1) Membantu usaha pemberantasan penyakit paru-paru. 2) Melaksanakan sistim rujukan (referal) dalam usaha pencegahan, diagnosa

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BIAYA PADA BALAI PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT PARU (BP4) SEMARANG TAHUN 2004 TESIS

ANALISIS BIAYA PADA BALAI PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT PARU (BP4) SEMARANG TAHUN 2004 TESIS

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 16 TAHuri,017 TENTANG PROGRAM PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Undang-

Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi dengan Metode Distribusi Ganda

A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: Yogyakarta, 17 Juni 2006

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

ANALISIS BIAYA PELAYANAN RAWAT INAP DI RUANG VIP CENDRAWASIH RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

ANALISIS BREAK-EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MEMBANTU DALAM PENENTUAN TARIF PERAWATAN PADA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada

JASA PELAKSANA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( TEORI DAN PRAKTIS ) Oleh: Henni Djuhaeni

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

NALISIS PENENTUAN TARIFKLAS VVIP DAN VIP RUANG PAVILLIUN WIJAYA KUSUMA, STUDI KASUS DI BPRSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2004

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 11TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

4. Pengisian dan pengelolaan data perawatan dan rekam medis

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

Analisis Lingkungan Internal RS: Pendekatan Analisis dengan Kerangka Rantai Nilai. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Pemerintah dari Gubernur Jawa

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Investasi salah satu kebutuhan pokok di pusat layanan kesehatan meliputi pengadaan: Sarana fisik Alat medik Alat non medik Sumber daya manusia

RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. aliran biaya dua tahap. Tahap pertama adalah pembebanan sumber daya kegiatan,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Powered by TCPDF (

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

HUBUNGAN BIAYA VOLUME & LABA

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam. perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAGIAN KEUANGAN RUMAH SAKIT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Semakin banyak laporan yang dibutuhkan semakin banyak berkas yang harus disiapkan dan diisikan dan semakin banyak pula waktu serta tenaga yang

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, sehingga kelangsungan pertumbuhan. dapat mengelola dan dapat mengambil keputusan yang bermanfaat bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

ESTIMASI PERHITUNGAN BIAYA SATUAN PADA PROSEDUR PELAYANAN PERSALINAN METODE SECTIO CAESAREA STUDI KASUS RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Pemaparan RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 RS PELABUHAN MEDAN. Medan, September 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

Transkripsi:

1) Membantu usaha pemberantasan penyakit paru-paru. 2) Melaksanakan sistim rujukan (referal) dalam usaha pencegahan, diagnosa dan pengobatan penyakit paru-paru. Sesuai dengan Undang-undang otonomi daerah, maka mulai tahun 1999 BP4 Salatiga menjadi bagian dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Dengan kata Lain menjadi UPT DKK Salatiga. A. Perumusan Masalah Mengingat bahwa balai pengobatan penyakit paru-paru (BP 4) Salatiga sebagai sarana pemeriksaan medis penyakit dalam/paru-paru bagi masyarakat dari berbagai kalangan. Berdasarkan laporan yang dibuat balai pengobatan penyakit paru-paru Salatiga tahun 2005. Dimana jumlah penderita penyakit dalam pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 selalu fluktuatif. Jumlah penderita pada tahun 2005 menduduki peringkat yang paling tinggi, dengan jumlah penderita sebanyak 213 orang. Pada tahun 2003 sebanyak 44 orang, dan pada tahun 2004 sebanyak 31 orang. Sehingga untuk memeriksakan penyakit mereka, pemerintah harus mampu menyediakan lembaga kesehatan yang tidak hanya berorientasi pada laba, tetapi lembaga tersebut harus berorientasi juga pada sosial. Sebagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut, penentuan tarif harus mendapatkan perhatian yang cukup serius. Penetapan tarif yang pantas dapat membantu masyarakat ekonomi lemah. Penetapan tarif yang pantas tidak lepas dari penetapan anggaran yang diberikan. Rencana anggaran satuan kerja juga penting untuk mendapatkan perhatian, hal tersebut dikarenakan bahwa anggaran dapat digunakan sebagai tolok ukur dari kinerja/keberhasilan 1

