai dengan tahapannya sehingga status gizi balita menjadi baik. B. SUMBER INSPIRASI Desa Batur terdiri dari 19 Dukuh dimana masing-masing dukuh mempunyai 1 posyandu, saat ini jumlah kader sebanyak 97 orang. Penggerak 19 posyandu yang ada di Desa Batur adalah 2 bidan desa yang bertempat tinggal menetap. Dengan banyaknya posyandu dan banyaknya bayi yang sudah diberikan MP-ASI sebelum berusia 6 bulan serta kurang tepatnya pemberian MP-ASI sesuai tahapan usia, sedangkan bahan dasar untuk pembuatan MP-ASI sangatlah banyak di Desa Batur tersebut. C. METODE Pengembangan intervensi untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan MP-ASI secara tepat kepada balita diberikan kepada 90 kader yang mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan dihadiri juga oleh kedua mitra, ahli gizi dari Puskesmas Getasan dan ibu Lurah. Untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan kader sebagai kepanjangan tangan dari mitra (bidan desa) yang akan mentransfer pengetahuan secara langsung kepada masyarakat yang mempunyai bayi dan balita dengan metode yang mudah dipahami yaitu mendemonstrasikan cara pembuatan MP-ASI berbahan dasar lokal dan rumahan yang diawali dengan pemberian materi terlebih dahulu. Sebelum penyampaian materi dan demonstrasi pembuatan MP-ASI, dilakukan pre test untuk mengetahui tingkat pemahaman kader serta diakhiri dengan post test. D. KARYA UTAMA Meningkatnya pengetahuan serta ketrampilan kader tentang ASI eksklusif dan MP-ASI diharapkan mampu mengajarkan kepada masyarakat secara langsung dan berkelanjutan setiap posyandu. Untuk memudahkan kader dalam mentransfer IPTEK kepada masyarakat, setiap posyandu juga dibekali set peralatan untuk pembuatan MP-ASI, poster dan buku panduan MP-ASI. Gambar 1. Pelaksanaan kegiatan Gambar 2. Tim Pengusul menyampaikan materi Gambar 3. Peserta mengerjakan pre-test 575

akan selalu memantau keberlanjutan kader dalam menyampaikan ke masyarakat setiap kegiatan posyandu. Gambar 4. Tim pengusul mendemonstrasikan cara pembuatan MP-ASI Gambar 5. Tim pengusul menyajikan MP-ASI sesuai dengan tahapan usia Gambar 6. Foto bersama tim pengusul dengan mitra E. ULASAN KARYA Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat sangatlah terbatas, dengan jumlah peserta/kader yang sangat banyak. Peralatan dan buku MP-ASI juga masih sebatas 1 set, sehingga peralatan yang ada harus digunakan dan dijaga bersama sebagai inventaris posyandu. Supaya keberlanjutan transfer IPTEK tetap berjalan, mitra sebagai bidan desa F. KESIMPULAN Dari sejumlah penelitian medis terakhir menyarankan bahwa makanan padat sebaiknya dikenalkan pada bayi saat ia berusia 6 bulan. Karena di usia tersebut, sistem pencernaan dan sistem kekebalan tubuh anak relatif sudah sempurna dan siap untuk menerima makanan padat. Hal ini akan mengurangi kemungkinan resiko terkena alergi makanan. Dalam pemberian MPASI menurut MPASI WHO ini mudah sekali, bayi boleh makan apa saja dari menu meja makan keluarga dan harus diperhatikan: frequency (frekuensi MP-ASI), amount (jumlah takaran MP-ASI), thickness (tekstur makanan MP-ASI), variety (jenis), active/responsive feeding dan higiene. Jumlah kader yang mengikuti kegiatan 95,7% hadir dan peningkatan pengetahuan tentang ASI eksklusif, MP-ASI sebesar 1,45%. Seluruh kader yang hadir mengikuti dengan seksama dari awal sampai akhir dan ikut mendemonstarsikan secara langsung dengan bahan dan peralatan yang telah disediakan tim pengusul. Pendampingan MP-ASI ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana memberikan MP- ASI secara benar dan tepat. Kedua mitra merupakan bidan desa yang merupakan pelaksana langsung kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dibantu oleh kader yang berasal dari masyarakat itu sendiri, sehingga transfer informasi tentang MP-ASI lebih mudah dilaksanakan dan akan selalu berlanjut ke masyarakat. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dampak langsung dari kegiatan ini peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader tentang ASI eksklusif dan MP-ASI. Kader sebagai 576

kepanjangan tangan dari bidan desa selaku mitra dalam kegiatan ini dapat menyampaikan secara kontinue dan berkelanjutan kepada masyarakat dengan dipantau oleh bidan desa. Hasil post test kader tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dan MP-ASI mengalami kenaikan sebesar 1,45%, serta kader dapat membuat MP- ASI sesuai dengan tahapannya dengan bahan-bahan lokal dan rumahan yang ada disekitar pekarangan rumah. Penyampaian IPTEK yang diberikan kader secara terus-menerus kepada masyarakat supaya masyarakat sadar akan pentingnya ASI eksklusif dan tepat dalam pemberian MP-ASI sesuai dengan tahapan usianya. Sehingga cakupan ASI eksklusif mencapai target yang ada serta status gizi balita meningkat. H. DAFTAR PUSTAKA - Badriah, D.L. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung; Refika Aditama. - Data monografi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 2014. - Departement of Nutrition for Health and Development and World Health Organization. 2000. Complementary Feeding (Family foods for Breastfood Children). - Kepmenkes. RI. Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI). - Sitasari, A dan Isnaeni, I. 2014. Bikin MP-ASI dari menu keluarga. Jakarta: Fmedia. I. PENGHARGAAN Atas terselenggaranya kegiatan ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai kegiatan IbM ini. 2. H. Anis Malik Thoha, Lc.,MA.,Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang. 3. dr. Iwang Yusuf.,M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Unissula. 4. dr. Bagus Panuntun selaku Kepala Puskesmas Getasan 5. Wiwin Setyowati selaku Ibu Lurah Desa Batur 6. Bidan Uci Novitawati dan Bidan Dinna Siti Fanni mah selaku mitra 7. Rekan dosen dan mahasiswa yang telah membantu dalam kegiatan IbM ini. 8. Serta semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami berharap masukan dan saran perbaikan untuk laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin. 577