2 organisasi. Kesenjangan antara anggaran dengan realita dapat berimbas pada tingginya penetapan tarif. B. Pertanyaan Penelitian. 1. Berapakah unit cost (biaya satuan) pelayanan kesehatan di balai pengobatan paru-paru Salatiga? 2. Berapakah tarif riil yang bisa direkomendasikan untuk waktu yang akan datang (future cost)? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Untuk menghitung biaya satuan (unit cost) pelayanan kesehatan di balai pengobatan paru-paru Salatiga, guna menentukan tarif riil yang direkomendasikan untuk waktu yang akan datang (future cost) 2. Tujuan khusus : a) Mengidentifikasi semua biaya yang mungkin timbul akibat adanya kegiatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru di Salatiga, berupa biaya langsung dan tidak langsung. b) Menganalisis semua kegiatan yang memberi konsekuensi biaya sesuai dengan variasi kegiatan di BP4 Salatiga. c) Mengidentifikasi dan menghitung semua biaya langsung yang terjadi di BP4 Salatiga. d) Mengidentifikasi dan menghitung semua biaya tidak langsung yang terjadi di BP4 Salatiga.

3 e) Menghitung per pelayanan dengan cara mengalokasikan tota biaya (langsung maupun tak langsung) ke setiap jasa pelayanan. f) Mendapatkan gambaran Recovery Rate (CRR) tarif BP4 Salatiga g) Menemukan Break Event Point (BEP) dari operasional BP4 Salatiga. h) Mengidentifikasi faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan tarif. E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat bagi Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru. Sebagai masukan dalam menentukan perencanaan dan pengendalian anggaran pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan dan pengidentifikasian sistem akuntansi biaya. 2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Sebagai salah satu elemen evaluasi dan kontrol BP4 serta memberikan masukan untuk perencanaan anggaran berikutnya. 3. Manfaat bagi Pemerintah Kota Salatiga. Sebagai masukan untuk dasar penetapan tarif pelayanan kesehatan BP4 dan merencanakan besarnya subsidi Pemerintah Kota Salatiga. 4. Manfaat bagi peneliti. Sebagai pengalaman dalam rangka menyusun tesis S2 di Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UNDIP dan memperkaya pengetahuan mengenai analisis biaya.

4 F. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Administrasi dan kebijakan kesehatan khususnya kajian bidang Ekonomi Kesehatan, dengan materi yang diteliti adalah analisis biaya pelayanan kesehatan untuk mendapatkan biaya satuan pelayanan dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan tarif di BP4 Salatiga. G. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan sebelumnya khususnya untuk Rumah Sakit dan Puskesmas, tetapi penelitian tentang analisis biaya pada Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) belum pernah dilakukan. Penelitian untuk Rumah Sakit, BKMM dan Puskesmas yang sudah pernah dilakukan antara lain : N o Nama peneliti Tabel 1.4 Keaslian Penelitian Judul Metode Variabe l Hasil 1. Yudri Bufia 2. Siti Goenarti Analisis Pendapatan dan Biaya serta kaitannya dengan subsidi silang rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang tahun 1999 Analisis Biaya Pelayanan Kese-hatan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Jawa Tengah di Semarang tahun 2001 Double Distribution dikombinasika n dengan analisis Break Even Point Real Hasil unit cost lebih tinggi dibanding tarif yaitu unit cost kelas utama 119.096 sedangkan tarif yang berlaku 87.171, unit cost kelas utama B 84.360 sedangkan tarif yang berlaku 62.114, unit cost kelas I 61.868 tarif yang berlaku 46.706, unit cost kelas II 34.497 tarif yang berlaku 23.350, unit cost kelas III 15.832 tarif yang berlaku 12.469. Hasil unit cost actual untuk biaya poliklinik sebesar 1.304. Pemeriksanaan spesialistik sebesar 3.124. Pemeriksaan Laboratorium sebesar 16.347, operasional

5 Lanjutan Tabel 1.4 kecil se-besar 14.525, operasi sedang sebesar 29.050, operasi besar 156.460 N o Nama peneliti Judul Metode Variabe l Hasil 3. Sadiyanto Analisis Biaya pada Balai Pengobatan Mata Kamandaka Purwokerta tahun 2002 4. Hudi K. Wahyu Analisis Tarif Pelayanan Kesehatan pada Balai Pengobatan anak Puskesmas Selabatu Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2002 5. Syahriani Analisis Biaya Pemeriksanaan Kimia Klinik pada Balai Laboratorium Kesehatan Semarang Tahun 2003 Double Distribution Double Distribution Real Biaya asli unit penunjang Kepala Balai Pemeriksaaan Mata 22.550.812, Tata Usaha 38.079.138, Keuangan 47.594.423, dan farmasi 28.559.731 dan biaya asli untuk pelayanan rawat jalan 165.356.598, operasi 154.875.854, refraksi 22.024.877, total komponen biaya asli (total cost) pelayanan rawat jalan, operasi dan refraksi 479.359.433,92 dengan unit cost actual pelayanan rawat jalan 6.732,40, operasi 632.586,89 refraksi 11.046,54, sedangkan Recovery Rate (CRR) pelayanan rawat jalan 59,41 dengan tarif 4.000 operasi 88,53% dengan tarif 560.000 dan refraksi 13,58% dengan tarif 5.000. Recovery Rate gabungan 53,84%. Hasil biaya satuan actual dengan investasi sebesar 4.442, biaya satuan tanpa investasi dan gaji 2.559, dengan Recovery Rate sebesar 24,68%. Sedangkan biaya satuan normative sebesar 4.459 Biaya satuan pemeriksanaan gula darah 21.682,55,pemeriksaan Kolesterol 23.364,94, Pemeriksaan Asam Urat 26.238,22,

6 Lanjutan Tabel 1.4 Pemeriksaan SGPT 29.311,40, pemeriksaan SGOT 27.501,09, pemeriksaaan creatin 31.602,73 dan pemeriksaan ureum 32.675,91 N o Nama peneliti Judul Metode Variabe l Hasil 6. Prihatiwi Setiati 7. Bambang Wahyono Analisis Biaya Pada Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (bp4) Semarang Tahun 2004 Analisis Biaya Pelayanan Kesehatan pada Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Salatiga Tahun 2007 Real Real Tarif baru yang diusulkan adalah kenaikan rata-rata sekitar 50% (CRR 26,81% rata-rata=. 20.750), masih kompetitif dibanding tarif pesaing (rata-rata=. 28.420),. Untuk mencapai titik impas, BP4 perlu meningkatkan tarif sebesar 5.880% atau dengan meningkatkan kunjungan sebesar 117 kalinya. Dengan pemberlakuan tarif baru yang diusulkan (kenaikan sekitar 50%), masih memerlukan peningkatan jumlah kunjungan sebesar 75 kalinya untuk mencapai titik impas. Tarif baru yang diusulkan adalah kenaikan rata-rata sekitar 50% (CRR=26,81% rata-rata. 20.750), masih kompetitif dibandingkan tarif pesaing (rata-rata. 28.423), dengan kenaikan itu CRR klinik umum menjadi 28,59%; klinik TB 17,50%; klinik non TB 23,40%; klinik spesialis 51,16%; laboratorium 4,58%; UGD 0,21%; radiologi 62,26%. Untuk mencapai titik impas, BP4 Salatiga perlu meningkatkan tarif sebesar rata-rata

7 50% pada setiap unit pelayanan serta dengan meningkatkan kunjungan sebesar 1169 kalinya